Mahakarya Sang Pemenang

Tanggung Jawab yang Berat Bagian 1



Tanggung Jawab yang Berat Bagian 1

0Para pembaca di Inggris yang suka mengintip tabloid yang dibaca oleh orang lain akan segera menyadari bahwa semua berita itu hanyalah omong kosong; surat kabar yang sama memuat berita yang sangat mirip hanya saja versi cerita itu untuk hari ini dan kemarin sangatlah berbeda.     

Para wartawan sendiri juga merasa bahwa tulisan itu terlalu dibesar-besarkan. Selalu akan lebih baik untuk menunggu konferensi pers yang diadakan sehari sebelum pertandingan. Mereka sangat menantikan konferensi pers itu dan karenanya pada saat tim Forest sedang berada di stadion Old Trafford untuk melakukan latihan adaptasi, sekelompok wartawan yang penuh semangat sudah menunggu di ruang konferensi pers.     

Saat kedua tim telah menyelesaikan latihan mereka dan kembali ke ruang ganti untuk mandi, Twain langsung melangkah dari lapangan menuju ke ruang konferensi.     

Di ujung koridor, Twain nyaris bertabrakan dengan seseorang yang juga berbelok di sudut. Melihat kepala yang dipenuhi rambut berwarna putih, Twain secara refleks mengambil lengan orang itu untuk membantunya, mengira kalau orang itu pastilah orang tua yang ceroboh. Dia terkejut saat mengetahui bahwa pria yang hendak dibantunya sebenarnya adalah manajer Manchester United, Alex Ferguson!     

Pertemuan itu sangat canggung.     

Ini adalah situasi di mana kedua pria ini, yang timnya akan bertanding melawan satu sama lain, bertemu untuk pertama kalinya.     

Ferguson menunduk dan menepuk-nepuk debu yang menempel di tubuhnya, dan saat dia melihat ke atas, dia terkejut melihat Twain.     

Kedua pria itu saling memandang selama beberapa waktu, dan Ferguson tersenyum. "Anda pasti menyesal sudah mundur selangkah tadi, Tuan Twain."     

"Sekarang setelah Anda menyinggungnya, saya memang sedikit menyesal, Sir Ferguson" jawab Twain.     

"Orang-orang mengatakan kalau Tony Twain adalah manajer dengan lidah yang tajam dan pandai bicara ... well, akhirnya aku mempercayainya." Ekspresi Ferguson tetap tidak berubah. Apa yang tadinya terlihat seperti senyum ramah kini terasa seperti cemoohan.     

Ferguson sangat hebat dalam melakukan permainan pikiran terhadap manajer lawan sebelum pertandingan. Itu adalah keahliannya. Kevin Keegan, sebagai manajer yang menunjukkan performa yang bagus di Newcastle United, juga kalah dari serangan terhadap mentalitasnya, dan karenanya dengan mudah menyerahkan gelar juara liga. Pria malang itu bahkan menggembar-gemborkannya di sebuah acara televisi, "Aku akan sangat senang kalau kami bisa mengalahkan Manchester United; aku akan sangat menyukai itu!" mantan European Footballer of the Year itu jelas kalah telak kalau harus terlibat dalam pertempuran psikologis dengan Ferguson.     

Saling bertukar serangan antara Ferguson dan si pria Perancis, Arsene Wenger, yang terjadi dalam jangka waktu lama telah menjadi ciri khas Liga Utama, dan kini dia ingin menggunakan langkah yang sama pada Twain.     

Tapi sepertinya dia memilih lawan yang salah.     

Twain tersenyum. "Saya justru kebalikan dari Anda, Sir Ferguson. Saya tidak pernah meragukan kepandaian Anda dalam berbicara."     

Kedua pria itu berdiri di koridor, keduanya sama-sama merasa bahwa mereka telah menemukan lawan yang tepat.     

Setelah mendengar jawaban Twain, Ferguson mengangguk. "Apa kau keberatan untuk masuk bersamaan denganku?" Dia menunjuk ke arah dimana suara bising berasal.     

Ini sama sekali bukan sinyal bahwa Ferguson ingin berjabat tangan atau berdamai dengan Twain. Tapi Twain akan jadi pengecut kalau dia menolaknya, jadi dia mengangguk.     

Saat para manajer muncul bersama di konferensi pers, mereka segera menarik perhatian media. Ruangan kecil itu segera dipenuhi kilatan kamera dan selama beberapa detik, ruang pers menjadi putih cemerlang.     

Ferguson sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini. Dia berjalan ke kursinya sendiri dengan kepala terangkat tinggi. Tapi Twain merasa agak tidak nyaman. Dia menyipitkan mata dan menyeberangi ruangan dengan dahi berkerut dan kepala menunduk.     

Setelah para manajer duduk, ofisial untuk siaran pers mengumumkan bahwa konferensi pers bisa dimulai.     

Tepat setelah konferensi pers dimulai, semua wartawan mengangkat tangan mereka, dan setengah dari lengan yang terangkat itu diarahkan pada tim Forest terkait event yang terjadi baru-baru ini.     

Saat Twain mendengar pertanyaan dari reporter pertama, dia segera mengetahuinya.     

"Halo, Tuan Twain. Saya dari The Sun. Saya ingin bertanya tentang liputan media baru-baru ini. Apa semua itu benar?"     

Twain tidak langsung menjawab pertanyaan si wartawan. Sebagai gantinya, dia melihat ke arah wartawan lain yang tampak penuh antisipasi dan berkata, "Siapa lagi yang ingin bertanya tentang dinamika internal tim Forest di beberapa hari terakhir ini? Kenapa kalian tidak langsung menanyakan semuanya, dan aku akan menjawabnya sekaligus."     

Saat para wartawan mendengar itu, mereka mengira kalau Twain akan memberikan pertunjukan bagi mereka. Jadi mereka semua berdiri dan melontarkan semua pertanyaan yang telah mereka simpan sejak lama di benak mereka.     

Twain duduk di depan mikrofon dan mendengarkan setiap pertanyaan dengan cermat. Terkadang dia bahkan memberikan anggukan kecil, dan sepertinya memikirkan tentang bagaimana dia akan menjawabnya.     

Saat semua orang selesai mengajukan pertanyaan mereka, dia mengangkat kepalanya dan bertanya, "Ada lagi yang lain? Kalau tidak ada, maka giliranku untuk bicara. Kalian semua sudah mengajukan banyak sekali pertanyaan di sini; itu bagus, wartawan selalu ingin bertanya. Sekarang aku juga punya pertanyaan, dan kuharap kalian bisa menjawab pertanyaanku ... Aku telah meringkas semua pertanyaan yang baru saja kalian ajukan, dan menemukan area yang tidak bisa kupahami: kenapa beberapa pertanyaan yang membuat kalian bingung adalah tentang berita yang kalian tulis sendiri? Well, siapa yang bisa menjawabku? The Sun bertanya padaku apakah semua berita itu benar, dan aku ingin bertanya pada mereka, kalau itu tidak benar, kenapa kalian mempublikasikannya di koran kalian?! Apa kalian berbohong untuk mendapatkan upah menulis dan menyia-nyiakan kolom penulisan dan kertas koran?"     

Twain benar-benar ingin mengutuk dan menyumpahi kelompok wartawan itu. Untungnya, dia berhasil menahan diri untuk tidak melakukannya. Dia pasti akan menerima sanksi dari Football Association kalau itu terjadi. Meskipun dia tidak menggunakan bahasa yang vulgar, tapi nada suaranya kasar; dan kecuali para reporter itu memiliki masalah dengan kecerdasan mereka, mereka bisa merasakan kemarahan yang tersembunyi di dalam ucapannya.     

"Konferensi pers hari ini adalah tentang pertandingan yang akan diadakan besok, bukan tentang konferensi pers usai pertandingan Liga Eropa UEFA kemarin dulu. Kalian semua, tolong pahami ini. Disaat kalian semua sangat tertarik dengan situasi ruang ganti pemain tim Forest, apa kalian tidak menghormati tuan rumah disini?" Twain memandang ke arah Ferguson yang duduk disampingnya.     

Di mata para wartawan, Twain melakukan ini untuk menghormati seniornya, Sir Alex Ferguson. Sikap seperti itu memang masuk akal dalam sebuah pertandingan tandang.     

Lalu Twain berkata, "Jadi, mari kita fokus pada pertandingan besok. Manchester United adalah tim yang hebat dengan banyak pemain luar biasa. Sir Alex Ferguson juga seorang manajer yang luar biasa. Lihat saja betapa banyak prestasi yang telah diraihnya."     

Kata-katanya ini sesuai dengan harapan semua orang. Hampir setiap manajer yang datang ke Old Trafford akan mengatakan hal yang sama kepada para wartawan, kecuali Wenger dan Mourinho, tentu saja.     

Tapi, setelah itu, Twain tiba-tiba saja mengganti taktik. "Tapi Nottingham Forest tidak berada di sini untuk menyembah Manchester United yang perkasa. Kami di sini untuk bersaing. Pertandingan hanya memiliki satu tujuan, dan itu adalah kemenangan."     

Setelah dia menunjukkan sikap yang jelas, Twain berhenti bicara. "Aku sudah mengatakan semua hal yang ingin kukatakan."     

Ferguson melirik ke arah Twain dan kemudian melanjutkan ucapannya. "Itu benar; pertandingan sepakbola adalah tentang menang. Aku setuju dengan Tn. Twain tentang hal ini."     

Twain memandang ke arah Ferguson dan tersenyum, dan lelaki tua Skotlandia itu juga tersenyum padanya.     

Persaingan mereka tetap berlanjut secara diam-diam.     

※※※     

Seorang fan setia sepakbola mungkin akan merasa pusing saat melihat nama-nama ini muncul di lapangan sebagai lawan timnya. Fans semacam ini pasti tahu bagaimana kekuatan para pemain itu, dan apa yang mereka wakili.     

Ruud van Nistelrooy, striker utama tim nasional Belanda, yang mendapat julukan "The King of Goal Area," dan yang kesadaran perseptifnya dalam menembakkan bola ke gawang lawan sudah termasuk kelas dunia.     

Wayne Rooney, bocah emas bagi Inggris, dan penemuan terbesar tim nasional Inggris di Kejuaraan Eropa UEFA yang diadakan di Portugal. Dia telah memantapkan posisinya di tim utama setelah transfer ke Manchester United dengan harga tinggi.     

Cristiano Ronaldo, bocah emas lainnya; dia adalah pemain emas tim nasional Portugal. Dikenal sebagai penerus Luís Figo, kemampuan dribblingnya yang mengesankan dan kecepatannya yang tak tertandingi adalah fitur utamanya.     

Paul Scholes, veteran Manchester United, adalah pemain yang selalu waspada dan berhati-hati. Dengan kekuatannya yang luar biasa, tembakan panjangnya yang kuat adalah skill khasnya.     

Ryan Giggs, pemain Wales yang bisa berlari secepat kilat dan kapten tim nasional Wales, adalah salah satu dari tiga pemain sayap kiri terhebat di dunia.     

Gary Neville dulu pernah menjadi tokoh kunci di generasi brilian Manchester United '92. Dia adalah pemain pilihan nomor satu Inggris dan Manchester United untuk posisi bek kanan. Dia memiliki gaya bermain yang tangguh dan bisa mencegat bola dengan sangat sengit. Di saat yang bersamaan, ia sangat bagus dalam memberikan umpan silang jarak jauh, dan telah sukses berpartner dengan Beckham di sayap kanan dan saling memberikan banyak assist terhadap satu sama lain.     

Rio Ferdinand, yang merupakan bek termahal di dunia saat ia ditransfer dari Leeds United ke Manchester United pada tahun 2002, masih merupakan bek termahal di Inggris. Sebelum adanya kehebohan tentang dugaan penggunaan narkoba, ia adalah bek tengah utama tim nasional Inggris. Dan sebelum adanya peningkatan penampilan John Terry, kombinasi bek tengah antara dirinya dan Sol Campbell dianggap sebagai yang terbaik di dunia sepakbola.     

Dan tentu saja, Roy Keane tidak boleh dilupakan; orang Irlandia itu adalah kapten Manchester United, pemimpin spiritual Red Devils setelah Eric Cantona, dan sosok yang sangat penting. Selama dia ada di lapangan, Manchester United akan selalu penuh semangat juang dan tak gentar menghadapi lawan. Musuh-musuhnya akan selalu membencinya dan berharap dia mati, dan para fans Manchester United akan selalu mendukungnya dan mencintainya sampai mati.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.