Mahakarya Sang Pemenang

Baca Judul Utamanya Bagian 1



Baca Judul Utamanya Bagian 1

0Karena dia bertemu Sophia di jalan, acara jalan-jalan Twain hari ini akhirnya memiliki tujuan: dia akan memperkenalkan Dunn pada Sophia dan mengundang mereka untuk makan siang.     

"Aku benar-benar tidak mengira akan bisa bertemu denganmu di sini, Tuan Twain." Duduk di meja makan sambil menunggu makanan mereka tiba, Sophia berbicara dan kelihatannya tak bisa menyembunyikan kegembiraan yang dirasakannya.     

"Aku juga, Nyonya." Dibandingkan dengan Sophia, Twain jelas tampak lebih tenang saat dia mengucapkannya sambil tersenyum, "Aku terlalu sibuk dengan terlalu banyak hal dan waktu yang terlalu sedikit. Maafkan aku karena belum bisa mengunjungimu."     

"Kau tidak perlu minta maaf, Tuan Twain. Aku sudah mendengarnya dari George. Dia selalu memberi tahuku tentang apa yang terjadi di dalam tim sekarang."     

Duduk di sebelah mereka, Wood terbatuk dan Sophia tertawa. Twain juga tertawa saat dia melihat Wood tampak salah tingkah. Dia akhirnya bisa melihat sisi lain Wood yang tak pernah dilihatnya!     

"Ini Dunn, dia adalah teman Cina-ku." Twain memperkenalkan Dunn pada Sophia. "Dia ... yah, agak sedikit pemalu."     

Dunn tidak keberatan dengan komentar Twain tentang dirinya. Dia hanya mengangguk sopan pada Sophia. "Halo, Nyonya. Senang bertemu denganmu."     

"Halo, Tuan Dunn. Senang bertemu denganmu juga." balas Sophia.     

Twain diam-diam mengamati ekspresi Dunn setelah melihat Sophia, dan kecewa melihat responnya. Melihat betapa acuhnya Dunn pada wanita cantik ini, Tang En bertanya-tanya apa mungkin dia tidak menyukai wanita.     

Kemudian Twain dan Sophia bercakap-cakap dengan gembira sementara Wood dan Dunn duduk diam di sebelah mereka.     

Keduanya berbicara tentang berbagai topik, dimulai dari kehidupan sehari-hari mereka. Kemudian, saat Twain melihat Wood yang terdiam, dia mencoba menariknya masuk ke dalam percakapan dengan mengarahkan topik pembicaraan tentang tim. Jelas saja, Wood terpaksa harus bergabung dalam percakapan itu karena ibunya akan selalu bertanya kepadanya, "Apa itu benar, George?"     

Kemudian Twain juga ikut menyertakan Dunn ke dalam percakapan dengan mulai menceritakan perjalanannya ke Cina di musim panas dan kemudian berbicara tentang Cina secara keseluruhan. Dunn tidak punya pilihan selain menjadi bagian dari percakapan. Tak peduli seberapa pendiamnya dirinya, dia tidak bisa mengabaikan pertanyaan seorang wanita.     

Saat mendengar Dunn menjawab pertanyaan Sophia, Twain bisa tahu bahwa Dunn telah benar-benar berusaha untuk memahami negara yang tak dikenalnya saat dia masih berada di Cina. Kelihatannya dia memang benar-benar berniat untuk tinggal di Cina sepanjang sisa hidupnya dan menjadi Tang En Cina.     

Tapi siapa yang bisa memprediksi nasib?     

Kalau Tang En sendiri tidak merindukan orang tuanya di Cina dan melakukan perjalanan itu, mungkin masa depan mereka takkan pernah bersinggungan. Dan dia, sebagai Tony Twain, akan terus menjadi manajer sepakbola profesional, mungkin dia akan mencapai hal-hal besar, mungkin juga tidak. Sementara Dunn, akan memiliki rumah yang hangat dan menjadi orang Cina biasa, yang menyibukkan diri dengan pekerjaannya sehari-hari.     

Saat dia memikirkannya lagi, kelihatannya itu tidak terlalu buruk.     

Tapi Tang En telah mengubah hidup Dunn; dia telah mengubahnya dua kali. Kalau dia tidak bertemu Dunn, takkan ada yang berubah. Tapi seperti yang sudah terjadi, mereka akhirnya bertemu satu sama lain.     

Mengamati Dunn, yang tidak bisa menolak permintaan Sophia, menggunakan pisau dan garpu untuk menunjukkan kepada Sophia bagaimana caranya menggunakan sumpit, Tang En merasa bahwa apa yang mereka jalani sekarang juga tidak buruk ...     

Setelah makan siang, meskipun merasa enggan, Sophia harus mengucapkan selamat tinggal pada Twain. Bagaimanapun juga, dia masih berada dalam tahap pemulihan dan perlu memperhatikan kesehatannya. Karena terlalu gembira bertemu dengan Twain, napasnya menjadi sedikit terlalu cepat.     

Setelah mengucapkan selamat tinggal pada Twain, Sophia menoleh ke arah Dunn dan tersenyum padanya. "Aku selalu merasa bahwa Tuan Twain pasti sangat kesepian karena hidup sendiri. Tapi sekarang, dengan adanya Tuan Dunn... kalian berdua sangat menyukai sepak bola, kalian pasti memiliki bahan pembicaraan yang tak ada habisnya saat kalian bersama."     

Dunn tidak tahu bagaimana harus memberikan respon terhadap pernyataan itu. Dia memandang Twain dan melihat bahwa Twain hanya tersenyum dan menatap Sophia, jadi dia mengangguk dan berkata, "Sebenarnya, di sebagian besar waktu, dialah yang berbicara."     

Sophia menutupi bibirnya dan terkikik geli. "Tn. Twain pasti sudah terlalu lama menyimpan semuanya di dalam hati saat dia masih tinggal sendiri."     

Twain terbatuk dan menggaruk kepalanya, "Memang benar, aku sering bicara sendiri. Itu membuatnya jengkel." katanya sambil menunjuk ke arah Dunn.     

"Tidak apa-apa, setelah mendengarkannya cukup lama, itu mirip seperti mendengarkan musik rap. Aku hanya menganggapnya sebagai suara latar belakang dan mengabaikannya."     

Jawaban jujur dari Dunn itu membuat Sophia tertawa terbahak-bahak dengan kepala tertunduk. Kedua pundaknya bergetar, dan wajahnya yang cantik memerah.     

"Tn. Twain, Tn. Dunn, aku harus pergi. George?"     

Saat Wood mendengar kata-kata ibunya, ia mengucapkan selamat tinggal kepada dua pria yang berdiri di depannya. Dia tidak banyak bicara. Dia hanya melambaikan tangannya. "Sampai jumpa."     

Setelah melihat si ibu dan putranya berjalan ke kejauhan, Tang En menoleh kembali ke arah Dunn dan berkata dengan sedikit terkejut, "Aku tidak tahu kau bisa melontarkan lelucon."     

"Setelah mendengarmu bicara sepanjang waktu, kurasa bahkan orang bodoh sekalipun sudah terbiasa melakukannya sekarang."     

"Bukankah itu bagus!" Twain mengangkat bahu. "Kau punya potensi dengan humor! Rap? Itu analogi yang bagus, tapi aku sebenarnya lebih suka musik rock Inggris. Apa kau suka band Queen? Aku penggemar ..."     

Tang En mulai mengoceh lagi.     

"Benar juga." Dunn mengulurkan tangannya ke Tang En. "Aku lupa mengucapkan selamat padamu. Aku menonton pertandingan itu di stadion, itu sangat menyenangkan. Taktiknya, maksudku."     

Melihat ke arah tangan Dunn yang terulur, Tang En tersenyum dan menjabatnya. "Terima kasih."     

※※※     

Tiga hari kemudian, Dunn melanjutkan pekerjaannya di tim pemuda, yang sudah dikenalnya, dan Twain memimpin Tim Utama Forest dan terbang ke kota Ostrava, di Republik Ceko, untuk menantang lawan mereka di babak kualifikasi Liga Eropa UEFA. Ini adalah pertandingan yang menentukan karena tim Forest sudah menang 3: 0 di pertandingan kandang sebelum ini. Selama mereka tidak kebobolan empat gol di pertandingan ini, mereka akan bisa memasuki turnamen resmi Liga Eropa UEFA.     

Tim Forest tidak ragu sedikitpun bahwa mereka bisa memenangkan pertandingan ini. Mereka merasa bahwa meski itu adalah pertandingan tandang, menang bukan hasil yang sulit dicapai.     

Mereka adalah tim Nottingham Forest yang baru saja mengalahkan Chelsea! Dan tim macam apa itu FC Baník Ostrava? Apa mereka bisa dibandingkan dengan Chelsea? Bisakah tim itu dibandingkan dengan Arsenal?     

Dengan pendapat seperti ini, tim Forest dihajar oleh lawan mereka di awal pertandingan. Mereka tertinggal satu gol.     

Striker lawan, yang namanya bahkan tak bisa diucapkan oleh para pemain Forest, melakukan tembakan jarak jauh dan bola melesat masuk ke gawang yang dijaga oleh Darren Ward setelah pertandingan baru berjalan lima menit.     

Setelah kebobolan gol begitu cepat, para pemain Forest tidak bereaksi tepat waktu. Mereka benar-benar terpana dan bermain sangat buruk di babak pertama. Alhasil, di bagian akhir babak pertama, Ostrava memanfaatkan peluang lain dan mencetak gol lagi. Selisih tiga gol yang sebelumnya membuat Nottingham Forest begitu penuh percaya diri tiba-tiba berubah menjadi selisih satu gol saja!     

Mereka telah bermain luar biasa di pertandingan terakhir, tapi mereka bermain sangat buruk di pertandingan ini sehingga membuat Tang En sangat marah. Dengan tim yang sebagian besarnya diisi pemain muda, tim Forest bisa menjadi sangat tidak stabil.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.