Mahakarya Sang Pemenang

Juara Liga Eropa UEFA?



Juara Liga Eropa UEFA?

0Saat Nottingham Forest terus menghadapi tantangan yang kuat dan berhasil unggul, sepertinya Liverpool tidak akan bisa terus bertahan.     

Pada tanggal 12 Februari, di putaran ke-27 kompetisi liga, tim Forest mencetak kemenangan melawan Southampton dalam pertandingan tandang, dan Liverpool kalah dari Birmingham City dalam pertandingan tandang. Liverpool tampak kehilangan fokus saat fase eliminasi Liga Eropa UEFA akan segera dimulai.     

Tim Forest mengungguli Liverpool dengan selisih tiga poin dan kini berada di peringkat kelima dengan empat puluh enam poin!     

Ini adalah pencapaian yang luar biasa. Apa yang membuat Twain merasa sangat senang bukan hanya fakta bahwa mereka telah berhasil mengungguli Liverpool, tapi juga selisih mereka dengan Everton yang hanya dua poin. Satu kemenangan lagi akan bisa menggungguli mereka. Everton kalah 0:1 dari Chelsea di kandang mereka untuk putaran liga kali ini.     

Dengan begini, peringkat enam teratas klasemen adalah Chelsea dengan 68 poin, Manchester United dengan 59 poin, Arsenal dengan 57 poin, Everton dengan 48 poin, Nottingham Forest dengan 46 poin, dan Liverpool dengan 43 poin.     

Setelah putaran liga ini berakhir, tim Forest bisa mulai mempersiapkan diri untuk Liga Eropa UEFA. Di satu sisi, ini bisa dianggap sebagai akhir dari suatu fase. Media Nottingham melantunkan pujian untuk Twain dan timnya. Semua orang sepakat bahwa manajer muda Tony Twain adalah faktor utama dalam kemampuan tim untuk bisa mencapai posisi mereka saat ini. Sebagai tim yang baru dipromosikan, tim Forest telah berhasil berada di lima besar setelah setengah jalan di turnamen liga dan berada di atas peringkat Liverpool. Ini adalah hal yang bahkan tak pernah diimpikan oleh sebagian besar fans Forest sebelum musim ini dimulai.     

Gary Lineker memuji tim Forest di program Match of the Day. "... Tim Forest muda ini mengingatkan kita pada Leeds United yang dipimpin David O'Leary: muda, energik, dan tidak takut apa pun. Jujur saja, aku sangat menyukai tim manajer Twain. Mereka telah membawa gelombang baru ke Liga Utama. Ingat apa yang kukatakan di akhir musim lalu, Mark? Kukatakan kalau Liga Utama musim ini akan menarik untuk ditonton. Kelihatannya aku memang benar."     

Liga Utama musim ini memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Keterlibatan kuat dari Mourinho, kelelahan yang dirasakan oleh tim-tim tradisional yang kuat seperti Liverpool dan Manchester United, kebangkitan Everton, dan kembalinya Nottingham Forest telah menyebabkan pergolakan di Liga Utama musim ini. Hal ini khususnya sangat menarik karena semuanya berjalan dengan lebih menegangkan, tidak seperti yang terjadi dalam beberapa musim terakhir. Sebelum ini, semua orang sudah tahu sejak awal bahwa gelar liga hanyalah sebuah mainan yang diperebutkan oleh Manchester United dan Arsenal. Dan Chelsea? Mungkin mereka bisa membuat sedikit masalah tapi mereka takkan berhasil. Juga sama sekali tak terpikirkan kalau Everton akan bisa duduk di peringkat keempat dan memiliki harapan yang tinggi untuk lolos ke Liga Champions UEFA musim depan.     

Sebelum musim ini dimulai, semua orang mengatakan bahwa tujuan Nottingham Forest untuk musim ini adalah menghindari degradasi. Kini ini sudah tidak ada lagi yang menyinggung tentang gagasan itu.     

Tapi, Twain menyadari bahwa hasil yang dicapai tim Forest saat ini ada banyak kaitannya dengan timing yang tepat. Kalau mereka melakukannya di musim-musim awal, atau di musim-musim ketika struktur baru Liga Utama baru dibentuk, akan sangat sulit bagi tim Forest untuk mempertahankan peringkat mereka. Musim ini adalah musim pertama Mourinho di Stamford Bridge. Kedatangannya memberikan dampak yang besar terhadap Arsenal dan Manchester United. Arsenal telah mengalami musim yang fantastis. Seolah-olah mereka telah naik ke puncak gunung dan sekarang sudah saatnya bagi mereka untuk turun. Dan keletihan Manchester United kelihatannya ada hubungannya dengan usia Ferguson yang tak lagi muda. Setelah pertandingan FA Cup itu, saat Twain dan Ferguson sedang minum bersama, Ferguson samar-samar menyinggung keinginannya untuk meninggalkan Manchester United setelah musim ini berakhir. Dia bertanya dengan nada bercanda apakah Twain ingin melatih Manchester United, yang ditolak Twain dengan nada bercanda yang sama.     

Kalau bukan karena adanya perubahan besar di antara tim-tim kuat di Liga Utama musim ini, tidaklah mungkin bagi Twain untuk bisa memimpin tim Forest hingga titik ini mengingat pengalamannya yang masih sedikit. Gary Lineker mengatakan bahwa tim Forest telah mengganggu pola umum Liga Utama dan membuat Liga Utama musim ini menjadi sangat menarik dan menegangkan untuk ditonton. Tapi Tang En, yang telah mengetahui sejarah yang terjadi, menyadari bahwa bukan kemunculan tim Forest yang mengganggu tatanan di Liga Utama. Tatanan itu memang pasti akan hancur. Jika bukan tim Forest yang menyebabkannya, maka itu pasti Chelsea. Kedatangan Twain hanya menambah kekacauan di Liga Utama, yang membuat Twain bisa lebih mudah dalam memanfaatkan dan mengambil keuntungan dari situasi yang kacau itu.     

Tim Forest, yang telah mencapai peringkat kelima di liga, sedang bersemangat tinggi dan bermain dengan sangat baik di pertandingan Liga Eropa UEFA berikutnya.     

Di babak ke-16 Liga Eropa UEFA, lawan Nottingham Forest adalah tim Austria yang cukup lemah, Grazer AK. Di leg pertama, tim Forest bermain dalam pertandingan tandang. Tim Forest lebih kuat dari lawan mereka. Tapi, Grazer AK bermain di kandang sendiri, yang merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan. Pada akhirnya, mereka bertarung dan mendapatkan hasil imbang dengan 2:2. Twain merasa sangat senang dengan hasil ini. Dengan dua gol dicetak di pertandingan tandang, kemungkinan besar mereka akan bisa masuk ke 16 besar Liga Eropa UEFA.     

Kembali ke stadion kandang mereka untuk leg kedua, tim Forest mengalahkan Grazer AK dengan 2:0 di tengah-tengah sorak-sorai para suporter mereka, dan berhasil maju ke 16 besar.     

Pada titik ini, Twain pada dasarnya telah menyelesaikan tujuan Eropa-nya yang ditetapkannya sebelum musim ini. Tim Forest tidak hanya berhasil lolos dari babak penyisihan tapi mereka juga berhasil maju ke 16 besar. Sebagai tim yang telah menjauh dari Eropa selama delapan tahun, itu sudah cukup untuk mengumumkan kembalinya mereka.     

Pertanyaan yang perlu dipertimbangkan oleh Twain saat ini adalah, apakah mereka ingin terus lanjut?     

Dia memutuskan untuk meminta saran dari Dunn.     

"... Sekarang ini kupikir tim memiliki kemampuan untuk melangkah lebih jauh di Liga Eropa UEFA, tapi aku tidak yakin apa kita harus terus maju ..." Twain mengajukan pertanyaannya di meja makan saat makan malam.     

Setelah dia mendengarkan pertanyaan Twain dalam diam, Dunn bertanya, "Seberapa jauh kau berniat untuk maju?"     

"Yah, aku tidak tahu. Mungkin ke perempat final, mungkin ke semi final ..."     

"Kalau bukan ke final, lalu apa perbedaan antara empat besar dan 16 besar?" komentar Dunn membuat Twain terdiam.     

Dia benar; kenapa aku ingin melangkah lebih jauh? Apa tujuanku setelah melangkah lebih jauh? Apa memiliki tujuan untuk melangkah lebih jauh juga termasuk semacam kemenangan?     

"Kalau kau tidak yakin bisa memenangkan kejuaraan, kusarankan kau melepaskan Liga Eropa UEFA sepenuhnya. Kalau kau-"     

Twain menyela analisa Dunn. "Aku memutuskan untuk mencobanya. Bagaimanapun hasilnya, mencobanya akan lebih baik."     

"Dan kau akan menyerah di Liga Utama?"     

"Tidak ... aku tidak benar-benar menyerah. Ini hanya perubahan fokus sementara. Ini ... penyesuaian strategis." Twain mengatakannya dengan sedikit enggan. Apa dia tidak berpikir untuk menyerah di Liga Utama?     

Kejayaan di Liga Eropa UEFA terlalu menggoda. Twain bahkan tidak berani memikirkannya setengah musim yang lalu. Tapi itu tidak berarti dia tidak bisa memikirkannya sekarang. Kalau aku bisa memimpin tim untuk memenangkan Liga Eropa UEFA, aku akan menjadi manajer yang berpengalaman menjadi juara di turnamen Eropa ...     

Membayangkan itu, Twain tidak bisa menahan diri.     

Itu adalah mimpinya. Dibandingkan dengan itu, tidak ada bedanya antara empat besar atau enam besar di Liga Utama Inggris. Bahkan meski dia tidak bisa berada di enam besar untuk memenuhi syarat kualifikasi turnamen Eropa musim depan, dia tetap bersedia melakukannya.     

"Jadi, sudah diputuskan. Tujuan tim Forest untuk musim ini adalah Liga Eropa UEFA." Twain memutuskan apa yang akan dilakukan tim Forest di paruh musim selanjutnya, meskipun dia kelihatan sedikit angkuh dengan garpu dan pisau di tangannya.     

Mendengar Twain mengatakan itu, Dunn tersenyum kecil seolah dia ingin mengatakan sesuatu. Tapi pada akhirnya, dia tidak mengatakan apa-apa.     

※※※     

Selama sesi latihan keesokan harinya, Twain memberi tahu tim pelatih bahwa dia telah memutuskan untuk melepaskan kejuaraan Liga Utama Inggris untuk sementara waktu dan lebih berkonsentrasi pada Liga Eropa UEFA. Dia tidak mendapatkan dukungan dengan suara bulat. Kerslake merasa sangat khawatir. Kerslake tidak pernah memiliki harapan yang tinggi untuk Liga Eropa UEFA. Baginya, liga domestik adalah yang paling penting.     

Pada awalnya, tim Forest telah memiliki momentum yang sangat baik di Liga Utama. Mereka sudah berhasil menyusul Liverpool dan hanya memiliki selisih dua poin dari Everton. Selama mereka terus menekan Everton, mereka akan bisa menggantikan posisi Everton dan menjadi tim dengan peringkat keempat di liga. Setelah itu, selama mereka mempertahankan peringkat mereka hingga akhir musim, mereka akan bisa berpartisipasi dalam putaran kualifikasi Liga Champions UEFA musim depan.     

Setelah latihan selesai, Kerslake menghentikan Twain di depan kantornya dan bertanya kenapa dia tiba-tiba sangat tertarik dengan Liga Eropa UEFA dalam semalam.     

"Tony ..." Twain mendengarnya sebelum dia masuk ke kantornya. Dia mendongak, melihat Kerslake bergegas mendekat, dan tersenyum.     

"Aku tahu apa yang ingin kau tanyakan. Masuk dan duduklah, David." kata Twain sambil menunjuk ke kursi di kantornya.     

Kerslake duduk dan bertanya dengan terus terang, "Tony, aku tidak tahu kenapa kau tiba-tiba saja sangat tertarik dengan Liga Eropa UEFA."     

Twain dengan santai duduk bersandar di sudut meja dan berkata sambil tersenyum, "Bukankah kejuaraan adalah sesuatu yang harus diminati oleh setiap manajer?"     

Itu pernyataan yang bagus, tapi Kerslake tidak berniat untuk setuju dengannya. Dia mencoba membujuk Twain dari sudut lain. "Tony, kita sedang berada di situasi yang bagus di liga saat ini. Kenapa kita harus meninggalkan liga untuk mengejar Liga Eropa UEFA, yang jauh lebih sulit? Apakah kau tahu siapa lawan kita di babak berikutnya dalam Liga Eropa UEFA?"     

"Sporting Lisbon," kata Twain sederhana, seolah-olah dia tidak menganggap lawan mereka adalah tim yang kuat. "Jangan khawatir, saat ini mereka tidak punya Figo dan tidak ada Cristiano Ronaldo."     

"Tentu saja Sporting Lisbon tidak sekuat sebelumnya. Tapi mereka masih cukup kuat untuk menjatuhkan kita."     

"Tapi itu bukan berarti kita tidak punya kesempatan untuk mengalahkan mereka. David, aku tahu apa yang kau khawatirkan. Tapi bukankah sepakbola seharusnya seperti ini? Kita akan selalu mengambil sedikit risiko, kan? Tidak ada kemenangan yang pasti. Kadang kita hanya perlu bertaruh. Kalau kita selalu mengikuti rencana yang sudah ditetapkan, itu tidak akan menarik." Twain mengangkat bahu dan menatap langit yang cerah di luar. "Baru-baru ini, aku merindukan momen saat kita memenangkan EFL Cup musim lalu. Itu pengalaman yang mendebarkan... sangat mendebarkan."     

"Tapi ... Bukankah akan sangat menyenangkan kalau kita memenuhi syarat untuk berpartisipasi di Liga Champions UEFA musim depan?"     

"Itu masih kurang kalau dibandingkan dengan menjadi juara Eropa musim ini," Twain tersenyum dan berkata kepada Kerslake, seolah-olah dia tidak merasa marah dengan asisten manajernya, meskipun dia bersikeras mengutarakan pandangan yang berbeda.     

Mendengar apa yang dikatakan Twain, Kerslake berhenti sejenak dan bergumam, "Baiklah. Mungkin memang karena kau berambisi tinggi maka kau bisa memimpin tim ini. Kalau kau sudah memutuskan seperti itu, aku akan membantumu."     

"Terima kasih, David." ucapan terima kasih Twain itu benar-benar tulus. Dia benar-benar sangat beruntung karena tidak menghadapi buruknya pergelutan kekuasaan yang biasanya terlihat di klub-klub sepakbola besar. Sebuah klub kecil tidak sekuat mereka, tapi masih ada manfaat dari menjadi klub kecil. Setidaknya orang-orang di sini lebih sederhana. Mereka mencintai tim dan dengan sepenuh hati akan merawatnya tanpa ada niat jahat.     

Semua itu memberinya David Kerslake, yang pada awalnya berlatih bersamanya di bawah kepemimpinan Paul Hart sebagai pelatih mereka, dan yang sekarang menjadi asisten manajernya yang tidak mengeluh.     

※※※     

Karena asisten manajer tidak merasa keberatan, tim pelatih akhirnya menyatukan pemikiran mereka. Prioritas jangka pendek tim Forest adalah untuk mengalahkan klub papan atas Portugal, Sporting Lisbon, di babak 16 besar Liga Eropa UEFA, lalu meluncurkan serangan diam-diam ke gelar juara Liga Eropa UEFA. Media masih belum tahu bahwa Twain ingin mendapatkan gelar juara Liga Eropa UEFA, dan tentu saja, tidak ada yang berani berspekulasi tentang hal itu.     

Dua hari setelah pertandingan melawan Grazer AK, tim Forest akan menyambut lawan mereka untuk putaran ke-28 liga, Blackburn Rovers, di kandang mereka. Karena serangkaian pertempuran di turnamen Eropa, Twain mengadopsi sistem rotasi. Penampilan sebagian besar pemain cadangan tidak terlalu melemahkan kemampuan tim Forest. Sebaliknya, para pemain cadangan yang lapar dan haus dengan pertandingan itu bekerja lebih keras untuk membuat manajer mereka terkesan. Meskipun begitu, tim Forest yang lelah dipaksa bermain imbang 2:2.     

Semua orang merasa bahwa skor itu normal. Setelah bermain di begitu banyak pertandingan secara berturut-turut di Liga Utama dan turnamen Eropa, sudah cukup bagus mereka tidak kalah. Tidak ada yang menyadari bahwa tim Forest telah mengalihkan fokus mereka. Bahkan Moyes masih merasakan tekanan dari Forest. Dia benar-benar tidak sadar bahwa pesaing utamanya tidak lagi terfokus pada liga.     

Sekarang sudah memasuki bulan Maret, masih ada dua bulan lebih sebelum akhir musim. Peringkat kelima tim Forest masih stabil, dan peringkat keenam Liverpool memiliki satu pertandingan yang tertunda, yang membuat mereka masih memiliki empat puluh tiga poin. Untuk menyingkirkan tekanan dari Forest, Everton arahan Moyes menggunakan semua kekuatan mereka dan mengumpulkan lima puluh satu poin di putaran ke-28 liga. Kesenjangan antara mereka dan tim Forest telah melebar menjadi empat poin. Tapi, Moyes masih belum bisa beristirahat karena dia juga sangat menyadari situasi di dalam timnya. Tanpa Gravesen, dan kegagalan dalam memboyong Mikel Arteta selama periode transfer musim dingin, Moyes merasa sangat sayang saat melihat pemain Spanyol itu tampil cantik sebagai pemain pengganti di putaran ke-26 liga. Kalau saja dulu dia lebih bertekad, dan mengajukan penawaran langsung dan bukannya pinjaman, dia mungkin sudah menegosiasikan remunerasi individu dengan Mikel Arteta sebelum Twain sempat ikut campur. Arteta bukan jenis pemain yang pilih-pilih tim. Saat itu, dia sudah tidak sabar untuk pergi dari Real Sociedad. Tidak masalah tim mana yang mendekatinya, dia pasti setuju.     

Everton arahan Moyes hanya menggertakkan gigi mereka dan terus maju. Dia berharap bahwa, disaat tim Forest bertempur di dua turnamen dan memiliki jadwal pertandingan yang intensif, mereka akan bisa memperlebar selisih poin mereka dengan tim Forest sehingga akan ada kelonggaran yang lebih besar di masa depan.     

Pada tanggal 5 Maret, untuk putaran ke-29 liga, Nottingham Forest menantang Middlesbrough dalam pertandingan tandang.     

Kali ini, tim Forest menurunkan lineup yang sama seperti sebelumnya.     

Setelah kalah dari tim Forest di final EFL Cup dan di paruh pertama liga, McClaren akhirnya memiliki kesempatan untuk membalas dendam. Semua kondisi tampak menguntungkan bagi Middlesbrough dan mereka mengalahkan Nottingham Forest dengan skor 2:0, dengan separuh pemain utama tim Forest tidak diturunkan.     

Media akhirnya menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Liga Eropa UEFA baru akan dilangsungkan enam hari kemudian, dan tidak ada dua pertandingan di minggu itu. Tim Forest tidak punya alasan untuk melakukan rotasi di dalam pertandingan. Hal yang bahkan lebih aneh lagi setelah mereka kalah, Tony Twain tampak sangat tenang saat dia berhadapan dengan McClaren.     

Itu adalah hal yang luar biasa. Sejak final EFL Cup, media sudah tahu bahwa Twain dan McClaren saling tidak menyukai. Di paruh pertama musim ini, setelah tim Forest mengalahkan Middlesbrough dengan skor 2:1 di kandang mereka, Twain tampak sangat senang di konferensi pers dan tidak menahan diri dalam pernyataannya kepada media. McClaren, saat itu, tampak muram di sepanjang konferensi. Semua orang bisa melihat kekecewaan di wajahnya.     

Sekarang setelah McClaren berhasil membalikkan keadaan dari kekalahan yang dideritanya di paruh pertama musim ini, Twain tidak terlihat suram. Sebaliknya, dia tampak tenang.     

Itu tidak sejalan dengan karakter Twain. Di masa lalu, saat dia kalah dari McClaren yang paling dibencinya, dia mungkin bangkit dari kursinya dan meninggalkan konferensi pers lebih awal setelah membacakan ringkasan pertandingan. Sekarang dia benar-benar duduk di sana dan mendengarkan McClaren memuji kinerja Middlesbrough yang luar biasa, bagaimana mereka telah berhasil menekan serangan tim Forest, bagaimana mereka bisa bertahan melawan kuatnya penyerang tengah seperti Viduka, dan mereka berhasil memerangkap Albertini di lini pertahanan mereka.     

Dia tidak membantah sama sekali sampai McClaren selesai berbicara. Kemudian ia meluangkan waktu untuk mengekspresikan kepuasannya dengan kinerja timnya, karena "para pemain muda dan mereka yang biasanya tidak punya banyak peluang untuk tampil akhirnya mendapat kesempatan untuk diturunkan, yang sangat penting bagi perkembangan mereka."     

Apa dia melihat Liga Utama sebagai tempat latihan untuk pemain baru? Apa dia sudah hilang akal? Siapa yang akan menempatkan Liga Utama ke level itu? Dia seharusnya melatih pemain baru di EFL Cup atau FA Cup, bukan di Liga Utama!     

Apa dia sombong atau dia memang tidak peduli?     

Bahkan McClaren, yang duduk dengan senang di sampingnya, tidak bisa menahan diri untuk tidak melirik Twain. Dia mengira bahwa Twain pasti hanya berpura-pura untuk membuatnya merasa terganggu. Tapi... maaf saja, Tn. Tony Twain, aku bukan anak kemarin sore.     

Twain berdiri dan mengambil inisiatif untuk mengulurkan tangannya pada McClaren. Dia tersenyum dan berkata, "Semoga beruntung, Tn. McClaren."     

"Semoga beruntung juga untukmu, Tn. Twain," jawab McClaren, balas tersenyum.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.