Mahakarya Sang Pemenang

Permainan Licik Rochemback Bagian 2



Permainan Licik Rochemback Bagian 2

Bahkan komentator bisa melihat seberapa bagus penampilan Eastwood di dalam pertandingan. Bagaimana mungkin manajer Sporting Lisbon, Peseiro, tidak melihatnya? Dia bangkit dari area teknis, berjalan ke pinggir lapangan, dan bersiul dua kali.     

Setelah mendengar siulannya, para pemain Sporting Lisbon yang lain nyaris tidak bereaksi. Hanya gelandang bertahan, Fabio Rochemback, yang menoleh ke samping lapangan. Kelihatannya, siulan itu secara spesifik dimaksudkan untuk didengar olehnya.     

Peseiro menunjuk ke arah Eastwood, yang bergerak mundur untuk membantu lini tengah. Rochemback mengangguk. Dia tahu apa yang harus dilakukan. Itu memang hal yang ingin dilakukan olehnya.     

Manajer telah memintanya untuk menjaga pemain yang paling aktif di tim Forest.     

Karena tim Forest biasanya tidak memiliki gelandang serang, sebagai gelandang bertahan, Rochemback tidak perlu menjaga pemain mana pun. Selain itu, Eastwood lebih suka bergerak mundur untuk menjemput bola. Posisi aktualnya cukup fleksibel di sisi lapangan lawan, tidak seperti seorang striker. Oleh karena itu, memerintahkan Rochemback, gelandang bertahan terbaik di dalam tim, untuk bertahan melawan Eastwood tidak akan mengganggu formasi bertahan Sporting Lisbon tapi justru akan bisa mengurangi tekanan di lini pertahanan mereka.     

Itu ide yang bagus dan Rochemback sangat menyukainya.     

※※※     

Tapi, sebelum Rochemback bisa menjalankan rencana itu, Sporting Lisbon kembali kehilangan bola.     

Tim Forest mengambil keuntungan dari peluang yang berasal dari penyesuaian lini pertahanan Sporting Lisbon dan menerapkan sebuah serangan balik yang sangat efisien.     

Eastwood berlari di sayap, menarik perhatian Rochemback. Ribéry, yang tadinya aktif di sayap, tiba-tiba bergerak ke tengah untuk menggantikan posisi Eastwood. Dalam waktu singkat, pemain Sporting Lisbon kehilangan target bertahan mereka dan Ribéry tidak dijaga! Tanpa ragu, Albertini mengoper bola tepat pada waktunya. Setelah Ribéry menerima bola, dia tidak memberikan kesempatan bagi bek tengah Sporting Lisbon untuk kembali ke posisinya. Dia segera melakukan tendangan jarak jauh dan bola melesat masuk ke gawang Sporting Lisbon untuk yang kedua kalinya.     

"Gol yang luar biasa!" seru komentator, "2:0! Nottingham Forest sekali lagi melebarkan keunggulan mereka! Sporting Lisbon menghadapi masalah!"     

Twain kembali melompat dari tempat duduknya, tapi kali ini dia tidak terlalu bersemangat seperti saat gol pertama dicetak. Dia hanya mengangkat tangannya yang terkepal dan mengayunkannya kuat-kuat di depan dadanya.     

"Ini luar biasa, David! 2:0 di stadion kandang!"     

Kerslake tersenyum dan mengangguk. Terlepas dari bagaimana dia dulu merasa keberatan dengan rencana Twain, dia hanya bisa berkonsentrasi melakukan yang terbaik karena dia telah memberikan persetujuannya. Sekarang skor pertandingan menunjukkan dengan jelas bahwa upaya mereka tidak sia-sia.     

"Kurasa ... Tony, mungkin kita harus memikirkan tentang bertahan."     

Twain mendongak untuk melihat waktu di papan skor elektronik. Babak pertama telah berlangsung selama dua puluh tujuh menit. Dia menggelengkan kepala. "Masih terlalu awal, David. Kita akan menilai situasi di babak kedua sebelum kita memutuskannya."     

※※※     

Meskipun mereka tertinggal dua gol, Sporting Lisbon tidak menyerah. Bagaimanapun, masih ada banyak waktu bagi mereka untuk menyamakan skor. Meskipun ini adalah pertandingan tandang, pengalaman bermain di pertandingan tandang adalah hal yang sudah biasa bagi pemain profesional.     

Mereka harus mampu bertanding di bawah tekanan. Kalau mereka tidak mampu melakukannya, mereka bukanlah Sporting Lisbon, salah satu dari tiga tim teratas di Portugal.     

Meskipun dia telah menyebabkan tim kebobolan gol lagi saat membiarkan Rochemback menjaga Eastwood, Peseiro tidak berniat mengubah pengaturan ini. Tapi, dia memanfaatkan momen disaat para pemain Forest merayakan gol untuk memanggil Rochemback ke pinggir lapangan. Dia tidak memberikan instruksi taktis tambahan. Dia hanya memberikan satu pernyataan. "Fabio, aku tidak peduli metode apa yang kau gunakan. Aku ingin kau membuat Eastwood tak berkutik jadi dia tidak bisa menimbulkan ancaman bagi kita! Ingat, aku tidak peduli apa yang kaulakukan!"     

Mimpi buruk Eastwood dimulai pada saat itu.     

Rochemback mungkin adalah pemain Brasil dengan teknik yang paling kasar, tapi dia memang tidak perlu mengandalkan skillnya karena dia adalah seorang gelandang bertahan. Dia melakukan pekerjaan yang paling kotor, paling melelahkan, dan paling banyak dibenci di lapangan. Dia seperti buruh biasa yang kemungkinan besar akan diabaikan oleh para fans dan ketua klub, tapi masih termasuk pemain paling penting dan sangat diperlukan oleh tim.     

Rochemback tidak elegan dan ahli seperti Fernando Redondo, yang bisa mengubah permainannya sebagai gelandang bertahan menjadi sebuah seni. Dia bekerja dengan cara yang sederhana; dia seolah menempel erat pada pemain yang dijaganya dalam upayanya untuk merebut bola. Dia menggunakan manuver-manuver licik dan tackling yang ganas. Dia tidak ragu melakukan pelanggaran kalau memang diperlukan.     

Setelah Eastwood berhadapan dengan Rochemback, dia menyadari bahwa dia tidak bisa menguasai bola dengan nyaman seperti yang dilakukannya sebelum ini. Dia seringkali harus memunggungi gawang lawan untuk menerima bola. Kapanpun bola berada di kakinya, pusat gravitasinya akan condong ke depan akibat dorongan kasar dari belakang tubuhnya. Atau kapanpun dia hendak memutar tubuh untuk melakukan terobosan, dia akan merasakan adanya beban tambahan di pundaknya.     

Dia harus tetap fokus dalam menghadapi pemain di belakangnya. Sulit untuk mengatakan seberapa besar kontribusinya terhadap serangan tim saat itu. Kalau sampai bola berhasil direbut lawan dari kaki Eastwood, hal itu akan menyebabkan masalah terhadap transisi tim Forest dari menyerang ke bertahan. Lalu, jika Sporting Lisbon memanfaatkan kesempatan itu, hal itu bisa membuat mereka membalikkan keadaan.     

Twain melihat Sporting Lisbon berusaha menyederhanakan serangan tim Forest dengan jalan mengekang Eastwood, yang merupakan pemain paling aktif di tim. Ini akan membuat Sporting Lisbon lebih mudah dalam bertahan menghadapi pemain Forest yang tersisa.     

Memberikan umpan ke Eastwood akan membuatnya berada di bawah tekanan yang luar biasa besar. Dia bisa kehilangan bola kapan saja. Kalau bola tidak diumpankan kepadanya, tim Forest hanya memiliki sedikit rute serangan. Eastwood meningkatkan lini tengah dalam banyak hal. Daerah sayap terutama bergantung pada Ribéry dan Ashley Young.     

Sepertinya manajer Sporting Lisbon sudah berusaha keras dalam mempelajari lawan-lawannya.     

Twain memandang José Peseiro, yang berdiri di pinggir lapangan untuk mengawasi pertandingan.     

Apa kita harus mengurangi tekanan pada Eastwood, atau apa kita tetap melakukan serangan tim Forest seperti yang sudah direncanakan?     

※※※     

Eastwood kembali menerima umpan dari Ribéry. Di belakangnya, Rochemback terus menekan dengan keras. Benturan fisik sudah menjadi aksi pertahanan yang normal. Kali ini, Eastwood tidak ingin mengembalikan bola ke belakang. Itu akan membuatnya tampak seperti pengecut!     

Kau ingin memaksaku menyerah, tapi aku takkan menyerah!     

Eastwood menyentakkan tubuhnya ke belakang dengan kuat dan menggunakan tubuh bagian atasnya untuk mengisyaratkan bahwa dia akan berusaha menerobos ke kiri. Lalu, tanpa peduli apa hal itu berhasil atau tidak, dia dengan cepat mengubah bola ke arah sebaliknya dan segera memutar badan lalu bergerak maju!     

Dia tidak melihat ke belakang dan tidak bisa menoleh untuk mengkonfirmasi apakah dia telah berhasil menyingkirkan lawannya. Tapi dia pikir dia telah melakukannya karena dia merasa kalau tekanan di punggungnya tidak terasa sekuat sebelumnya. Sekarang, dia bisa mempercepat larinya dan bergegas melewati pemain lawan yang lain untuk langsung menyerang melalui area penalti! Dia bisa mengacaukan pertahanan mereka, mencetak gol ketiga untuk tim, dan benar-benar mengunci kemenangan!     

Bola perlahan bergulir di tanah, tidak jauh dari kakinya. Eastwood sadar bahwa dia hanya harus melangkah satu kali lagi untuk menggiring bola menjauh. Pada saat itu, dia akan berbalik dan pemain Brasil yang menyebalkan itu takkan bisa lagi menahannya. Dia akan membuat stadion City Ground kembali meledak dengan suara sorakan ...     

Suara peluit terdengar tajam dan nyaring.     

Tidak ada suara sorakan. Sebaliknya, ada ledakan suara boo yang sangat keras, cukup untuk membuat jantungnya berhenti berdetak.     

Bola masih bergulir di depan mata Eastwood, tapi dia terjatuh ke tanah. Rochemback sudah hendak bangkit dari tanah. Dia mengangkat tangannya untuk mengindikasikan bahwa Eastwood baru saja pura-pura jatuh ke tanah.     

Memang, para pemain Sporting Lisbon dengan senang menerima versi ini. Tapi tidak demikian dengan fans Forest. Persis disaat Eastwood hendak menyingkirkan Rochemback, gelandang bertahan yang ganas dan keras itu telah melakukan tackling yang kasar terhadap Eastwood.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.