Mahakarya Sang Pemenang

Seperti yang Diharapkan Bagian 1



Seperti yang Diharapkan Bagian 1

Pada akhirnya, George Wood memilih untuk tidak berkunjung ke kamar Eastwood. Dia meninggalkan bunga di resepsionis lantai dasar, meminta perawat untuk memberikannya pada Eastwood sebelum kemudian berniat untuk pergi.     

Tang En melihat kalau dia hanya menulis "Semoga lekas sembuh" di sebuah kartu, dan bertanya, "Kau tidak menandatanganinya?"     

Wood menggelengkan kepalanya. "Tidak."     

Tang En tahu bagaimana perasaannya dan tersenyum. "Tapi kurasa itu takkan jadi masalah. Di tim, hanya tulisan tanganmu yang seunik itu. Bahkan jika kau tidak menuliskan namamu, dia pasti akan tahu siapa yang mengirimnya. Kau adalah satu-satunya pemain dengan tulisan tangan yang sangat jelek hingga namamu pun hampir tak terbaca."     

Wood tidak terlalu memperhatikan lelucon Tang En. Dia meletakkan kartu itu di antara bunga dan memberikannya kepada perawat yang masih muda dan cantik.     

Perawat itu sudah sejak lama mengenali pria yang berdiri di depannya. Setelah menerima bunga, dia menyisihkannya. Dia kemudian mengambil selembar kertas dan menyerahkannya kepada Wood, bertanya dengan agak gugup, "Aku ... aku penggemarmu, George. Kau-kau ... Bisakah kau menandatanganinya untukku?"     

Wood merasa agak ragu, mungkin dia menganggap kalau ini bukanlah waktu yang tepat untuk memberikan tanda tangan.     

Bagaimanapun, Tang En terbatuk di belakangnya, mengingatkan Wood untuk tidak mengecewakan penggemarnya. Dengan patuh Wood kembali mengambil pulpennya dan menuliskan namanya di selembar kertas. Dengan tulisan agak miring aneh, tanda tangannya sama sekali tidak menunjukkan tanda tangan seorang bintang sepakbola. Tapi gadis itu sangat menyukainya dan menyimpannya dengan hati-hati.     

Tang En dan Wood berjalan keluar gedung. Tang En menengadah ke lantai empat dan bertanya pada Wood, "Kau benar-benar tidak mau naik kesana?"     

Wood menggelengkan kepalanya. "Tidak."     

"Sayang sekali ..." Tang En menurunkan pandangannya. "Ini adalah kesempatan yang sangat bagus. Kau ... kenapa kau tidak bisa sedikit lebih jujur? Kemana perginya keberanian yang kau gunakan untuk mentekel Rochemback?"     

Wood diam saja. Ada beberapa hal yang dia benar-benar tidak tahu bagaimana harus mengatakannya.     

Dia jarang sekali mengatakan "Aku minta maaf" kepada siapa pun. Bahkan meski dia tahu dialah yang bersalah, dia tidak tahu bagaimana dia bisa membuat dirinya mengatakan itu.     

"Sudahlah. Aku tidak akan memaksamu. Dari saat aku melihatmu mentekel Rochemback dan keluarnya dia dari lapangan karena cedera, aku yakin Fredy sudah mengerti." Tang En mengangkat bahu. Beberapa hal lebih baik dibiarkan tak terungkap; biarkan saja mereka menyimpannya di dalam hati.     

"Apa kau punya urusan penting yang harus kau hadiri sekarang?"     

"Tidak."     

"Baiklah; kalau begitu jalanlah bersamaku."     

"Kemana?"     

"Kemana saja." Tang En menunjuk ke arah jalan kecil di depan gerbang rumah sakit. "Ayo kita jalan di sepanjang jalan ini. Kita bisa pergi ke mana saja. Kita akan jalan-jalan."     

※※※     

"George ... kurasa paling lambat besok, aku yakin pemberitahuan untuk hukumanmu akan keluar. Apa kau punya pendapat tentang itu?"     

Berjalan di jalan kecil yang sepi, Tang En dan Wood mulai mengobrol dengan santai.     

"Pendapat?"     

"Sudah hampir sehari penuh setelah apa yang terjadi. Apa kau menyesalinya? Maksudku ... apa kau menyesal menerima kartu merah setelah membalas dendam pada Rochemback?"     

"Tidak. Semuanya sudah terjadi."     

Mendengar jawaban seperti itu, Tang En tidak bisa menahan tawanya.     

"Kalau kau menghadapi situasi yang sama lagi, apa kau masih akan memilih untuk mentekelnya?"     

Tanpa ragu, Wood mengangguk.     

"Hm ..." Tang En menggosok dagunya. "Kau bisa meminta saran dari para pemain yang lebih senior di dalam tim. Tentang bagaimana kau bisa ... kau tahu ... tanpa terusir dari lapangan. Aku yakin kau paham apa yang kubicarakan, kan?"     

Wood menoleh ke arah Tang En dan mengisyaratkan pemahamannya "Aku paham."     

Tang En menghela nafas panjang lagi. "Tapi aku tahu kalau ini agak sulit bagimu ... kau selalu bersikap terang-terangan. Kalau kau menggunakan trik-trik licik seperti itu rasanya seperti bukan dirimu yang sebenarnya."     

Wood akhirnya tak tahan lagi dan mengajukan pertanyaan yang membuatnya penasaran. "Jadi ... bagaimana dengan cederanya?"     

"Tidak terlalu bagus." Tang En melirik Wood. "Menerima cedera serius dua kali di area yang sama ... Benar-benar akan jadi kemenangan terbesar kalau dia bisa kembali ke lapangan. Aku tidak bisa meminta lebih dari itu ..."     

Wood menundukkan kepalanya saat dia mendengarkan apa yang dikatakan Tang En. Dia jelas tahu siapa pelaku di balik cedera yang pertama. Kalau bukan karena yang pertama, cedera kedua mungkin tidak akan separah ini.     

"Apa dia ... akan pensiun?"     

"Aku tidak tahu. Kita masih harus melihat bagaimana hasil operasinya, dan pemulihan paska-operasi." Tang En mengatakan yang sebenarnya. Siapa yang bisa tahu tentang apa yang akan terjadi di masa depan?     

Melihat ekspresi muram di wajah George Wood, Tang En tersenyum ke arahnya.     

"Jangan terlalu memikirkannya. Sebagai seorang atlet sepakbola, sangatlah umum mengalami cedera. Ini tidak ada hubungannya denganmu."     

Meski Tang En mengatakan itu, ekspresi George Wood masih tidak berubah. Situasi yang dialami Eastwood hari ini berasal dari pelanggaran yang telah dilakukannya saat dia masih berada di tim Pemuda. Tidak mungkin dia bisa melupakannya begitu saja.     

Melihatnya seperti itu, Tang En tidak mencoba membujuknya lagi dan membiarkannya saja. Mungkin akan baik baginya untuk merasakan sedikit tekanan. Tapi masih ada hal lain yang perlu dikatakan.     

"George, kau harus melakukan yang terbaik. Sekarang, kau tidak hanya bermain untuk dirimu sendiri. Freddy mungkin tidak akan bisa berpartisipasi dalam pertandingan selama setengah tahun. Ayo kita sama-sama bekerja lebih keras atas namanya."     

Wood mengangguk dengan penuh semangat mendengar kata-katanya itu.     

※※※     

Esok harinya, UEFA mengirimkan sebuah pemberitahuan sanksi hukuman terkait George Wood. Berdasarkan rekaman Wood yang mentekel Rochemback, tidak ada bukti konklusif yang menunjukkan bahwa tindakannya itu didasari oleh niat jahat atau dilakukan dengan sengaja untuk membalas dendam. Saat Rochemback menerima bola, bola itu awalnya berada diantara dirinya dan Wood. Kaki Wood pasti mengejar bola. Tanpa diduga, dalam sebuah upaya untuk memancing Wood melakukan pelanggaran, Rochemback mendorong bola ke samping dan membiarkan pergelangan kakinya sendiri menerima tekel Wood secara langsung, hingga membuatnya cedera.     

Sebagai kesimpulan, hukuman Wood adalah larangan empat-pertandingan dari turnamen Eropa. Hukuman itu tidak dianggap keras. Biasanya, kartu merah akan menghasilkan larangan dua pertandingan. Wood hanya dilarang untuk dua pertandingan ekstra. Dibandingkan dengan dugaan sebelumnya berupa larangan bermain selama setengah tahun dari pihak lain, sanksi ini jauh lebih baik. Kontras yang sangat ekstrim ini membuatnya seolah-olah Wood tidak menerima hukuman sama sekali.     

Setelah itu, UEFA mengevaluasi wasit pertandingan dan menemukan tidak ada yang aneh. Mereka juga tidak memiliki keraguan tentang kartu kuning yang diberikan kepada Rochemback.     

Hal ini pada dasarnya bisa dilihat sebagai langkah untuk melawan Tony.     

Seperti yang bisa diduga, setelah penjelasan itu UEFA memperingatkan manajer Nottingham Forest, Tony Twain, untuk tidak meragukan penilaian wasit. Wasit di UEFA dipilih melalui kriteria seleksi yang ketat.     

Komite Wasit UEFA merasa sangat tidak senang dengan kata-kata Tang En. Mereka merasa bahwa Tang En telah mengganggu pekerjaan wasit dan telah berusaha untuk mempengaruhi dunia perwasitan. Dia dianggap mencoba menggunakan perspektifnya untuk mempengaruhi penilaian yang dibuat oleh wasit. Tang En, bagaimanapun juga, sama sekali tidak peduli dengan kemarahan mereka. Dari sudut pandangnya, karena wasit juga merupakan salah satu jenis pekerjaan, maka pekerjaan wasit juga seharusnya terbuka untuk dikritik oleh orang lain. Melakukan kesalahan berarti melakukan kesalahan. Tidak perlu menutup-nutupi apa yang terjadi.     

Sebelum dia bisa mengatakan itu pada mereka, Edward Doughty mendekatinya. Edward berharap Twain tidak akan mencoba melawan UEFA di titik krusial seperti saat ini. Tang En paham bahwa Edward mengatakan ini demi kebaikannya sendiri, jadi dia hanya bisa menelan kembali ketidaksenangannya dengan Komite Wasit UEFA dan memasukkannya ke dalam hati. Dia akan menunggu kesempatan lain untuk melampiaskan kekesalannya.     

Nottingham Forest Football Club menerima hukuman yang diberikan. Apa lagi yang bisa mereka lakukan? Era Nottingham Forest yang memiliki reputasi besar di kancah sepakbola Eropa telah lama berakhir. Saat ini, kata-kata mereka sama sekali tidak memiliki bobot. UEFA sudah cukup toleran karena tidak melarang Wood bermain bola selama setengah tahun.     

Dengan hilangnya dua pemain inti, perjalanan Forest melawan Sporting Lisbon sama sekali tidak terlihat baik.     

Meskipun memiliki banyak opsi dan kombinasi untuk lini depan mereka, Tang En mendapati dirinya merasa bingung saat harus mengisi posisi gelandang bertahan. Setelah mencari-cari, Tang En menemukan bahwa hanya ada satu George Wood, dan tidak ada pemain pengganti yang cocok untuknya. Pertandingan kandang melawan Sporting Lisbon sudah menunjukkan bahwa Gunnarsson tidak bisa menggantikan George Wood secara efektif. Kalau pengaturan yang sama digunakan dalam pertandingan tandang, Tang En menduga kalau timnya pasti akan dihancurkan dengan lebih mengerikan.     

Sebagai manajer tim, Tang En sudah mempertimbangkan untuk menjual Gunnarsson setelah akhir musim dan menemukan pemain pengganti yang cocok untuk Wood.     

Tang En sama sekali tidak merasa khawatir tentang masalah pengembangan kondisi fisik Wood. Tapi, kartu merah ini memicu peringatan baginya. Wood bukanlah pria yang baik dengan temperamen yang baik. Pertempuran di dalam Liga Utama Inggris sangatlah sengit, dan benturan-benturan semacam ini tidak terhindarkan. Jumlah kartu pelanggaran yang dikumpulkan oleh Wood di masa depan jelas akan cukup banyak. Dan saat Wood dilarang tampil dalam pertandingan karena akumulasi kartu kuning, atau karena menerima kartu merah, harus ada seorang pemain pengganti yang bisa dipercaya oleh Tang En. Dia tidak harus tampil sebaik Wood, tapi dia juga tidak boleh tampil terlalu buruk.     

Sebenarnya, seringkali lebih sulit memilih pemain pengganti daripada pemain utama. Disaat pemain inti hanya membutuhkan skill untuk tampil bagus di lapangan, pemain pengganti tidak hanya membutuhkan skill tapi juga ketangguhan mental untuk duduk di bangku cadangan. Mereka harus mampu menahan diri dari rasa kesepian. Menjadi pemain pengganti untuk seseorang seperti Wood bahkan lebih sulit lagi; Wood adalah tipe pemain yang jarang mengalami cedera.     

Pemain mana yang rela menghabiskan sebagian besar waktunya dengan duduk di bangku cadangan? Hampir tidak ada. Tapi, tim tidak bisa berfungsi tanpa serangkaian pemain cadangan yang berkemampuan tinggi. Meskipun rotasi mungkin merupakan metode yang layak untuk dilakukan, itu hanyalah sebuah kemungkinan. Stabilitas formasi dan sistem rotasi berjalan saling bertentangan satu sama lain.     

Selain itu, melakukan rotasi untuk posisi gelandang bertahan terdengar konyol. Persyaratan yang paling penting dari seorang gelandang bertahan adalah stabilitas. Jika kerap diubah-ubah, tidak hanya pemain yang dirotasi yang merasa tidak nyaman; seluruh tim juga akan merasa bingung.     

Di dalam hati Tang En, kalau tim Forest di masa depan benar-benar cukup kuat hingga membutuhkan sistem rotasi untuk berkompetisi di berbagai liga, ada dua posisi yang tidak akan dirotasi: satu adalah kiper, dan yang lain adalah George Wood.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.