Mahakarya Sang Pemenang

Melawan Everton Bagian 2



Melawan Everton Bagian 2

0Di lini pertahanan Everton, ada wajah lain yang cukup familiar dalam ingatan Tang En: Joseph Yobo. Saat itu, dia adalah pemain yang menggantikan Li Weifeng. Di Liga Utama, Joseph Yobo dianggap sebagai bek belakang dengan kemampuan yang bagus. Tapi, dia tidak pernah bisa menjadi terkenal.     

Secara keseluruhan, jika dibandingkan dengan Forest, Everton adalah tim yang kekurangan pemain bintang. Tapi, tim mereka termasuk kuat jika diperhitungkan secara keseluruhan. Hanya dengan melihat hal ini saja sudah bisa menunjukkan level kepemimpinan Moyes. Untuk bisa membuat para pemain yang biasa-biasa saja menjadi "tim yang kuat" dengan harapan bisa berpartisipasi di Liga Champions musim depan; tidak ada alasan lain dibaliknya kecuali kemampuannya yang mumpuni sebagai seorang manajer.     

Dari waktu ke waktu, Tang En masih mengagumi Moyes. Bagaimanapun, Moyes tidak memiliki ingatan dan pengetahuan pra-transmigrasi yang sama seperti yang dia miliki. Murni dengan kemampuannya sendiri, dia mengambil langkah demi langkah untuk mencapai titik ini. Tapi, itu sangat disayangkan. Meski dia mengaguminya, Tang En bukan karakter yang baik dan mau memenuhi keinginan orang lain. Kalau dia membiarkan Moyes mencapai sukses, dia sendiri justru akan kehilangan segalanya.     

Sebenarnya, musim ini adalah waktu dimana Moyes bisa bersinar cemerlang. Sayang sekali aku ada di sini ...     

※※※     

Yobo ditugaskan untuk menjaga Bendtner. Meskipun hujan membuat bertahan menjadi lebih sulit, pria Nigeria itu dengan keras kepala terus mengikuti Bendtner, sama sekali tidak membiarkan bocah Denmark itu menerima umpan dengan mudah dan nyaman.     

Moyes menduga kalau Tang En akan memainkan bola-bola panjang, jadi dia menggunakan Yobo yang skill sundulannya paling baik diantara bek tengah lain, untuk menjaga pemain dengan skill sundulan terbaik di Forest, Bendtner. Segera setelah menyadari ini, Forest mengganti fokus umpan panjang mereka ke Crouch, mengandalkan tinggi badannya untuk mengimbangi sundulannya yang masih lemah.     

Kedua belah pihak saling melawan, beraksi bolak balik saling bergantian selama beberapa kali tanpa ada pihak yang mendapatkan keuntungan.     

Pertandingan terjerumus ke dalam kebuntuan, dan selama setengah jam, skornya seolah terjebak pada 0:0 tanpa ada perubahan.     

Tang En sedikit menggelengkan kepalanya dan berkata pada Kerslake, "Bola panjang tidak akan berhasil. Lawan kita juga tim dari Inggris ... ubah formasi!"     

Kerslake mengerti apa yang dimaksud Tang En. Dia bangkit dan berjalan ke pinggir lapangan, mengisyaratkan perubahan formasi. Dengan cepat, tim Forest menyusun diri menjadi formasi berlian 442. Sama seperti sebelumnya, George Wood tetap berada di belakang sebagai satu-satunya gelandang bertahan yang bertanggung jawab atas pertahanan lini tengah. Arteta, di sisi lain, mendapatkan kebebasan yang lebih besar. Meski dia diposisikan lebih dekat ke lini depan, itu tidak berarti dia harus tetap tinggal di sana. Dia bisa berlari ke area mana pun di lini tengah dan muncul di sembarang tempat.     

Selama 12 hari menjalani sesi latihan tertutup, Forest telah berulang kali melatih strategi ini. Ini juga pertama kalinya Forest menggunakan formasi berlian 442 di Liga Utama Inggris. Tang En yakin kalau hal ini akan benar-benar mengejutkan Moyes. Sebelum ini, semua orang berasumsi bahwa formasi 442 dengan empat pemain paralel adalah satu-satunya formasi yang menjadi keunggulan Forest. Ini sebenarnya juga merupakan masalah umum bagi sebagian besar tim sepak bola Inggris; mereka telah bermain selama empat puluh tahun menggunakan formasi 442 dengan empat pemain paralel dan formasi itu tidak pernah berubah. Ini karena Inggris menganggap diri mereka sebagai "nenek moyang sepakbola modern." Mereka selalu merasa cemas tentang melindungi "tradisi" mereka yang menggelikan dan tidak pernah mempertimbangkan untuk membuat perubahan.     

Tapi kebenaran membuktikan sebaliknya. Mereka yang bersedia melakukan perubahan, tidak keberatan untuk mengambil langkah maju; tim-tim seperti itu biasanya mendapatkan hasil yang positif. Contoh klasik dari hal ini adalah Arsene Wenger dari Arsenal.     

Moyes tidak menduga tim Forest akan tiba-tiba mengubah formasi mereka di lima menit terakhir babak pertama sebelum memasuki perpanjangan waktu. Mereka memposisikan Arteta lebih ke depan untuk menjadi gelandang serang, sementara George Wood bermain sebagai satu-satunya gelandang bertahan. Penyesuaian seperti ini memungkinkan lini serang Forest menjadi lebih dekat dengan gawang Everton, mereka akan menimbulkan ancaman yang lebih besar bagi lawan dan bisa mendapatkan lebih banyak peluang untuk mencetak gol.     

Menghadapi keganasan tim Forest yang seperti ini, Everton tidak bisa menyesuaikan penyebaran posisi pertahanan mereka dengan tepat waktu. Menggunakan strategi yang sama untuk bola-bola panjang saat melawan serangan bawah dari Nottingham Forest, bagaimana mungkin tidak timbul masalah?     

Arteta sedang menguasai bola di bagian lapangan Everton. Lee Carsley, gelandang bertahan Everton, saat ini menjaganya dengan susah payah. Kelincahan kaki pemain Spanyol itu sangat luar biasa, mencegahnya untuk maju ke depan saja sudah sangat menantang. Merebut bola? Mungkin sebaiknya dia tidak mencobanya kali ini kecuali Carsley memang berniat melakukan pelanggaran. Tapi melakukan pelanggaran di area yang sensitif seperti ini ... dia tetap akan gagal kalau dia membiarkan pemain ini mencetak gol melalui tendangan bebas langsung.     

Dia sebaiknya menunda serangan mereka dan memanggil dua rekan setim untuk membantunya. Dua pemain Everton bergegas menghampiri. Tampaknya serangan Forest akan berakhir disini. Arteta tidak punya pilihan kecuali terus melindungi bola sambil memunggungi arah serangan mereka.     

Dan kemudian, dibawah jepitan pertahanan dua orang, Arteta akhirnya kehilangan bola. Everton segera memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan serangan balik dengan cepat, mencetak gol yang menentukan.     

Para pemain Everton pasti berharap situasinya akan berkembang menjadi seperti itu. Tapi...     

"Arteta mengoper bola ke sayap, Ribéry menggiring bola ... terobosan yang luar biasa! Pemuda Prancis itu seperti pisau cukur, mengiris garis pertahanan Everton! Dan dia mengoper ke tengah!! Itu - GOOOOL!! Peter Crouch! Pemain paling jangkung di Inggris menggunakan aksinya untuk memberi tahu Eriksson betapa tidak adil baginya karena masih belum diundang ke tim nasional!"     

Jelas, ini hanya pemikiran yang dibuat oleh komentator Andy Gray. Crouch tidak berniat memamerkan kemampuannya kepada manajer tim nasional, meskipun Eriksson saat ini memang duduk di ruang privat di atas tribun penonton.     

Setelah mencetak gol, Crouch berlari ke arah kamera yang terletak di bendera sudut dengan tangan terbuka lebar dan melambai ke arah rekan setimnya untuk mengikutinya. Lalu dia mengangkat bajunya. Singlet putih di bawahnya memiliki sebaris kalimat diatasnya:     

Freddy, kami menunggumu!     

Para pemain Forest lainnya juga menunjuk ke kata-kata di dada Crouch, memberi isyarat ke kamera TV agar terfokus pada kalimat itu dan bukan pada mereka.     

Pada saat yang sama, sebuah spanduk juga dibuka di tribun penonton di City Ground:     

Eastwood, kami bersamamu!     

Semua rekan satu tim Crouch bergegas ke depan kamera dan berkumpul di sekelilingnya, si pencetak gol. Bukannya bergegas ke arahnya dan mendorongnya hingga jatuh, mereka semua hanya mengelilinginya dan menyediakan ruang bagi kamera untuk menangkap dengan jelas kalimat yang ditunjukkan di dada Crouch.     

Dalam skenario itu, George Wood berdiri di luar lingkaran, merasa tidak yakin apa dia harus bergabung dengan mereka atau menjauhkan diri dari mereka. Dia mengangkat tangannya dan kemudian menurunkannya lagi untuk menggaruk kepalanya sendiri. Setelah itu, dia bersembunyi di sudut yang tidak akan terlihat oleh kamera.     

Orang-orang yang sedang merayakan gol tidak ada yang memperhatikan keanehan itu. Tribun penonton di City Grounds, dan juga lapangannya, dipenuhi suara sorak-sorai yang semakin keras. Akhirnya Nottingham Forest, setelah gagal meraih satu kemenangan dari serangkaian tiga pertandingan liga, memulai awal yang baik untuk pertandingan lain yang menanti mereka.     

Meskipun hujan masih turun di lapangan, para fans Forest merasa seolah-olah hujan sudah berhenti.     

※※※     

Di luar lapangan, Tang En dan Kerslake saling bertukar pandang heran. "Aku tidak memintanya melakukan itu. Aku tidak tahu mereka merencanakannya ..."     

Tang En mengangguk tapi tetap tidak bisa berkata-kata saat melihat pemandangan ini. Dia hanya menampar pahanya dengan keras dan berkata, "Aku paham ... dasar gerombolan anak laki-laki itu! Bagus, bagus sekali!"     

Kerslake tersenyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.