Mahakarya Sang Pemenang

Baca Judul Utamanya Bagian 2



Baca Judul Utamanya Bagian 2

0Selama jeda turun minum, para pemain Forest mendengar suara raungan marah yang sudah lama tak terdengar. Twain, yang sangat marah melihat penampilan tim, berteriak pada mereka hingga lehernya memerah. "Saat skornya 3:1, kalian pasti berpikir, 'Apa yang harus ditakuti? Kita masih unggul dua gol!' Saat kemudian jadi 3:2, apa kalian masih mengatakan, 'Apa yang perlu kita takutkan? Kita masih unggul satu gol!' Kalau kita akhirnya imbang 3:3 di babak kedua, apa yang akan kalian lakukan? Apa aku salah atau kalian yang salah? Ini adalah babak kualifikasi Liga Eropa UEFA, bukan pertandingan pemanasan s**lan! Jadi, sebaiknya kalian luruskan pikiran kalian, dan bermainlah dengan serius! Kalau kita kalah melawan tim ini, maka saat kita kembali nanti, lebih baik kalian siapkan tali dan bersiaplah untuk menggantung diri kalian sendiri!"     

Kata-katanya memang agak kasar, tapi apa lagi yang bisa dia lakukan untuk membuat sekumpulan bajingan kecil tak berperasaan itu merasakan krisis yang tengah mereka hadapi? Mereka baru saja mengalahkan Chelsea, dan mereka sudah begitu gembira hingga mereka lupa diri. Di mana harga diri mereka sebagai tim yang kuat?     

Tim Forest di babak kedua sangat berbeda dari tim yang tampil di babak pertama. Kalau dilihat dari peta kekuatan kedua tim, Nottingham Forest jelas lebih kuat dari Ostrava. Dengan keunggulan yang mereka peroleh dari pertandingan kandang, tim Forest tidak punya alasan untuk kalah disini.     

Tim tuan rumah, Ostrava, tampaknya berharap bisa memasuki Liga Eropa UEFA setelah mereka mengubah skor total menjadi 2:3. Di awal babak kedua, mereka meluncurkan serangkaian serangan ke gawang Forest. Tapi, kali ini, serangan mereka tidak bisa dengan mudah menembus area penalti tim Forest. Wood dan Albertini membangun dinding yang tak bisa ditembus di depan bek belakang, khususnya Wood. Posisi Wood dan posisi Albertini tidak sepenuhnya paralel, melainkan sedikit tidak selaras. Albertini sedikit di depan, dan Wood sedikit lebih ke arah belakang. Dari posisi ini, seseorang bisa melihat perbedaan tugas mereka di lapangan.     

Albertini tidak hanya harus menyerang, ia juga harus mengatur serangan tim. Wood hanya perlu mencegat serangan lawan di belakang Albertini. Bagi George Wood, yang mengalami peningkatan pesat, tugas ini tidak sulit untuk dilakukan.     

Ceko segera menyadari bahwa tim Inggris itu, yang bisa ditembus dengan mudah di babak pertama, kini sangat berbeda. Serangan Ostrava kini benar-benar tidak efektif, dan pertahanan mereka, pada waktu yang bersamaan, berada dalam bahaya.     

Di menit ke-68, Nicklas Bendtner, yang termasuk ke dalam starting lineup untuk pertandingan ini karena ia telah mencetak gol di pertandingan melawan Chelsea, mencetak gol keduanya musim ini. Kali ini, itu bukan sebuah sundulan, melainkan tendangan voli yang kuat setelah ia melewati pemain-pemain bertahan lawan sendirian.     

Tim Forest membuat skor total menjadi 4: 2, tapi ini jelas masih belum memuaskan Twain, yang terus berteriak kepada para pemainnya dari tepi lapangan agar mereka mencetak lebih banyak gol.     

Segera setelah menggantikan Eastwood, Crouch memenuhi permintaan Twain. Dia memanfaatkan sundulan kepala yang tidak biasa untuk memperlebar selisih gol mereka menjadi 5: 2, dengan dua gol di pertandingan tandang. Memimpin dengan skor total 5:2, tim Forest telah sepenuhnya mengamankan tempat mereka di Liga Eropa UEFA dengan waktu tersisa dua puluh menit sebelum pertandingan berakhir.     

Setelah ini, Ostrava kehilangan semangat juang mereka, dan Twain mulai melakukan pergantian pemain berturut-turut, sehingga memungkinkan para pemain yang jarang tampil dalam pertandingan bisa membiasakan diri dengan perasaan bermain di sebuah turnamen.     

Aaron Lennon menggantikan Ashley Young, dan Ribéry digantikan oleh Kris Commons.     

Hingga akhir pertandingan, skor 2:2 tetap tidak berubah, dan Nottingham Forest telah berhasil mengamankan posisi mereka di Liga Eropa UEFA.     

Tapi, Twain tidak lantas langsung menuju ke lapangan untuk merayakan kemenangan mereka. Baginya, masuk ke Liga Eropa UEFA hanyalah langkah awal dari sebuah perjalanan panjang. Kalau dia terlalu senang hingga lupa diri, bagaimana dia bisa mengatakan kepada para pemainnya agar tetap tenang?     

Karena itu, setelah pertandingan usai, dia hanya berbalik dan berjalan menuju pelatih tim tuan rumah untuk berjabatan tangan dengannya.     

"Selamat untuk Anda dan tim Anda. Tim yang tampil lebih baik berhak memasuki Liga Eropa UEFA." Meskipun kalah, pelatih lawan itu masih bisa memberi ucapan selamat dengan sopan kepada Twain.     

"Terima kasih banyak. Jujur saja, timmu menunjukkan penampilan yang sangat bagus; kali ini kami lebih beruntung." Twain mengatakan beberapa kalimat sopan yang bahkan tak bisa dipercayai olehnya, dan senyum sopan terukir di wajahnya. Tapi setelah mengucapkan selamat tinggal kepada pria itu, dia berbalik dan melihat para pemain masih bertukar jersey dengan lawan-lawan mereka. Dia mengepalkan tinjunya di depan dadanya.     

Liga Eropa UEFA! Meskipun tidak sepopuler Liga Champions UEFA, ini masih termasuk turnamen Eropa dengan banyak peluang untuk bertemu tim-tim Eropa yang kuat. Bertanding melawan tim kuat itulah yang paling dinantikan oleh Tang En.     

Juara?     

Aku tidak terlalu memikirkannya sekarang. Apa tujuan Nottingham Forest di Eropa musim ini? Untuk menciptakan kegemparan diantara tim-tim kuat Eropa!     

Eropa, kami datang.     

Kali ini, ini nyata.     

※※※     

Berita bahwa tim Forest berhasil memasuki Liga Europa UEFA adalah hal yang menarik bagi media Inggris, karena ini adalah tim sepak bola lama yang kembali ke hadapan publik. Tapi sebagian besar media mengkhawatirkan prospek Nottingham Forest di Liga Eropa UEFA. Mereka menganggap bahwa tim Forest, yang telah cukup lama absen dari Liga Eropa UEFA, takkan mampu mempertahankan momentum mereka. Mereka bahkan mengungkit kenangan menyakitkan di musim '95-96, di mana tim Forest kalah dari Bayern Munich di perempat final Liga Eropa UEFA dengan skor total 7: 2, untuk mendukung pandangan mereka tentang tim Forest.     

Terkait kecurigaan ini, Twain memilih untuk melakukan serangan balik melalui kolom khususnya, tapi dia tidak menulis sanggahan yang panjang lebar untuk mendukung pendapatnya. Edisi terbaru kolom khusus Twain menarik banyak perhatian baik karena judulnya maupun teks utamanya.     

Judul utamanya adalah: Liga Eropa UEFA hanyalah langkah pertama menuju gelar Liga Champions UEFA.     

Teks lengkap artikel itu hanya terdiri atas tiga kata: Baca Judul Utamanya.     

Kontrak antara Twain dan Evening Post menetapkan bahwa fee yang akan diterima Twain dihitung berdasarkan jumlah kata yang ditulisnya, sehingga Twain takkan menerima satu sen pun untuk artikel ini. Tapi, artikel itu bisa melipatgandakan volume penjualan Evening Post, dan semua pembaca terpaku pada arogansinya. Mereka hampir bisa membayangkan Twain mengucapkan kata-kata itu dengan ekspresi merendahkan.     

Keesokan harinya, bahkan Gary Lineker menyinggung hal ini di kolom online-nya dan menganggap artikel sederhana Twain "Baca Judul Utamanya" adalah sanggahan yang paling ideal, dan bisa meringkas semuanya.     

Semua orang membicarakan tentang Twain dan artikelnya. Dia mungkin manajer pertama yang memimpin tim yang baru dipromosikan dan masih menyatakan akan meraih gelar Liga Champions UEFA.     

Mourinho memang arogan karena dia telah memenangkan Liga Eropa UEFA, Liga Champions UEFA, dan kejuaraan Liga Portugal, yang membuat Porto meraih treble dalam satu musim. Dia memiliki kualifikasi untuk menjadi orang yang kasar dan arogan.     

Sedangkan Twain? Apa yang bisa dia tunjukkan selain gelar EFL Cup yang sangat kecil? Benar-benar hal yang mengejutkan bagaimana seorang lelaki yang tidak memiliki apapun bisa bersikap begitu angkuh.     

Banyak orang semakin tertarik pada manajer termuda Liga Utama itu.     

Saat tim Forest berlatih keesokan harinya, ada lebih banyak wartawan di sekitar kompleks latihan daripada sebelumnya, yang mengejutkan ketua klub, Edward Doughty, saat dia datang ke kompleks.     

Saat memarkir mobilnya di tempat parkir, dia melihat Twain sedang berjalan ke arahnya setelah menyingkirkan beberapa wartawan yang mengganggunya, dan dengan cepat dia menghentikannya. "Tony, apa yang terjadi disini?" tanyanya sambil menunjuk ke arah gerbang.     

Twain tersenyum dan berkata, "Edward, apa kau tidak pernah membaca koran?"     

"Tentu saja, tapi apa hubungannya dengan ... Oh! Aku tahu!" Edward Doughty tertawa terbahak-bahak. "Apa ini karena 'Baca Judul Utamanya? Itu bagus sekali, aku menyukainya!"     

"Apa kau pikir aku sengaja melakukan itu untuk menyanggah pers?" tanya Twain.     

Edward mengangkat bahu. "Aku tidak tahu tentang itu."     

"Edward, apa kau ingat waktu itu saat kita merencanakan masa depan dengan Allan di restoran India itu?' Twain memandang langit yang cerah.     

Edward mengangguk sambil tersenyum. "Tentu saja aku ingat. Bagaimana mungkin aku melupakannya?"     

"Itu sudah semakin dekat dan semakin dekat," kata Twain dengan pasti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.