Mahakarya Sang Pemenang

Pepe Bagian 1



Pepe Bagian 1

0Kepler Laveran de Lima Ferreira, atau pemuda bernama Pepe, berdiri terpisah dari kerumunan, memandang dengan tatapan aneh pada pria dan wanita yang ada di hadapannya. Gadis itu tinggi dan cantik. Pria itu mengaku sebagai manajer klub liga utama Inggris ... Pepe tidak familiar dengannya. Apa dia benar-benar manajer Nottingham Forest?     

Pertandingan Pepe sebelumnya telah berakhir dengan kemenangan. Tepat saat dia akan menyambut tim penantang berikutnya, pria di depannya ini mendekatinya sambil memberikan kartu namanya.     

Setelah itu, Pepe dengan santai menemukan orang lain untuk menggantikannya dan pergi untuk melakukan diskusi mendetil dengan pria itu.     

Seorang manajer dari sebuah klub sepakbola profesional Eropa datang mencari pemain profesional; apa lagi yang bisa terjadi? Tidak semuanya harus dijabarkan dengan sangat jelas; Pepe sudah tahu apa yang dia harapkan.     

"Tn. Tony…"     

Tang En memberi isyarat kepadanya untuk menunggu, menunjuk ke deretan payung di pantai. "Ayo kita duduk di sana untuk bicara," katanya.     

Setelah ketiganya duduk, mereka meminta tiga gelas jus dari pelayan yang datang menghampiri.     

Sementara itu, Tang En memanfaatkan waktunya untuk memikirkan tentang situasi Pepe saat ini.     

Sebagai pemain seri FM yang setia, mustahil bagi Tang En untuk tidak menyadari bek tengah dengan nilai tubuh terbesar di FM07 - Pepe. Setiap kali dia bertemu dengan pemain yang tangguh di dalam game, Tang En memiliki kebiasaan melakukan penelitian online untuk mengungkap semua informasi yang relevan tentang pemain itu. Dari sini, dia akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang mereka. Setelah itu, saat dia kembali memainkan game itu, ada perasaan yang lebih mendalam terlibat di dalamnya.     

Sebagai akibatnya, saat Pepe masih belum ditemukan oleh dunia, kelihatannya Tang En sudah mengenalnya sejak lama melalui dunia FM07. Dia tahu tentang sejarah pekerjaannya, masa lalunya di FC Porto, dan bahkan nama klub pertama yang diwakilinya saat dia pertama kali tiba di Benua Eropa. Tentunya, Tang En juga sadar bahwa saat ini adalah periode yang tidak terlalu baik bagi Pepe.     

Pelayan menyajikan tiga gelas jus buah dan pergi. Shania mengambil sedotan dan meminum jusnya dengan tenang. Dia tidak tertarik dengan percakapan di antara kedua pria itu dan hanya menatap ke kejauhan, mengamati orang-orang dan mengagumi pemandangan.     

"Aku bukan orang yang suka berbasa basi," kata Tang En, menatap Pepe. "Nottingham Forest telah memenuhi syarat untuk berpartisipasi di Liga Champions musim depan. Dengan Hierro pensiun, kami sedang mencari pemain belakang yang bisa menggantikannya; dan aku merasa kau sangat sesuai untuk itu, Pepe."     

Pepe tertegun. Meskipun dia tahu bahwa pria itu mungkin memang mencarinya untuk membahas hal ini, dia tidak mengira kalau pria itu akan langsung berterus terang tentang niatannya.     

Selain itu, sebuah nama tertentu telah membuatnya terkejut.     

"Hierro? Hierro Real Madrid?"     

Tang En tertawa. "Dia bermain di Nottingham Forest sekarang ... Yah, dulunya sih. Sekarang dia sudah pensiun. Forest sedang mencari penggantinya. Apa kau paham, Pepe? Kurasa kau punya banyak kesamaan dengan Hierro."     

Idola Pepe adalah Hierro. Kata-kata Tang En itu membuat Pepe merasa sangat senang.     

"Tubuh yang jangkung dan kekar dengan teknik dan daya ledak yang luar biasa... Kau sangat mirip seperti Hierro di masa mudanya. Satu-satunya hal yang perlu kau tingkatkan adalah kemampuanmu memberikan assist dengan umpan-umpan panjang. Dalam hal menyerang, Hierro memang ahlinya."     

Pepe mengerutkan kening. Dia merasa bahwa Tang En mengatakan hal yang menusuk langsung ke hatinya. "Ermm. Aku bermain sebagai bek tengah. Aku akan sering berada di bagian belakang tim. Tapi..."     

"Kau mulai bermain sebagai penyerang, kan?" tiba-tiba saja Tang En bertanya.     

"Ya," Pepe mengangguk. "Awalnya, aku adalah penyerang. Lalu aku menjadi gelandang. Sejalan dengan penampilanku, aku akhirnya menjadi seorang bek belakang."     

Tang En terkekeh. "Banyak bek belakang Brasil yang melakukan hal semacam itu." Merasa kalau Pepe bisa salah paham dan menganggap ucapannya ini sebagai ejekan, Tang En menambahkan sambil tersenyum, "Hampir siapapun yang mengikuti jalan itu berakhir menjadi pemain bertahan yang brilian. Lúcio, Cafu ... Kurasa di dalam tulang para pemain Brasil pastilah ada semacam insting yang mendorong mereka untuk maju ke depan; meski posisi yang mereka mainkan adalah kiper. Apa yang membuatmu berpikir kalau seorang bek belakang harus tetap tinggal di belakang?"     

"Tentu saja, ermm ... itu karena pelatih yang memintanya."     

"Pada kenyataannya, kalau kau menggunakan Hierro sebagai idolamu, kau harus mempelajari bagaimana dia meluncurkan serangan dari lini belakang. Jujur saja, sebagai manajer, dia telah mengajariku banyak hal selama setahun kami bekerja sama di dalam tim Forest."     

Tang En jelas telah melebih-lebihkan beberapa aspek dalam apa yang dia katakan. Tapi, memang benar bahwa Hierro telah banyak membantu dan memberikan inspirasi bagi Tang En di dalam banyak area. Dulu, Tang en percaya bahwa bek tengah harus selalu tinggal di belakang. Selain berpartisipasi dalam serangan ketika ada tendangan bola mati di lini depan, bek tengah harus selalu memprioritaskan keamanan. Pengecualian bisa dilakukan kalau situasinya sangat tidak menguntungkan; saat mereka perlu mengambil langkah-langkah darurat. Dalam situasi semacam ini, Tang En mungkin akan mengijinkan bek tengah untuk maju ke depan dan beraksi lebih seperti penyerang; di dalam musim pertamanya dengan Forest, dia menggunakan taktik itu dua kali.     

Setelah kedatangan Hierro di Forest, tubuhnya tidak lagi bisa mengikuti ritme tim. Tapi, kesadaran yang ia tunjukkan dalam memanfaatkan peluang untuk maju ke depan dengan berani selama latihan adalah hal yang telah banyak dipelajari oleh Tang En. Apa pengaruh dari seorang bek tengah, sebuah posisi yang dipercaya oleh semua orang harus tetap berada di lini belakang, yang tiba-tiba merebut bola dan bergerak maju selama sebuah pertandingan, atau meluncurkan serangan balik dengan umpan panjang?     

Pertahanan lawan jelas akan mengalami kekacauan, membuat serangannya sendiri tak mudah dibaca dan karenanya meningkatkan peluang kesuksesannya. Selain itu, beraksi sebagai pemain bertahan yang bisa mengawasi situasi dari lini belakang, jauh lebih mudah bagi mereka untuk memanfaatkan celah yang ada. Mereka akan selalu bisa menemukan celah yang terlewatkan oleh para pemain di lini depan. Kemudian, selama dia memiliki pemahaman yang bagus tentang kemampuannya memberikan umpan panjang, tembakannya akan berpotensi menjadi buzzer beater.     

Serangan langsung yang diluncurkan oleh bek tengah semacam ini akan menghemat waktu dalam menggiring bola melalui lini tengah. Tidak hanya menghemat waktu, tapi serangan ini juga bisa dilakukan dengan sangat mendadak hingga sangat sulit untuk dihadang.     

Selama masa puncak Hierro di Real Madrid, tidak hanya kemampuannya dalam bertahan yang memicu kekaguman; melainkan juga bakatnya dalam menyerang yang bisa memberikan keuntungan bagi timnya. Sebelum Raul, Hierro adalah pencetak gol terbanyak yang mewakili tim nasional Spanyol, meskipun dia berposisi sebagai bek tengah. Di era itu, dia mungkin pencetak gol terbanyak di antara para bek tengah di kancah sepakbola internasional.     

※※※     

Kedua pria itu, Tang En dan Pepe, duduk di hadapan pemandangan pantai Copacabana yang menakjubkan dan mulai mengobrol tentang bagaimana seorang bek tengah harus berpartisipasi dalam melakukan serangan. Mereka terlihat sangat senang bisa mengobrol seperti itu hingga seolah memancarkan perasaan menyesal karena tidak saling mengenal satu sama lain sebelum ini.     

Shania merasa bosan. Sedotan di mulutnya mulai mengeluarkan bunyi mencuit saat dia menghirup udara; dia sudah menghabiskan jusnya. Dia menoleh kesana kemari untuk mencari pelayan, tapi ada semakin banyak orang yang datang ke area itu untuk beristirahat, jadi dia tidak bisa menemukan pelayan dengan cepat. Pandangan sekilas ke gelas Tang En langsung menarik perhatiannya. Gelas jus itu masih penuh dan bahkan belum berkurang seteguk pun!     

Shania memutar matanya dan mengulurkan tangannya untuk mengambil gelas itu. Setelah menyodokkan sedotannya ke dalam gelas, dia mulai menyedot jus menggunakan kedua sedotan dengan suara keras.     

Cara minum jusnya yang sangat tidak sopan itu akhirnya menarik perhatian tang En.     

Dia menoleh untuk melihat ke arah Shania, yang balas menatapnya dengan tidak bersalah. Mengalihkan pandangannya ke bawah, dia melihat gelas kosong di hadapannya dan tersenyum lebar pada Pepe. Pria itu mengisyaratkan kalau dia mengerti dan balas tersenyum lebar.     

Kedua pria itu tampaknya menyadari kalau percakapan mereka sudah berakhir. Pepe masih belum menyatakan persetujuannya terkait masalah transfer. Sejak Tang En menyinggungnya sekilas di awal percakapan mereka, topik itu tidak lagi dibahas di dalam percakapan mereka.     

"Yah... kurasa aku harus... Teman-temanku masih menungguku." Pepe bangkit, menunjuk ke arah beberapa orang tidak jauh dari sana. Mereka adalah para pemain di timnya sebelum ini.     

Tang En mengangguk paham. Setelah menghabiskan waktu dengan obrolan yang menyenangkan, dia hampir melupakan tujuan awalnya setelah menemukan Pepe.     

Baru setelah dia berdiri dari kursinya untuk mengantar kepergiannya, Pepe tiba-tiba saja berbalik dan bertanya, "Bagaimana kau bisa tahu kalau Hierro adalah idolaku? Aku tidak ingat aku pernah memberitahumu tentang itu, Tn. Twain."     

Tang En tahu kalau itu adalah masalah yang disebabkan oleh memori pra-transmigrasinya.     

Dia hanya bisa menggunakan alasan yang tidak meyakinkan untuk menjelaskan bagaimana dia mengenal Pepe dengan sangat baik. Dia berkata, "Apa kau tidak merasakannya ... kalau kita barusan mengobrol seolah kita adalah teman lama?"     

Pepe tersenyum mendengar alasannya dan melambaikan tangan ke arahnya. "Selamat tinggal, Tn. Tony. Senang sekali bisa bertemu denganmu."     

"Selamat tinggal, Pepe. Kau juga."     

"Selamat tinggal, my lady," kata Pepe, tidak lupa berpamitan kepada Shania.     

Shania kelihatannya tidak tertarik saat mendengarkan kedua pria itu berbicara, dan karenanya hanya memandangi apapun yang ada di sekitar mereka. Namun, setelah menyadari adanya tanda-tanda kalau pembicaraan mereka hampir berakhir, Shania mulai mendengarkan. Saat mendengar ucapan selamat tinggal dari Pepe, dia berdiri dengan gembira dan melambaikan tangan. "Selamat tinggal, Pepe!"     

Setelah membiarkan Pepe kembali ke teman-temannya, Tang En menoleh kembali ke Shania. Dia tidak mengatakan apa-apa dan hanya menatapnya, wajahnya berseri-seri. Senyumnya sangat cerah, hampir bisa dibandingkan dengan sinar matahari yang bersinar di atas kepala mereka.     

Melihat ekspresinya itu, Shania menghela nafas panjang. "Kalau saja aku tahu, aku akan menyarankan liburan di Amerika!"     

Tang En tahu bahwa dia bersalah karena telah mengabaikan Shania. Seorang pria seharusnya tidak takut membuat kesalahan, tapi dia harus tetap mengakui kesalahan mereka. Jadi, dia mengambil inisiatif mengundang Shania untuk makan bersama.     

"Aku tidak lapar! Aku sudah cukup kenyang setelah minum jus!"     

Melihat dua gelas yang kosong dan wajah Shania yang tampak kesal, Tony juga membuat wajah masam saat dia duduk. "Kalau begitu aku akan minum denganmu." Dia melambaikan tangannya untuk memanggil seorang pelayan, tapi tangan Shania dengan cepat berusaha menghalanginya.     

"Baiklah, baik. Kalau kita minum lagi, kita akan berubah jadi buah-buahan. Aku tahu restoran barbeque yang lezat. Kau yang membayar!"     

Mendengar kata-kata Shania, wajah Tang En kembali berseri-seri.     

"Baiklah, jangan marah lagi, Shania. Aku janji aku akan menemanimu selama kita di Brasil, sampai-sampai kau akan merasa terganggu."     

"Tidak mungkin!" balas Shania, menyimpan setengah kalimat itu untuk dirinya sendiri.     

Aku tidak akan pernah merasa terganggu ...     

※※※     

Tang En dan Shania menikmati hari mereka di kota Rio de Janeiro yang ramai, hanya kembali ke rumah setelah larut malam. Orang tua Shania tampaknya tidak mengkhawatirkan kelakuannya yang liar. Mungkin itu karena ada Tang En yang menemaninya, sehingga mereka merasa tidak perlu mencemaskan Shania. Atau mungkin karena Shania biasanya dirawat oleh Bibi Ryan yang sikapnya lebih keras di Inggris; mereka mungkin mengira kalau bukan hal yang buruk membiarkan Shania bersantai selama liburannya. Lagipula, dia baru berusia 15 tahun. Dengan mereka berdua begitu sibuk dengan pekerjaan dan acara sosial lainnya, layanan "pengasuh gratis" dari Tang En, yang menemani Shania 24 jam sehari, adalah sesuatu yang mereka sambut dengan senang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.