Mahakarya Sang Pemenang

Wood dan Eastwood Bagian 1



Wood dan Eastwood Bagian 1

0Saat melihat reaksi Tang En yang tidak biasa terkait kekalahan Forest saat melawan Middlesbrough melalui publikasi media, orang pertama yang bereaksi adalah Moyes.     

Dia mencari jadwal Forest di Liga Eropa UEFA dan memeriksanya dengan cermat. Dia segera menyadarinya.     

Jelas, kejuaraan untuk Liga Eropa UEFA lebih memikat.     

Setelah menyadari ini, Moyes tidak bersantai-santai. Melainkan, dia semakin memperketat latihan tim. Dia ingin memanfaatkan periode ini untuk memperlebar selisih poin antara kedua tim, hingga mencapai titik di mana Tony Twain takkan bisa mengejar ketertinggalannya meski dia ingin melakukannya.     

Sejak akhir Februari, setelah kekalahan Everton saat melawan Manchester United di FA Cup, mereka hanya memiliki Liga Utama sebagai tujuan mereka untuk musim ini. Disaat tim Forest masih harus berurusan dengan dua line-up untuk pertandingan, Everton memiliki waktu yang lebih dari cukup untuk memulihkan diri dan menyambut fase akhir pertandingan liga dalam kondisi yang prima.     

Moyes, yang menatap kosong pada jadwal pertandingan Forest, menggelengkan kepalanya dan menghela nafas. Dia tidak menyangka pria muda yang dilihatnya di resepsi Manajer Liga memiliki karakter yang luar biasa. Saat itu, dia kelihatan sangat tidak pasti tentang masa depan. Moyes ingat bagaimana dulu dia bertindak murah hati, menawarkan sebuah tim Liga Satu untuk dilatih oleh Tony, seolah-olah mencoba memberinya pekerjaan. Itu terasa lucu sekarang ...     

Selama makan malam di acara yang sama, dia bahkan mengatakan kalau dia menantikan pertandingan melawan Tony Twain. Moyes percaya hari itu akan datang tidak lama lagi. Pada tanggal 3 April, putaran ke-31 akan menjadi pertandingan antara Forest dan Everton. Pertandingan itu akan menjadi pertandingan kandang bagi Forest. Kalau pada saat itu mereka masih belum bisa menyingkirkan Forest, pertandingan itu akan menjadi faktor penentu dalam penentuan posisi akhir kedua tim.     

※※※     

Berbicara tentang Sporting Clube de Portugal atau lebih dikenal dengan Sporting Lisbon, Tang En cukup familiar dengannya. Tentu saja, apa yang familiar baginya adalah nama tim itu, dan bukan semua pemain di dalamnya.     

Alasan kenapa Tang En tidak merasa khawatir tentang mereka adalah karena dia tahu bahwa Sporting Lisbon tidak lagi sama seperti sebelumnya. Di dalam Portugal sendiri, mereka sedang mengalami penurunan: FC Porto telah mengalahkan mereka dalam hal jumlah perolehan juara liga domestik; dan mereka hanya pernah memenangkan Winners Cup UEFA 40 tahun yang lalu.     

Sporting Lisbon kini tidak lagi memiliki sinar cemerlang yang sama seperti dulu. Saat ini, mereka menduduki peringkat keempat di liga domestik. Di tim mereka juga tidak ada bintang sepakbola terkenal. Mereka terlihat seperti tim sepakbola Portugal biasa.     

Mimpi untuk mendapatkan kehormatan tertinggi di Eropa membuat darah Tang En seolah mendidih dengan passion dan rasa tak kenal takut.     

Dia tidak menganggap kalau Sporting Lisbon saat ini akan menjadi ancaman baginya. Di Portugal, tim-tim yang mungkin menjadi ancaman bagi Forest adalah FC Porto, tim yang ditinggalkan oleh Mourinho, dan Benfica. Tapi, seandainya Tang En memiliki setengah saja pemahaman tentang Liga Eropa UEFA dibandingkan dengan pemahamannya yang luas tentang Liga Champions, dia akan tahu kalau Sporting Lisbon adalah runner-up musim lalu.     

Menurut pengaturan yang dijadwalkan untuk Liga Eropa UEFA, mereka akan bermain di babak 16 besar. Pertandingan pertama antara Nottingham dan Sporting Lisbon akan bertempat di Nottingham, dengan tim Forest mula-mula bermain sebagai tim tuan rumah dan kemudian sebagai tim tamu.     

Pengaturan pertandingan ini adalah satu-satunya hal yang benar-benar dicemaskan oleh Tang En. Dalam pertandingan dengan dua leg, tim tamu memiliki keunggulan dalam hal skoring. Tang En merasa kurang yakin dengan tim Forest harus memainkan pertandingan tandang di leg kedua. Dia lebih suka menghadapi skenario terburuk lebih dulu. Kalau mereka memainkan permainan tandang lebih dulu, mereka akan memiliki peluang untuk membalikkan keadaan di pertandingan kedua yang diselenggarakan di stadion kandang mereka. Tapi kalau pertandingan pertama dilakukan di stadion kandang mereka, mereka tidak memiliki opsi itu.     

Saat Tang En baru akan melakukan persiapan sepenuh hati dalam melawan Sporting Lisbon, dia merasa terganggu oleh masalah lain. Sejak media mengetahui tentang "kisah" antara George Wood dan Eastwood, mereka mulai membuat kehebohan tentang hubungan diantara keduanya; apakah mereka teman atau musuh?     

Selama latihan rutin yang biasa dilakukan oleh tim, para pengamat yang jeli akan sadar bahwa Eastwood yang optimis selalu tersenyum kepada semua orang di dalam tim. Dia selalu ramah dan bersahabat, kecuali kepada Wood. Saat menghadapi Wood, ekspresinya cukup dingin.     

Setelah hubungan itu ditemukan oleh media, yang kemudian membesar-besarkannya, hasilnya benar-benar berbeda. Bagi sebagian besar wartawan, salah satu hal yang paling menarik untuk dilakukan adalah menggali konflik yang ada di ruang ganti pemain. Dibandingkan dengan laporan hasil pertandingan Forest yang tidak jauh berbeda, gosip semacam ini akan bisa mendapatkan lebih banyak perhatian dari masyarakat.     

Apakah Freddy Eastwood masih menaruh dendam pada George Wood karena Wood pernah mematahkan kakinya?     

Apakah George Wood dibebani rasa bersalah karena dia pernah mematahkan kaki Eastwood? Atau apakah dia seperti Roy Keane, yang merasa gembira setelah berhasil mencederai kaki Haaland? Bukankah banyak orang kerap mengatakan bahwa George Wood, dalam beberapa tahun belakangan ini, adalah pemain yang paling mirip dengan Roy Keane?     

Apa tidak ada yang menganggap bahwa membuat keduanya sama-sama tinggal di tim dengan damai selama satu tahun adalah hal yang tidak masuk akal?     

Di dalam sebuah tim, mustahil untuk memiliki hubungan yang fantastis dengan semua orang. Itu logis. Akan selalu ada seseorang yang tidak bisa rukun dengan orang lain. Dalam hal ini, antara George Wood dan Eastwood, siapa yang memulainya?     

Tak peduli bagaimana orang memandang dirinya, hubungan Eastwood tampak lebih baik. Tapi saat ini, jelas George Wood lebih disukai oleh klub dan manajer, Tony Twain. Apa perlu menunjukkan mana yang lebih menguntungkan? Memiliki hubungan yang baik dengan pemain lain atau memiliki hubungan yang baik dengan petinggi klub?     

Sebagai akibatnya, tiga bulan setelah "skandal ruang ganti" yang terjadi sebelum pertandingan mereka melawan Manchester United, skandal lain meletus di dalam tim Forest. Beberapa media dengan sengaja mengklaim bahwa mereka telah menerima bocoran internal dari pemain Forest si ini-dan-si itu. Mereka melaporkan tentang George Wood dan Freddy Eastwood yang tampak saling tidak menyukai di ruang ganti: mereka tidak saling berbicara, tidak pernah bercanda, dan meminimalkan kontak satu sama lain selama latihan tim ... Tampak jelas, hubungan antara keduanya sangat mengerikan. Mereka hanya tinggal selangkah lagi dari menjadi orang asing.     

Sebenarnya, kali ini media tidak sepenuhnya mengarang cerita. Hal ini memang didasarkan atas fakta dan akan tampak jelas bagi siapapun yang cukup teliti dan jeli untuk melihatnya. Setiap tim pasti memiliki satu atau dua orang pemain yang tidak rukun terhadap satu sama lain, jadi pada awalnya tidak ada yang merasa terganggu dengan isu ini. Tapi, kini setelah media mengekspos latar belakang George Wood yang pernah mematahkan kaki Eastwood saat melakukan tackling, semua orang mulai menyadari bahwa urusan ini mungkin tidak sesederhana yang mereka kira.     

Bagi mereka, masalah ini sama tidak masuk akalnya seperti jika Roy Keane dan Haaland bermain di tim yang sama. Haaland pernah mencemooh Roy Keane karena memalsukan cedera di pertandingan derby Manchester dan menyebutnya sebagai seorang pembohong. Sebagai akibatnya, Keane menaruh dendam terhadapnya dan pada akhirnya mendapatkan kesempatan untuk membalas dendam di pertandingan derby Manchester yang berikutnya: disaat Haaland menerima umpan, Roy Keane menendang keras lutut Haaland dari arah samping. Tendangan itu sangat keras hingga membuat Haaland berputar di udara sebelum kemudian jatuh ke tanah. Setelah menerima cedera serius itu, Haaland langsung mengumumkan pensiun dari lapangan sepakbola.     

Permusuhan diantara keduanya sangat terkenal di seluruh Inggris.     

Eastwood juga hampir terpaksa pensiun karena tackling yang dilakukan George Wood. Meskipun Wood sendiri tidak pernah menyatakan bahwa tindakannya itu disengaja, tidak ada yang bisa mengesampingkan kemungkinan bahwa George Wood akan menulis otobiografi bertahun-tahun kemudian setelah dia menjadi terkenal dan dengan senang hati mengakui bahwa tindakannya itu disengaja. Bagaimanapun, Roy Keane telah membuka jalan itu di depannya. Kekuatan dari sosok panutan itu tak terbatas.     

Dari sini, tampak jelas bahwa kali ini media tidak mengada-ada. Namun, Tang En sama sekali tidak memiliki pandangan positif tentang paparazzi Inggris; waktu yang mereka pilih untuk membesar-besarkan berita ini jelas sangat buruk.     

Tepat sebelum menghadapi tantangan dari Sporting Lisbon, media membesar-besarkan konflik yang terjadi di dalam ruang ganti pemain Forest. Bukankah itu seolah mereka berusaha menyebabkan masalah bagi Tony?     

Ini sama seperti ketika tim nasional Inggris bersiap-siap untuk mengikuti kualifikasi Piala Dunia. Selama periode yang genting itu, tabloid-tabloid Inggris membuat keributan besar atas insiden "sheik" Sven-Göran Eriksson. Kelompok media ini tidak memiliki etika dalam menulis dan kualitas tulisan yang bisa dibanggakan. Dalam mencari keuntungan bagi diri mereka sendiri, mereka bersedia untuk melakukan apapun itu.     

Dalam aspek-aspek tertentu, Tang En merasa bahwa media di Inggris dan Cina cukup mirip. Untuk menarik perhatian para pembaca, mereka tidak ragu untuk membesar-besarkan, membuat sensasi, mengarang cerita, dan bahkan hampir bersinggungan dengan batas seksualisasi ... Tang En teringat King Kong dari Sina Sports. Dia benar-benar dewa yang patut disembah. Bahkan setelah tinggal di Inggris selama dua tahun, dia belum pernah melihat seorang editor, reporter, ataupun penulis kolom dengan bakat sepertinya.     

Dia sudah menyimpang dari bahasan semula. Bagaimanapun, Tang En merasa sangat tidak senang bahwa media telah menyebarkan berita "hubungan buruk antara George Wood dan Eastwood" hanya sesaat sebelum pertandingan babak 16 besar Liga Eropa UEFA. Tapi, karena mempertimbangkan stabilitas tim, dia telah menekan kemarahannya. Dia tidak ingin memberikan pengaruh negatif terhadap mood para pemain yang sedang bersiap menghadapi pertandingan penting.     

Di akhir konferensi pers yang sudah terjadwal, Tang En berkata dengan nada masam kepada para reporter yang mencari-cari berita sensational dari orang dalam "Aku merasa sangat kecewa karena kalian tidak menunjukkan hal yang baru padaku. Tiga bulan yang lalu, kalian membesar-besarkan berita tentang hubungan buruk antara George Wood dan rekan setimnya. Sekarang, kalian masih melakukan hal yang sama. Kuharap kalian bisa memberikan sesuatu yang lebih segar setelah tiga bulan. Kalau tidak begitu, semuanya jadi membosankan. Kita semua harus belajar untuk menjadi lebih baik, kan?"     

Meskipun Tang En berhasil memberikan teguran verbal kepada para wartawan, masalah yang ada masih tetap belum terpecahkan. Tang En juga tahu tentang hubungan antara Eastwood dan George yang cukup tegang. Dia sudah menduga hal ini akan terjadi saat Eastwood pertama kali memasuki tim. Media setidaknya telah mengungkapkan satu bagian dengan benar: kalau hal ini tidak ditangani dengan baik, hal ini jelas akan berbahaya bagi stabilitas Forest.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.