Mahakarya Sang Pemenang

Kami Pasti Akan Menang Bagian 2



Kami Pasti Akan Menang Bagian 2

0"Umpan dari Ribéry… Cantik sekali!"     

Eastwood bergerak di saat yang bersamaan dan muncul tepat di belakang Taylor. Pada saat Taylor yang panik berbalik, dia tidak lagi bisa mengejar pemain Nottingham Forest nomer 11.     

Reaksi pertama Boumsong adalah mengangkat tangannya, memberi isyarat kepada wasit bahwa Eastwood berada di posisi offside. Bukannya mendengar peluit wasit, dia melihat Viduka dengan cepat memutar untuk melewatinya dan menuju area penalti!     

"Offside tidak berlaku! Celestine Babayaro ada di belakang!"     

"Sialan!" Souness mengutuk sambil melompat dari kursinya. Dia melihat pemain penyerang Eastwood menerima bola dan Given yang buru-buru bertahan di gawang.     

Tribun penonton untuk tim tamu tiba-tiba dipenuhi suara sorakan. Lebih dari seribu fans Forest berdiri dari tempat duduk mereka, meneriakkan nama Forest berulang-ulang.     

"Forest, Forest!!"     

"Eastwood berhasil melewati Given, sudutnya benar-benar sempit... dan dia menembak.."     

Pada saat ini, Tang En tak lagi mempedulikannya. Segera setelah dia melihat Eastwood melewati Given, dia sudah mengangkat lengannya sebagai persiapan untuk merayakan gol dari tepi lapangan. Komentator dan Tang En berteriak di waktu yang hampir bersamaan, "GOOOOOL!"     

"GOOOOOL! Benar-benar gol yang luar biasa! Freddy Eastwood!! Pemain Rumania yang ajaib! Dia hanya membiarkan para fans Newcastle merasa gembira selama 10 menit! 1: 1, kedua tim sama-sama kembali ke titik awal!"     

"GOOOOOL-!!!" Semua fans Nottingham Forest di sekitar Tom Sawyer membombardirnya seolah-olah mereka akan menelannya bulat-bulat. Duduk di antara orang-orang yang berteriak-teriak itu, sepupu Tom hanya bisa menarik lehernya dan menurunkan kepalanya, membiarkan orang-orang itu meludahi telinganya saat berteriak. Sekarang, dia benar-benar menyesal telah menerima tiket dari Tony.     

※※※     

Semangat tim Forest mulai meningkat, dan mereka menekan Newcastle mundur ke sisi lapangan mereka sendiri. Kali ini, giliran para fans Forest untuk bernyanyi tanpa henti.     

Babak pertama berakhir dengan nada tinggi nyanyian para fans Forest. Kedua tim telah berjuang hingga tiba di posisi yang sama untuk saat ini. Para pemain Forest jelas tampak bersemangat saat mereka meninggalkan lapangan, hampir melompat-lompat gembira saat mereka keluar dari lapangan. Di sisi lain, para pemain Newcastle terlihat kurang bersemangat. Kapten tim mereka, Shearer, menautkan alisnya saat dia bergegas menuju koridor pemain. Sepertinya dia tampak lebih kesal daripada manajer mereka setelah melihat penampilan tim di babak pertama.     

Jeda turun minum adalah waktu untuk beristirahat bagi sepupu Shania. Dia mencari alasan dan dengan tergesa-gesa mengucapkan selamat tinggal pada Shania, melarikan diri dari stadion. Dia lebih memilih untuk menghabiskan uangnya dan bersorak di sebuah bar bersama para fans Newcastle lainnya daripada terus menonton pertandingan sambil dikelilingi sekelompok fans Forest. Sementara Sepupu Judy, yang tidak mau pergi, dia akan membiarkannya tinggal disana!     

Shania tertawa terbahak-bahak saat dia melihat Sepupu Tom bergegas pergi.     

Tepat ketika sosok sepupunya menghilang di tangga, seorang pria gemuk di samping Shania tertawa dengan suara keras. "Lihatlah dia. Sangat ketakutan sampai hilang akal."     

Shania mengangkat bahu dan tersenyum pada pria itu. "Terima kasih, Paman John."     

"Tak perlu berterima kasih, Nak. Aku melihatmu bersama dengan bocah itu, dan aku juga melihat ekspresi wajahmu, aku bisa menarik kesimpulan dari sana. Menurutku, Tony yang memberimu tiket ini, kan?"     

Pria gemuk itu memang bukan sembarang orang; dia adalah John, yang ikut menyemangati tim sepakbola Forest dalam pertandingan tandang mereka. Orang-orang di sekeliling mereka adalah orang-orang dari Forest Bar. Mereka pernah melihat Shania saat Tony pertama kali membawanya ke Forest Bar untuk makan malam. Shania sudah dianggap sebagai seseorang yang mereka kenal. Tentunya, mereka harus membantunya saat dia sedang berada dalam kesulitan.     

Shania mengangguk.     

"Dasar brengsek!" John tertawa keras. "Kau santai saja disini dan nikmati pertandingannya. Kau akan menyaksikan bagaimana kita akan membantai para orang-orang Utara ini! Kau tidak keberatan aku mengatakan itu, kan?"     

"Aku orang Brazil." jawab Shania sambil nyengir. "Aku fans Paman Tony!"     

"Aku benar-benar iri padanya!" kata John sambil cemberut.     

Seseorang di sampingnya segera berkata dengan suara keras, "Hei, John! Hati-hati, atau aku akan memberi tahu istrimu!"     

Ucapannya itu memicu tawa dari orang-orang yang duduk di sekitar mereka.     

Meski dia duduk di tengah-tengah sekelompok pria, Shania tidak merasa takut seperti yang dirasakan oleh sepupunya. Dia merasa lebih nyaman di dalam kerumunan ini daripada di tempat lain. Jadi, saat para pria itu tertawa dengan suara keras, dia juga ikut tertawa bersama mereka.     

※※※     

Saat Shania bersenang-senang dengan John dan anggota geng lainnya di tribun penonton, Tang En memuji penampilan timnya di ruang ganti mereka.     

"Guys, kalian semua melakukannya dengan baik di babak pertama, terutama di bagian akhir. Kita harus terus bermain seperti ini di babak kedua. Pertahanan Newcastle masih menjadi masalah terbesar mereka. Selama kita mendapatkan peluang lain, kita bisa mengalahkan mereka!" kata Tang En sambil mengayunkan kepalan tinjunya.     

Eastwood berdiri dan berkata, "Bos, kau tidak perlu khawatir. Kami pasti akan memenangkan pertandingan ini. Kami tidak ingin kau kehilangan muka di depan gadis itu! Bukankah begitu, guys?" dia berbalik dan berteriak ke ruangan yang dipenuhi rekan satu timnya.     

Para pemain yang lain mulai menyatakan persetujuan mereka.     

"Itu benar, Bos! Tapi bagaimana kau bisa kenal dengan gadis itu?"     

"Bos, siapa namanya? Dari mana asalnya?"     

"Ashley, apa kau mau merayu gadisnya bos? Apa kau tidak ingin mempertahankan posisi dan peluangmu untuk dimainkan di lapangan?" Eastwood menimpali dan menegur Ashley Young.     

"Oh-"     

Dan seseorang mulai bersiul.     

Menghadapi kerumunan para pria yang bersemangat itu, Tang En hanya bisa tertawa dan menggelengkan kepalanya. Sepertinya dia harus merahasiakan pertemuannya dengan Shania dari mereka semua di masa depan. Kalau tidak, mereka pasti akan terus melontarkan lelucon ini padanya.     

"Ashley, kalau kau mau tahu, kau bisa bertanya sendiri padanya. Jangan cemas, aku takkan menghentikanmu." kata Tang En sambil menunjuk ke arah Ashley Young, dan ganti membuat pemuda itu merasa malu.     

Jeda turun minum bagi Newcastle, Souness pasti sibuk mengkritik pertahanan tim dan menyiapkan taktik untuk menghadapi babak kedua. Di kubu Forest, mereka sangat santai seolah-olah mereka sedang berada di sebuah pesta. Kalau Souness tahu apa yang sedang dilakukan lawan mereka, dia pasti tak tahu harus mengatakan apa.     

※※※     

Setelah babak kedua pertandingan dimulai, Souness mengganti Alan Shearer. Melihatnya berjalan sambil terpincang-pincang, Tang En tahu bahwa media sama sekali tidak melaporkan berita bohong. Alan Shearer benar-benar bermain saat masih cedera. Bermain selama setengah pertandingan telah memperburuk cederanya, dan dia terpaksa harus diganti lebih awal.     

Tanpa adanya Shearer, kekuatan serangan Newcastle juga mengalami penurunan. Kluivert bukan lagi pemuda jenius yang sama seperti yang dulu mencetak gol tepat sebelum peluit ditiup dalam pertandingan Liga Champions melawan AC Milan, juga bukan penyerang kelas dunia yang memiliki posisi stabil di Barcelona. Kilauan yang dulu ia miliki, setelah apa yang dilakukannya di kehidupan malamnya yang penuh warna, kini semakin memudar.     

Dengan Shearer digantikan dari lapangan dan serangan Newcastle yang semakin berantakan, Nottingham Forest mengambil kesempatan yang ada dan mencetak gol lagi. Dengan assist dari Viduka dan tembakan pisang Albertini, mereka merobek gawang yang dijaga oleh Given.     

Skor 2:1. Forset menjadi semakin santai, sementara Newcastle semakin tegang dibawah seruan dan teriakan Souness.     

Saat wasit meniup peluit tanda akhir pertandingan, St James Park, yang berkapasitas 50.000 orang, hanya diisi oleh nyanyian para fans Forest. Dalam menghadapi juniornya, Tony Twain, tak peduli dia mau atau tidak, Souness benar-benar telah kalah.     

"... Tim Tony Twain memang luar biasa. Tidak salah kalau mereka memenangkan pertandingan ini. Aku tidak punya hal lain untuk dikatakan..."     

Selama konferensi pers, tidak ada tanda-tanda kebanggaan yang terlihat di wajah Souness.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.