Mahakarya Sang Pemenang

Perburuan Bagian 2



Perburuan Bagian 2

0"Selamat pagi, Freddy." Twain memperhatikan koran di tangan Eastwood dan tertawa. "Kukira kau tidak pernah membaca koran."     

"Aku masih membacanya sekilas, aku hanya jarang membaca bagian olahraga. Tapi hari ini, karena ini ..." Freddy Eastwood menunjuk ke gambar Twain di koran dan tersenyum, "Pada awalnya aku tidak mengenalimu. Chief, kau terlihat berbeda dari biasanya kalau memakai makeup."     

Twain menatap koran di tangannya. Dia memang terlihat berbeda dan lebih tampan dari bayangannya di cermin. Tidak heran semua bintang selebritis di dalam gambar tampak luar biasa. Semua itu adalah berkat kerja keras para penata rias, teknisi cahaya dan fotografer.     

"Kau pasti salah, Freddy, aku selalu terlihat seperti ini," kata Twain tertawa kecil sambil menunjuk ke koran. "Di mana Sabina?" Dia baru menyadari kalau Eastwood ada di sana sendirian.     

"Dia mengantar anak-anak ke sekolah."     

"Mengantar anak-anak ke sekolah saat dia hamil..." Saat dia memikirkan tentang ibu muda yang sedang hamil tapi tak bisa duduk diam sepanjang hari, Twain tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Apa itu karena Sabina memiliki energi berlebih? Atau itu karena dia keras kepala? "Jadi, anak keduamu laki-laki atau perempuan?"     

"Anak perempuan!" sahut pria gipsi itu dengan segera. "Kami selalu menginginkan seorang anak perempuan, dan kami bahkan sudah memikirkan nama untuknya."     

"Siapa namanya?"     

"Chardonnay."     

Saat Twain mendengar nama itu, dia merasa sedikit aneh. "Itu nama yang aneh ... Apa itu?"     

"Itu sejenis anggur berkulit hijau dan jenis minuman anggur yang paling populer, itu jenis anggur yang cepat ranum!" Eastwood menjelaskan dengan sungguh-sungguh.     

"Oh ..." Gipsi Romani itu kadang-kadang memiliki pola pikir yang berbeda dari orang biasa. Setelah memahami ini, Twain tidak lagi bertanya-tanya tentang kata-kata dan tindakan Eastwood yang aneh. Tapi, memberi putrinya nama yang aneh seperti itu adalah hal yang tak terduga.     

Dia melihat arlojinya; sudah hampir waktunya.     

"Ayo pergi, Freddy."     

Gipsi Romani itu mengangguk, dia bangkit untuk memasukkan koran ke dalam karavan dan kemudian berjalan bersama Twain menuju lapangan latihan.     

Kompleks latihan perlahan mulai ramai. Para pemain dan pelatih, yang datang untuk latihan, secara kontinyu terus bermunculan di lapangan latihan. George Wood masih pemain pertama yang tiba disana, dan pagar kawat diluar lapangan dikelilingi oleh banyak fans yang datang untuk menonton tim berlatih dan untuk mendapatkan tanda tangan dari pemain yang mereka sukai. Wood, yang saat ini menjadi pemain terpopuler, menjadi fokus perhatian mereka.     

Cuacanya sedang bagus hari ini, dan karenanya jumlah orang yang berdiri di luar lapangan latihan juga meningkat.     

Twain berjalan di belakang mereka dan bisa mendengar dengan jelas suara-suara para fans yang berbicara dengan penuh semangat tentang Wood.     

"Dia sangat tampan!"     

"Keren banget!"     

"Lihat matanya!"     

Itu semua suara perempuan. Sebagian besar fans George Wood adalah perempuan. Sebenarnya, George Wood memang memiliki bakat untuk menjadi idola. Dia mungkin tidak dianggap tampan, tapi dia tampak gagah dengan rahang yang terlihat kuat dan garis-garis wajah yang tegas. Selain itu, posisinya di lapangan dan gaya bermainnya dengan mudah memberinya kesan cuek. Tapi Wood tidak menyadari itu, dan tidak pernah berniat untuk mengubah aspek itu.     

Tiba-tiba saja suara seorang pria terdengar diantara banyaknya suara wanita, yang tentu saja akan menarik perhatian Twain.     

"Benar-benar pria yang tampan!"     

Twain agak merinding saat dia melewati pria itu. Dia berhenti melangkah untuk melihat siapa yang baru saja mengatakan itu.     

Pria itu membelakangi Twain. Pakaiannya tidak flamboyan tapi cukup sesuai untuk acara ini dan sama sekali tidak terlihat ada kerutan. Rambut pirangnya disisir ke belakang dengan cermat. Sepatunya berkilauan seperti cermin.     

Orang seperti itu tidak mungkin penggemar seorang pemain seperti George Wood.     

Twain berdiri di belakang pria itu, berusaha untuk memahaminya. Semakin dia memandang pria itu, dia merasa kalau sosok itu tampak familiar.     

"Daya tarik seperti itu jauh lebih kuat daripada semua tipe banci itu. Kenapa aku tidak menemukanmu lebih awal? Oh, George Wood."     

Mendengar orang itu bergumam pada dirinya sendiri, Twain tiba-tiba saja teringat.     

"Kau masih belum menyerah."     

Twain tiba-tiba saja berbicara di belakang pria itu, membuatnya terkejut. Bahunya berguncang karena kaget, dan kemudian dia membalikkan badan untuk melihat Tony Twain, yang sedang berdiri di belakangnya. Dia berkata sambil cemberut, "Apa tidak ada yang memberitahumu kalau tidak sopan menguping dan mengganggu seseorang tanpa ijin, Tn. Twain?"     

Seperti yang diduga, pria itu adalah pria yang telah memblokir jalan Wood untuk memberinya sebuah kartu bisnis pada hari itu.     

Tanpa tahu kenapa, setiap kali Twain bertemu dengan pria ini, Twain tiba-tiba akan merasa suram, seolah-olah langit berubah menjadi mendung yang gelap.     

"Kalau begitu, apa ada yang pernah memberitahumu bahwa tidak sopan untuk selalu mencoba memburu kepunyaan orang lain, Tuan?"     

Kedua pria itu saling berdiri berhadapan, tidak ada yang mau melangkah mundur.     

"Apa kau ingin aku mengingatkanmu lagi? George Wood adalah pemain inti Nottingham Forest. Dia tidak akan melakukan apapun selain bermain sepakbola. Jangan pernah berpikir untuk membentuknya menjadi bintang hiburanmu sendiri."     

Pria itu juga tahu bahwa beberapa hal memang sulit untuk diubah. Saat ini, George Wood sedang sangat populer. Dia tidak punya alasan untuk membujuk anak itu agar melepaskan karir yang tampaknya menjanjikan ini untuk mencoba peruntungannya di dunia hiburan.     

Tapi dia hanya tidak tahan dengan sikap sombong pria ini dan nada suaranya, karena dia sendiri adalah tipe orang yang suka berada di atas yang lain.     

"Nottingham Forest menyambut siapapun yang ingin mendukung tim, tapi kalau kau ingin membawa Wood pergi dari Wilford, aku tidak akan membiarkanmu melakukannya."     

Setelah mengatakan ini, Twain berbalik dan melangkah pergi. Tetap tinggal di belakang, pria itu mengerutkan bibirnya dengan erat dan menatap tajam punggung Twain.     

"Kita akan bertemu lagi, Tuan Twain ... aku berjanji padamu."     

※※※     

Pada tanggal 15 Januari, Nottingham Forest mengalahkan Fulham, yang datang untuk menantang mereka di kandang sendiri dengan skor 1:0. Dengan berakhirnya putaran ke-23, Nottingham Forest berada di peringkat keenam dengan total tiga puluh tujuh poin, skor yang sama dengan Liverpool, tapi dengan jumlah gol yang sedikit lebih rendah. Setelah bermain lebih dari setengah turnamen liga, Tang En merasa sangat puas dengan hasil yang diraih oleh tim. Di awal turnamen liga, banyak tim dari tingkat menengah dan bawah berhasil mencapai peringkat di atas peringkat keenam, tapi sekarang, Nottingham Forest adalah satu-satunya tim yang tetap berada di tingkat atas klasemen.     

Tang En tidak terkejut melihat Everton berada di peringkat keempat karena dia tahu kemampuan Everton dan standar Moyes. Itu adalah hasil yang masuk akal dan adil. Tapi dia juga tahu bahwa paruh kedua musim ini sangat penting bagi Moyes dan dirinya sendiri. Tim Forest berada di bawah tekanan besar untuk bisa mempertahankan peringkat keenam mereka. Serupa dengan ini, Moyes juga akan berusaha keras untuk tetap berada di empat besar.     

Di dalam benaknya, Tang En tanpa sadar selalu menganggap Everton arahan Moyes sebagai pesaing langsungnya karena Everton dan Forest adalah yang dua tim dengan kemampuan yang hampir sebanding.     

Chelsea kini berada di peringkat teratas. Mereka telah memenangkan delapan belas pertandingan dari dua puluh tiga putaran disertai empat kali imbang dan satu kali kalah. Tim ini menempati peringkat pertama dengan lima puluh delapan poin, unggul sepuluh poin dari Arsenal yang menduduki peringkat kedua!     

Kalau terus seperti ini, Chelsea hampir dipastikan akan memenangkan gelar liga musim ini, seperti yang diingat oleh Tang En; dan satu-satunya pertandingan dimana mereka kalah adalah pertandingan saat melawan tim Forest.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.