Mahakarya Sang Pemenang

Ejekan — Bagian 1



Ejekan — Bagian 1

0Saat Wood dan Zidane saling berjabat tangan sebelum pertandingan, dia mengamati pria Prancis itu dengan seksama. Sebelum pertandingan, dia telah mendengar banyak hal tentang pria itu. Ada banyak legenda tentangnya. Yang paling banyak dibicarakan orang adalah dua sundulan di final Piala Dunia di Prancis dan tendangan voli setinggi-langit di final Liga Champions 2002.     

Ribéry adalah orang yang paling banyak berbicara tentangnya karena dia baru saja berinteraksi dengan Zidane selama masa pertandingan tim nasional Prancis. Zidane adalah legenda hidup baginya. Dia selalu mengira kalau dia hanya bisa melihatnya dari jauh. Dia sama sekali tak menyangka akan memiliki kesempatan untuk berinteraksi dari dekat dengannya dan berlatih bersamanya di timnas. Dan sekarang mereka telah menjadi lawan.     

Ribéry dengan serius menjelaskan kepada Wood tentang betapa tangguhnya Zidane. Wood saat itu bertanya, lebih kuat dari Riquelme?     

Ribéry tertawa terbahak-bahak cukup lama sebelum dia bisa menjawab Wood. Keduanya bahkan tidak berada di level yang sama.     

Sekarang, Wood memiliki kesan yang berbeda terhadap Zidane. Dia tidak punya perasaan yang nyata saat orang lain mengatakan padanya tentang betapa kuatnya Zidane. Tapi dengan perbandingan yang diberikan oleh Ribéry, dia akhirnya mengerti. Dia telah merasakan secara langsung seberapa kuat Riquelme itu. Kalau Zidane bahkan lebih kuat daripada Riquelme, dia harus menghadapinya dengan serius.     

Zidane yang berusia 33 tahun bukan lagi pemuda dari AS Cannes. Orang-orang selalu mengatakan dia mulai botak. Sekarang dia memang botak.     

Para pemain Real Madrid tampak sangat serius saat mereka berjabat tangan dengan para pemain Forest. Bahkan wajah Roberto Carlos yang ceria dan optimis pun tampak tegang.     

Mereka jelas tahu betapa pentingnya pertandingan ini.     

Setelah kalah dari Barcelona, ​​semua orang berada di bawah banyak tekanan. Kalau mereka kalah dari Nottingham Forest, mereka tidak tahu badai apa yang akan menunggu mereka.     

Luxemburgo berdiri di pinggir lapangan dengan tangan dilipat di dada dan menatap ke lapangan dengan alis nyaris menyatu.     

Berkebalikan dengan ini, tim Forest yang menjadi tim tamu tidak berada dibawah tekanan apapun. Twain memberitahu para pemainnya sebelum pertandingan bahwa mereka harus menang, tapi para pemainnya tidak terlihat khawatir.     

Setelah seremoni sederhana, para pemain dari kedua tim berdiri di masing-masing sisi lapangan mereka dan menunggu kick off.     

Twain berjalan kembali ke area teknis dan duduk.     

Wasit berdiri di luar lingkaran tengah dan mengkonfirmasi waktu dengan melihat arlojinya untuk yang terakhir kalinya. Saat dia mendongak lagi, dia meniup peluitnya.     

Dan pertandingan pun dimulai!     

※※※     

Real Madrid melakukan kick off.     

Luxemburgo telah menurunkan pasukan terkuatnya untuk pertandingan ini.     

Kiper mereka adalah kiper nomer satu di Spanyol, Iker Casillas. Dua bek tengah adalah Sergio Ramos dan Ivan Helguera. Di sisi kiri dan kanan, dua bek belakang adalah pemain veteran Roberto Carlos di kiri dan Míchel Salgado di kanan. Ada empat gelandang, Zidane di sebelah kiri, Beckham di kanan, dan Gravesen dan Guti di tengah. Kedua penyerang yang diturunkan masih Ronaldo dan Raul.     

Ada juga Robinho dan Baptista yang duduk di bangku cadangan.     

Luxemburgo tidak memiliki sepasang gelandang bertahan di lini tengah saat ini. Setelah baru saja kalah dalam pertandingan penting di stadion kandang, ia berharap bisa menggunakan taktik menyerang (offense) untuk mengekspresikan niat baiknya kepada para fans Real Madrid yang marah dan menyelamatkan posisi manajerialnya yang terancam bahaya.     

Sebuah spanduk dengan slogan "Pergi sana, Luxemburgo" sudah muncul di tribun pertandingan ini.     

Sebagai akibatnya, dia memiliki dua tujuan untuk pertandingan kali ini. Yang pertama adalah memenangkan pertandingan dan yang kedua adalah memenangkannya dengan indah.     

Real Madrid secara tradisional menekankan kedua prinsip itu. Sepak bola Real Madrid memang seperti itu. Kemenangan adalah hal yang biasa bagi mereka dan tidak layak untuk dibanggakan. Menang dengan indah adalah sesuatu yang mereka banggakan.     

Dengan kata lain, para fans di Bernabéu mungkin merasa khawatir tentang berapa menit Casillas bisa bermain secara kontinyu tanpa kebobolan gol. Tapi, mereka lebih peduli tentang berapa banyak gol lain yang bisa dicetak oleh striker mereka setelah memasukkan dua gol ke gawang lawan.     

Bagi sebagian besar pelatih, memimpin tim mereka menuju kemenangan bisa dianggap sebagai sebuah pencapaian besar. Tapi bagi manajer Real Madrid, kalau dia tidak bisa memimpin timnya untuk bermain dengan indah, maka tidak ada gunanya memenangkan banyak pertandingan. Hanya ada satu hasil. Dia boleh saja merayakan keberhasilan timnya merebut gelar juara musim ini di Plaza de Cibeles Madrid dengan banyak orang lain, tapi keesokan harinya, semua outlet media utama mungkin akan dipenuhi berita terbaru tentang pemecatannya.     

Karena itu, sangatlah sulit menjadi manajer Real Madrid.     

Luxemburgo telah mengalami kejayaan dan kemegahan dari menjadi manajer sebuah klub papan atas. Sekarang adalah gilirannya untuk merasakan kekejaman dan keburukan dari klub papan atas.     

"Real Madrid telah melancarkan serangan sengit ke tim Forest sejak awal pertandingan. Sepertinya pria Brasil itu telah memutuskan untuk menggunakan offense untuk menghancurkan tim Forest. Bagaimana manajer Tony Twain menghadapi hal ini?" komentator ESPN bertanya di dalam komentarnya.     

Bagaimana dia akan menghadapinya?     

Twain juga menanyakan hal itu pada dirinya sendiri berulang kali.     

Dia tahu bahwa gaya Luxemburgo di Real Madrid adalah melakukan serangan balik defensif. Tapi, setelah dia melihat kekalahan Real Madrid baru-baru ini terhadap Barcelona, ​​Twain merasa kalau Luxemburgo tidak akan tetap menggunakan taktik serangan balik defensif yang hanya akan memicu cemoohan di Bernabéu untuk pertandingan kali ini.     

Untuk menyenangkan hati para fans terhadap posisinya sebagai pelatih, dia pasti akan membuat timnya menekan dan menyerang lawan. Mereka akan memainkan 'beautiful football' yang suka ditonton oleh para fans Real Madrid. Dengan begitu, meskipun tekanan di lini pertahanan tim Forest melonjak, lahan kosong yang luas di belakang lini pertahanan Real Madrid bisa dieksploitasi.     

Twain berubah pikiran dan memutuskan untuk tidak terlibat dalam aksi saling serang yang intens dengan Real Madrid di Bernabéu. Tim Forest saat ini bukanlah tandingan Real Madrid dalam melakukan serangan, meski jika Real Madrid yang ini hanyalah sebuah 'kuda lemah'.     

Banyak tim akan berada dalam dilema saat bertanding melawan Real Madrid terkait apakah mereka akan menyerang atau bertahan. Menggunakan taktik menyerang berarti bersaing langsung dengan Real Madrid dalam hal mencetak gol, yang akan terlalu berat bagi banyak tim. Tapi bagaimana dengan taktik bertahan? Mereka juga cemas apakah lini pertahanan mereka bisa tetap bertahan selama sembilan puluh menit saat menghadapi serangan Real Madrid yang bertubi-tubi.     

Tapi Twain tidak khawatir tentang itu. Dia memahami Real Madrid, dan dia tahu seperti apa Real Madrid saat ini.     

Dia tahu bagaimana caranya bertahan terhadap dan menghentikan serangan dari pasukan superstar Real Madrid.     

Dan itu adalah dengan menggunakan taktik high pressing.     

Lini pertama pertahanan akan dibangun mulai dari garis depan. Jika mereka kehilangan bola, para pemain harus segera merebut bola dari lawan. Gerakan mereka harus kasar dan cepat. Mereka harus menggunakan benturan fisik, menyekop bola, melakukan pelanggaran, dan menggunakan semua cara yang bisa dilakukan untuk mengganggu ritme serangan Real Madrid. Mereka harus memaksa para pemain superstar itu menjadi kacau dan bingung.     

Kemudian mereka harus mengakhiri pertandingan dengan serangan balik diam-diam yang sangat efisien.     

Itulah yang Twain harapkan dari para pemainnya.     

Untuk itu, ia meminta Anelka untuk ikut bertahan dan mengatakan padanya bahwa dia harus segera merebut bola setelah dia kehilangan bola. Kalau dia tidak bisa melakukannya, Twain akan mengeluarkannya dari lapangan.     

※※※     

Bola dioper ke kaki Zidane dan George Wood bergegas merebut bola. Dia merasa bahwa gerakannya pasti sudah cukup cepat hingga lawannya tidak bisa memberi respon tepat waktu. Di ruang sempit dekat tepi batas lapangan, Zidane jelas tidak akan bisa menghindarinya kecuali dia menendang bolanya keluar dari lapangan.     

Dia sama sekali tidak menduga saat Zidane tiba-tiba saja menginjak bola, berbalik 180 derajat, dan berputar sambil melewati sisi kakinya!     

"Wow — itu Marseille Turn!"     

Tertegun, Wood terduduk di lapangan dan menyaksikan pemain nomor lima Real Madrid melewatinya dengan elegan.     

Ini adalah interaksi pertamanya dengan sang legenda sepakbola, dan dia kalah!     

Setelah melewati Wood, Zidane langsung mengoper bola ke Roberto Carlos yang masuk dari sayap. Bek sayap Brasil itu dengan cepat bergerak masuk dari belakang dan Chimbonda bergegas maju untuk menghadangnya, tapi Carlos dengan brutal berhasil menerobos. Carlos menendang bola ke depan dan kemudian melaju cepat untuk melewati Chimbonda, yang harus berbalik untuk mengejarnya.     

Sorakan di stadion Bernabéu mulai terdengar sejak Zidane berhasil melewati Wood, dan mencapai puncaknya saat Carlos menerobos Chimbonda.     

Twain berdiri dari kursinya di tengah-tengah sorakan yang memekakkan telinga.     

Pandangan Roberto Carlos menyapu area penalti. Dia melihat sekilas dari sudut matanya bahwa Chimbonda sudah kembali mengejarnya, yang membuatnya hanya memiliki sedikit waktu.     

Jadi, dia mengoper bolanya!     

Itu adalah jenis umpan silang klasik ala Roberto Carlos. Itu adalah tendangan voli yang kuat dan mengirim bola ke area penalti Nottingham Forest. Situasi sangat kacau di depan gawang. Selama seseorang menjulurkan kakinya untuk menerima bola itu, ada kemungkinan yang cukup besar untuk bisa memasukkan bola ke gawang tim Forest.     

Raul telah menerima bola lebih dulu daripada yang lain tapi dia luput saat menembakkannya ke gawang.     

Sorakan di Bernabéu menjadi helaan napas panjang.     

Nottingham Forest beruntung kali ini.     

Twain kembali duduk.     

"Bukankah terlalu berat untuk meminta George menjaga Zidane? Apa kau mau Demetrio membantunya?" tanya Kerslake setelah dia duduk lagi.     

Twain menggelengkan kepalanya, "Aku tidak bisa mengalokasikan orang lain. Aku tahu meminta Wood menjaga Zidane memang sulit, tapi tidak ada cara lain. Biarkan George berusaha."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.