Mahakarya Sang Pemenang

Sebuah Malam Berbintang Bagian 2



Sebuah Malam Berbintang Bagian 2

0Di hari pertandingan, setengah jam sebelum kickoff, di ruang ganti pemain stadion Bernabéu, Twain berdiri di tengah-tengah ruang ganti yang luas. "Apa ada orang disini yang menganggap Real Madrid tidak terkalahkan?"     

Semua orang menggelengkan kepala.     

"Itu benar. Mereka baru saja kalah dari Barcelona, ​​dan kalah dengan menyedihkan," kata Twain tegas. "Jadi, kita tidak perlu takut terhadap Real Madrid."     

Ribéry berdiri dan berkata dengan ekspresi bingung, "Bos, kami tidak bilang kalau kami takut."     

Suara tawa terdengar di ruang ganti itu. Seseorang bahkan bersiul dengan gembira.     

Twain memelototi Ribéry. Bocah Prancis itu baru saja merusak suasana tegang yang ingin dibuatnya. Dia berdehem untuk menyembunyikan rasa malunya. Tapi suara tawa di ruang ganti itu masih tidak berhenti hingga beberapa lama. Jadi, dia tetap diam dan menunggu para pemainnya berhenti tertawa.     

Saat tawa mereka mereda, Twain berbicara. "Baiklah, sudah cukup tertawanya, guys?"     

Ledakan tawa kembali terdengar.     

"Kalian akan menyesal nanti!" Twain menunjuk mereka, "Serius, lawan kita mungkin telah menghadapi banyak masalah baru-baru ini, tapi unta yang ramping masih lebih besar dari seekor kuda. Kita tidak boleh meremehkan mereka. Lagipula, ini adalah kandang mereka, dan Real Madrid selalu bermain sangat baik di kandang. Kita harus berhati-hati saat berurusan dengan mereka. Real Madrid sedikit kacau di bagian dalamnya, tapi beberapa dari mereka bisa mengubah permainan berdasarkan kekuatan mereka sendiri. Kita harus memberikan perhatian khusus kepada para pemain itu."     

Twain membalikkan badan dan menuliskan sebuah nama di papan taktis: Zidane.     

"Dia adalah inti lini tengah Real Madrid. Dia harus dijaga dengan cermat. Selama dia tidak bisa bermain sepenuhnya, sebagian serangan Real Madrid akan lumpuh."     

Semua pemain Forest tampak serius. Mereka pasti tahu betapa tangguh pemain nomer lima dan kapten tim dari tim nasional Prancis itu.     

"Jadi, kita harus menugaskan seseorang untuk menjaganya secara khusus." Twain pura-pura mencari di antara kerumunan, tapi semua orang tahu siapa yang akan dipanggilnya. Pepe dan Piqué, yang duduk di kedua sisi George Wood, bergerak ke samping.     

"Yah ... George." Twain menunjuk ke arah Wood, "Kau akan menjaga Zidane di pertandingan ini. Dia pemain nomor 5 Real Madrid. Berusahalah yang terbaik untuk menghadangnya tak peduli bagaimana caranya."     

Wood mengangguk. "Oke."     

Twain memandang Wood, yang menjawab dengan singkat dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia mengalihkan topik pembicaraan ke orang lain.     

"Ronaldo." Twain menuliskan nama lain. "Berat badannya telah bertambah dari sejak dia bermain untuk Barcelona, tapi dia masih merupakan striker paling mengancam di planet ini. Jangan beri dia ruang untuk menembak. Semua pemain bertahan, kalian bisa menjaga dan bertahan melawannya. Tubuhnya saat ini membuatnya kurang gesit jika dibandingkan dengan sebelumnya, jadi manfaatkan hal itu. Perhatikan pemosisian dirinya dan waspada terhadap umpan panjang dari lini belakang Madrid."     

Para pemain di lini pertahanan mengangguk di saat yang bersamaan.     

"Sementara untuk Beckham ... Hati-hati dengan tendangan bola matinya dan cobalah untuk tidak memberikan peluang tendangan bebas di zona berbahaya untuk Real Madrid. Ingatlah bagaimana kita kalah di pertandingan leg pertama dulu. Jangan tertipu dengan penampilannya yang rapi. Dia benar-benar jenius sejati yang kuat."     

"Dan lalu kita punya Raul ..."     

Para pemain mendengarkan dengan penuh perhatian. Twain membahas hampir semua sebelas pemain di starting lineup Real Madrid. Bahkan kiper mereka, Casillas, juga tidak luput dari analisanya.     

Dia benar-benar telah melakukan banyak persiapan untuk pertandingan ini. Kerja keras akan selalu membuahkan hasil. Twain selalu mempercayai hal itu.     

Waktu persiapan sebelum pertandingan berlalu dengan cepat. Saat Twain selesai memperkenalkan semua pemain Real Madrid, sudah waktunya bagi tim untuk keluar dan bertanding.     

"Apa ada yang ingin bertanya?" Twain mengangkat tangannya. "Tentu saja, meski ada pertanyaan, sudah terlambat untuk mengatakannya, guys."     

Para pemain tertawa. "Tidak, Chief!"     

"Bagus, aku berharap kalian benar-benar tidak punya pertanyaan. Aku tidak ingin memberikan info mendetil pada kalian tentang poin kita di grup, peringkat, kemungkinan maju, dan lain sebagainya. Kalian hanya perlu tahu tentang satu hal." Twain berhenti bicara untuk melihat ke arah semua orang dan mengangkat lengannya. "Menangkan pertandingan ini. Menang dan menang lagi! Dan kita akan bisa melangkah keluar dari grup sialan ini! Jadi, pekerjaan kalian sangatlah mudah, dan itu adalah untuk..."     

"Memenangkan pertandingan!!" Semua orang berdiri dan berteriak.     

Tangan Twain terayun ke bawah dengan kuat.     

"Fantastis, ayo kita pergi!"     

※※※     

"Selamat datang di Stadion Santiago Bernabéu! Selamat datang di lapangan sepakbola yang keramat ini!"     

"Ini adalah pertandingan Grup D Liga Champions UEFA, yang akan dimainkan oleh tim tuan rumah, Real Madrid, melawan tim Nottingham Forest dari Inggris!"     

"... ESPN akan menyiarkan langsung pertandingan ini dari stadion Santiago Bernabéu!"     

Bendera Real Madrid dibentangkan di tribun dan para fans mengangkat tinggi-tinggi poster para pemain bintang sepakbola disertai dengan siaran langsung lagu Real Madrid, "Hala Madrid" (Ayo, Madrid).     

Twain memandang sekeliling ke tribun yang menjulang, "Ini benar-benar ramai."     

Kerslake berdiri di sampingnya. "Orang-orang Nottingham Forest sangat menyukai stadion ini."     

Twain balas menatapnya. "Karena kita memenangkan Liga Champions untuk yang kedua kalinya di sini?"     

Asisten manajernya mengangguk, "Bernabéu hanya memberikan kenangan indah bagi kita."     

"Apa yang kau maksud dengan itu, David?" Twain tertawa.     

"Kita hanya perlu mencari tahu setelah pertandingan usai." Kerslake mengangkat bahu.     

"Apa kau gugup, David?"     

"Ini hanya pertandingan penyisihan grup. Kenapa aku harus gugup?"     

"Itu bagus sekali. Sayang sekali pemain kita tampaknya tidak gugup sama sekali, kalau tidak, aku akan membiarkanmu mengatakan itu pada mereka."     

Mereka mengalihkan pandangan dari tribun ke lapangan.     

Para pemain dari kedua tim berjabat tangan dalam satu barisan dan kemudian berkumpul bersama agar media bisa mengambil gambar.     

Tim Nottingham Forest yang berwarna merah, bersama dengan tim Real Madrid yang berwarna putih, sinar yang berkilauan dari tribun, bendera besar yang bergelombang, keriuhan yang ramai... Sebelum dia bertransmigrasi, dia hanya bisa merasakan pengalaman ini melalui permainan FM dan menyaksikan pemandangan semacam ini dari televisi. Sekarang semua itu benar-benar terlihat di depan mata Twain.     

Dan semua pemain bintang yang dulu dia kagumi, seperti Zidane, Raúl, Ronaldo, Beckham, Roberto Carlos ...     

Dia memikirkan tentang tur yang dilakukan oleh tim "Galácticos" ini di Cina selama dua tahun berturut-turut. Pemandangan menakjubkan itu masih tampak jelas di benaknya. Tiba-tiba saja dia mendengus.     

Superstar?     

Galácticos?     

Tak terkalahkan?     

Tidak ada yang namanya pasukan tak terkalahkan di dunia ini. Aku akan mengalahkanmu hari ini!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.