Mahakarya Sang Pemenang

Agen Bagian 2



Agen Bagian 2

0Wood duduk di ruang tengah bersama tamu mereka, Billy Woox, sementara Sophia pergi ke dapur untuk membuatkan teh.     

Billy memberinya sebuah kartu nama baru, dengan jabatannya sekarang berubah menjadi agen pemain sepakbola profesional. Wood menatapnya penasaran dan menerima senyuman dari pria itu.     

"Aku bosan dengan industri hiburan," jelasnya.     

Wood tidak tertarik untuk memahami latar belakangnya. Dia menyingkirkan kartu nama itu dan menatap Billy dengan diam. Dia tidak tahu bagaimana harus memulainya; dia belum pernah melakukan hal seperti ini.     

Billy Woox melihat kegelisahan Wood. Sebagai seorang agen, tugasnya adalah mempertimbangkan semua faktor bagi kliennya. Bahkan detail paling kecil sekalipun tidak boleh diabaikan; kalau dia bisa melakukan itu, dia akan bisa mendapatkan kepercayaan dari calon kliennya. Entah dia sedang menghadapi seorang pesepakbola profesional atau seorang selebritis terkenal, itu akan sama saja.     

Karena Wood tidak tahu harus mengatakan apa, aku saja yang melakukannya.     

Billy Woox masih tetap tersenyum dan mengungkapkan tujuannya datang kemari. "Jadi begini... Aku tahu kalau kau masih belum mendapatkan agen, benar?"     

Wood mengangguk. Dibandingkan dengan agen yang hanya menelepon sekali atau dua kali, pria ini, yang sudah pernah dia temui sebelumnya, jelas lebih familiar daripada mereka.     

"Karena itu, aku berharap aku bisa menjadi agenmu ... Ah, terima kasih, Nyonya."     

Woox mengambil secangkir teh hangat dari tangan Sophia dan meletakkannya di atas meja. Dia melanjutkan. "Aku akan sepenuhnya bertanggung jawab dalam melakukan negosiasi kontrak antara kau dan klub, dan aku akan membantumu menghubungi berbagai merk sponsor. Aku akan mengemasmu dengan cara yang paling komprehensif dan menyusun rencana pengelolaan keuangan yang paling menguntungkan bagimu. Semua itu akan kuatur sedemikian rupa hingga saat kau sudah tidak lagi bermain sepakbola, kau masih bisa terus menghasilkan uang. Tapi tentu saja, aku tidak berusaha untuk membuatmu meninggalkan arena sepakbola profesional. Bagaimanapun, tak peduli seberapa baik permainan sepakbolamu, kau takkan bisa menjadi terkenal dan mendapat lebih banyak uang kalau tidak ada orang yang bisa memasarkanmu. Lihatlah David Beckham; dia adalah simbol kesuksesan."     

Kesuksesan Beckham memang sudah terkenal di seluruh Inggris. Wood juga mengetahuinya. Bahkan setelah Beckham pindah ke Spanyol, pengaruhnya di Inggris masih tidak berkurang.     

"Dan kesuksesan Beckham itu tidak bisa dipisahkan dari tim agennya." Woox menyesap teh hitamnya. "George, kau memiliki setiap kualitas yang diperlukan untuk menjadi bintang idola. Sekarang ini, kau hanya membutuhkan agen yang luar biasa." Sebelum dia menyadarinya, dia mulai menyebut Wood sebagai George. Ini membuat keduanya tampak lebih dekat.     

Setelah membuatkan teh untuk tamu mereka, Sophia duduk di samping Wood dan mendengarkan pembicaraan mereka dalam diam. Dia tidak menyuarakan pendapat atau mengajukan pertanyaan. Di matanya, Wood sudah dewasa dan dia harus membuat keputusan sendiri tentang hal-hal seperti itu.     

Setelah berpikir lama, Wood akhirnya mengajukan pertanyaan yang penting. "Tapi kau tidak punya pengalaman menjadi agen pemain sepakbola."     

Billy Woox tahu pertanyaan ini akan datang. Memang benar dia baru saja beralih karier menjadi agen pemain sepakbola. Dia pasti terlihat seperti seorang pemula yang baru memasuki bidang ini, tapi dia hanya terlihat seperti itu.     

"Tentu saja, aku tidak akan menyangkal kalau aku belum pernah menjadi seorang agen pemain sepakbola. Tapi, aku sangat berpengalaman menjadi seorang agen. Kurasa pekerjaan sebagai seorang agen untuk artis dan pemain sepakbola memiliki kesamaan. Kalau aku menjadi agenmu, aku tidak perlu terlibat dengan urusan sepakbola selama beberapa waktu... Dengan kata lain, George, aku ingin bertanya apa pernah terlintas dalam pikiranmu untuk meninggalkan Forest?"     

Pertanyaan itu diajukan dengan cukup tiba-tiba, membuat Wood tertegun sejenak dan alisnya bertaut. Bahkan Sophia juga cukup terkejut hingga ekspresinya berubah. Billy Woox mengambil semua informasi ini dan menyadari bahwa Wood telah salah memahami pertanyaannya. Dia buru-buru menjelaskan. "Aku tidak mencoba membuatmu pergi dari Forest. Aku hanya bertanya apa kau pernah mempertimbangkan hal itu."     

Wood menggelengkan kepalanya. Dia tidak pernah berpikir untuk meninggalkan Nottingham Forest. Baginya, bermain sepakbola di tim Forest adalah segalanya. Kenapa dia harus pergi ke klub lain?     

"Sudah jelas kalau kau tidak berpikir untuk meninggalkan klub. Pada dasarnya, itu artinya aku hanya akan sedikit terlibat dengan sepakbola. Pekerjaan awal kita akan melibatkan memperluas pengaruhmu dan reputasimu diluar lapangan sepakbola, dan ini adalah keahlianku." kata Woox dengan penuh percaya diri.     

"Aku memiliki jaringan yang sangat luas di luar lapangan sepakbola. Dan yang paling penting bagi seorang agen adalah jaringan yang mereka bangun. Aku tahu banyak agen lain telah berusaha mendekatimu. Aku tidak tahu janji seperti apa yang mereka berikan untukmu, tapi aku cukup percaya diri dan memiliki kemampuan untuk membantumu menjadi seorang pemain sepakbola yang bisa mendapatkan uang paling banyak; bintang sepakbola yang paling sukses. Selain itu, aku juga akan membantumu merencanakan dan memasukkan uang yang kau hasilkan saat ini ke dalam investasi-investasi. Setelah kau pensiun di masa depan, kau tidak perlu khawatir tentang tidak memiliki penghasilan."     

Kata-katanya terngiang-ngiang di telinga Wood. Ini persis seperti apa yang dikatakan oleh Tang En. Setelah dia pensiun, uang yang diperolehnya dari bermain sepak bola pada akhirnya akan habis. Dia tidak memiliki skill lain; jelasnya, dia tidak akan kembali menjadi portir kan? Bukankah akan lebih baik kalau dia bisa menggunakan uang yang diperolehnya saat ini untuk menghasilkan lebih banyak uang di masa depan?     

Wood bertanya, "Kalau ... Kalau aku menandatangani kontrak denganmu, apa yang harus kulakukan?"     

Mendengar apa yang dikatakan Wood, Billy Woox tahu dia sudah mendapatkan Wood. Sekarang, karena tidak ada Tony Twain yang menyebalkan itu sebagai pengganggu, bukankah terserah padanya bagaimana dia ingin berurusan dengan bocah yang tak berpengalaman ini?     

"Kau tidak perlu melakukan apa-apa," kata Woox sambil tersenyum. "Sama seperti sekarang, kau hanya perlu bermain bola dengan baik. Penampilan gemilang yang kautunjukkan di lapangan akan menjadi dasar bagi pekerjaanku untuk membantumu mendapatkan lebih banyak keuntungan. Tentu saja, saat kau tidak bermain dalam sebuah pertandingan, kau mungkin perlu menghadiri beberapa acara sponsor denganku, seperti syuting iklan ..."     

"Sama seperti Boss?" Wood merujuk pada Tony Twain, yang baru saja pergi ke London untuk pemotretan sebuah iklan.     

Billy Woox pada awalnya agak bingung, dan kemudian baru teringat tentang Tony. Dia mengangguk. "Itu benar, persis seperti itu. Kau mungkin akan merasa sedikit lebih sibuk, tapi itu sebanding dengan keuntungan yang akan kau peroleh, menjadi lebih sibuk hanyalah hal kecil."     

Seperti iblis yang muncul dari kedalaman jurang, Woox menggunakan kata-kata manisnya untuk merayu bocah di depannya agar mempercayai semua hal yang ditawarkannya.     

"Kau akan mendapatkan begitu banyak uang, kau tidak perlu menyewa dan tinggal di apartemen yang sederhana. Kau bisa membeli rumah paling mewah di lokasi terbaik dengan kolam renang, lapangan tenis, dan garasi. Kalau kau mau, kau bahkan bisa membangun lapangan sepakbola milikmu sendiri. Pada saat itu, kau bisa mempekerjakan banyak asisten rumah tangga, dan ibumu," Woox menoleh untuk tersenyum ke arah Sophia, "bisa bersantai dan menikmati semua ini tanpa harus bekerja keras lagi."     

Wood menatap ibunya, yang tersenyum ke arahnya.     

Kenapa dulu dia, sebagai anak konyol yang tidak tahu apa-apa, berlari untuk mencari Tony? Kenapa dia setuju menerima pelatihan di tim pemuda dan hanya menerima upah yang sedikit? Kenapa dia berlatih begitu keras? Apa alasannya dia mengambil jalur sepakbola profesional?     

Billy Woox mengeluarkan setumpuk file dari dalam tasnya dan meletakkannya ke atas meja. "Ini adalah laporan yang sudah kubuat untukmu. Ini adalah analisis tentang keuntunganmu dan audiens pasarmu ..."     

Itu adalah kartu As terakhir yang dipersiapkan oleh Billy: sebuah laporan yang merinci tentang rencana untuk mengemas citra Wood ... tapi Wood tampaknya tidak tertarik mendengarnya. Dia memotong aliran kata-kata Billy dan berkata, "Kau bisa menjadi agenku."     

Pernyataan sederhana itu menentukan masa depan mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.