Mahakarya Sang Pemenang

Ini Masih Belum Berakhir Bagian 1



Ini Masih Belum Berakhir Bagian 1

0Twain berdiri di tepi lapangan dengan tangan disilangkan di depan dada. Lensa kamera terfokus pada profilnya yang memandang ke bagian atas tribun utama yang jauh, dimana papan skor elektronik dengan jelas menunjukkan skor 2:1. Tim tuan rumah, Nottingham Forest, unggul atas Chelsea.     

Mourinho juga berdiri di tepi lapangan. Tidak seperti Twain, dia memasukkan tangannya ke dalam saku.     

Memanfaatkan hilangnya kontrol atas bola, Mourinho menarik lengan Lampard. Dia mengatakan padanya untuk membatalkan rencana itu dan menyuruhnya mengerahkan semua energinya untuk menemukan titik lemah pertahanan tim Forest.     

Ekspresi wajah kedua manajer itu tampak sangat serius. Permainan masih belum berakhir. Menjadi tim yang unggul, Twain tidak ingin Mourinho bisa mengejar ketinggalan. Dia tidak ingin mengulangi kesalahan Mourinho. Dia tahu bahwa Chelsea adalah tim yang sulit untuk dikalahkan. Tidak ada gunanya merasa senang dengan keunggulan satu gol. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya di dalam pertandingan?     

Chelsea belum menyerah. Masih ada setengah jam yang tersisa di babak kedua ini. Mereka masih punya waktu untuk menyamakan skor. Mereka masih belum tiba di akhir pertandingan.     

Apa yang mereka andalkan untuk menjadi yang tak-terkalahkan selama empat puluh satu putaran? Mereka tidak hanya mengandalkan uang rubel milik Roman Abramovich. Sebenarnya, tim Chelsea tidak memiliki pemain yang diakui sebagai pemain superstar internasional. Meskipun nilai para pemain itu tidak rendah, Abramovich-lah yang menaikkan harga mereka. Tim mereka telah berhasil memenangkan liga musim lalu dengan keunggulan absolutnya karena Manajer Mourinho telah menyatukan standar kekuatan tempur tim. Dia menanamkan semangat pantang menyerah dan sebuah keinginan untuk menang di dalam "pasukan tentara bayaran" yang disatukan oleh uang. Poin ini sangatlah mirip dengan tim Forest milik Twain. Oleh karenanya, mereka berhasil memenangkan pertandingan meski menghadapi situasi yang sulit, dan berhasil keluar dari bahaya beberapa kali.     

Pertandingan hari ini hanyalah salah satu dari masa-masa seperti itu bagi mereka.     

Tim Mourinho tidak pernah tahu arti dari kata menyerah.     

Setelah Chelsea kebobolan gol, mereka meluncurkan serangan balik yang membabi buta terhadap tim Forest, begitu sengitnya hingga tim Forest yang unggul mengalami kesulitan untuk bermain.     

Mourinho membiarkan timnya maju ke depan untuk menekan garis pertahanan tim Forest. Di saat yang bersamaan, mereka menciptakan taktik offside untuk menjebak Anelka dan Mark Viduka.     

Dengan begini, formasi Chelsea menjadi lebih padat, menekan dan menyerang lapis demi lapis. Bahkan meski tim Forest menggunakan umpan-umpan panjang untuk maju, kemungkinan bola akan berakhir di kaki pemain Chelsea sangatlah tinggi. Kemudian mereka akan mengorganisir dua, tiga, empat serangan. Ini akan memberikan kesan kepada para pemain Forest bahwa serangan Chelsea dilakukan bertubi-tubi dan tanpa henti. Bagi pemain bertahan, dimana tekanan akan meningkat hingga akhirnya mereka tidak bisa menahan tekanan itu dan runtuh, fenomena spesifik ini akan membuat mereka melakukan kesalahan sendiri.     

George Wood benar-benar disibukkan oleh Lampard hingga dia sama sekali tidak bisa menghadapi serangan lain yang dilakukan oleh Chelsea.     

Pada akhirnya, Chelsea mencari titik untuk menyerang dan berulang kali menendang bola ke arah itu, yakni sayap kanan mereka atau sayap kiri tim Forest.     

Duff dan Robben sesekali akan bertukar posisi di dalam pertandingan. Mereka tidak selalu berada di kiri atau kanan dan kedua pemain itu sering sekali bertukar posisi. Leighton Baines adalah yang terlemah di antara empat bek belakang Tim Forest. Mourinho tahu itu, dan sama halnya dengan para pemain Chelsea. Mereka terus-menerus menyerang zona pertahanan Baines untuk membuatnya runtuh lebih awal jika dibandingkan dengan titik pertahanan tim Forest yang lain.     

"Dorong mereka keluar! Dorong mereka keluar!" Twain berteriak di tepi lapangan dan melambaikan tangannya dengan penuh semangat, tapi tidak ada yang memperhatikannya. Bahkan meski ada pemain yang memperhatikannya, itu tidak ada gunanya. Bukan berarti lini depan tim Forest bisa langsung mendorong lawan hanya karena dia berteriak "dorong mereka keluar".     

Chelsea memberikan tekanan yang sangat kuat. Tim Forest benar-benar terbawa arus dan mengikuti tempo mereka. Apa gunanya mengikuti tempo lawan?     

Terlepas dari situasi kritis ini, Twain tidak berniat melakukan penyesuaian dengan mengganti pemain. Dia tidak punya pemain pengganti yang cocok untuk situasi ini.     

Pertandingan manapun bisa mengalami situasi dimana lawan tiba-tiba saja mengerahkan kekuatan mereka untuk membentuk sebuah keunggulan yang absolut dan mengepung gawang. Tapi tetap saja, seseorang tidak boleh panik di saat-saat seperti itu. Terburu-buru melakukan penyesuaian hanya akan memberikan peluang bagi lawan untuk mengambil keuntungan.     

Twain tidak membuat penyesuaian apapun. Dia percaya bahwa sebelas pemain Forest di lapangan bisa menahan gelombang serangan Chelsea.     

Selama mereka tetap melawan, Chelsea akan teredam. Mental mereka yang merasa frustasi lama kelamaan akan menyebabkan kelelahan fisik. Pada saat itulah tiba giliran tim Forest untuk melakukan serangan balik.     

Inti dari permasalahan ini hanyalah satu, yakni mereka harus tetap menahan serangan badai tornado Chelsea.     

Tapi pertanyaan yang lebih penting adalah, bisakah tim Forest menahannya?     

Mereka tidak sedang menghadapi tim yang berada di peringkat bawah liga, melainkan tim peringkat teratas, Chelsea, dengan jumlah gol terbanyak yang dicetak adalah dua puluh empat dan jumlah gol kebobolan paling sedikit dengan hanya empat gol selama sepuluh putaran liga.     

Ini benar-benar tantangan yang sulit.     

※※※     

Leighton Baines merasa lelah. Meskipun pertandingan baru berjalan selama enam puluh lima menit, dia bukanlah pemain yang lemah secara fisik. Bahkan, dia sebenarnya memiliki stamina yang bagus dan bisa berlari dengan sangat baik. Tapi, kalau dia harus menghadapi serangan dari sebuah tim, energinya tetap akan terkuras habis meski dia bisa berlari dengan baik.     

Dia memulai karirnya di Wigan Athletic, dan dia bahkan menerima sambutan dari Wigan Athletic sebelum pertandingan pembuka musim ini melawan mantan klubnya itu. Sebagai salah satu pemain yang paling sukses melakukan debut di Wigan Athletic, dia telah menjadi semacam merk standar di pelatihan pemuda Wigan Athletic, bahwa seorang bintang sepak bola juga bisa berasal dari kota yang terobsesi dengan rugby.     

Meskipun dia telah bergabung dengan tim Forest, tim favoritnya masih Wigan Athletic.     

Dulu, Twain telah menggunakan "posisi utama" untuk membuatnya tertarik berpindah ke tim Forest dan dengan cepat ia menjadi bek kiri utama. Meski usianya baru dua puluh tahun, ia sudah memiliki pengalaman bermain di Liga Utama selama satu musim penuh. Kini, dia tidak lagi dianggap sebagai pemain pemula yang tidak berpengalaman. Saat ini dia adalah bek kiri utama Nottingham Forest dan bek kiri utama tim pemuda U-21 Inggris. Dia dianggap sebagai bintang masa depan yang diminati oleh Ferguson.     

Namun, dia bermain buruk di pertandingan ini.     

Dia jelas tahu siapa yang sedang dihadapinya: pesepakbola nasional Irlandia Damien Duff dan pesepakbola nasional Belanda, Arjen Robben. Mereka adalah pemain top di kancah sepakbola Eropa. Kemampuannya sendiri masih jauh di bawah kemampuan mereka. Tapi meski kekuatan lawannya jauh diatasnya, dia tidak mau menerima anggapan bahwa wajar baginya untuk bermain dengan begitu buruk.     

Tidak ada satupun pemain Twain yang mau mengakui bahwa mereka lebih rendah daripada yang lain.     

Mereka sama kompetitifnya seperti bos mereka dan mereka tidak suka kalah.     

Ribéry bergerak mundur untuk membantunya bertahan, tapi orang Prancis itu tidak pandai dalam melakukan ini. Belum lagi, tim Forest sekarang sedang kewalahan menghadapi tekanan lawan. Mereka perlu menggunakan serangan untuk membalikkan keadaan. Kalau Ribery bergerak mundur, siapa yang akan melakukan serangan balik?     

Anelka dan Viduka berulangkali masuk ke dalam jebakan offside Chelsea. Dengan kecepatan Ribéry, gelandang sayap itu bisa menciptakan peluang yang lebih besar dalam menerobos jebakan itu.     

Dia tidak ingin Ribéry bergerak mundur. Karena kalau Ribery melakukannya, saat dia berhasil merebut bola, bolanya masih akan terjebak di dalam lingkaran yang sempit dan tidak bisa menerobos keluar karena jarak mereka berdua terlalu dekat. Bola akan bisa direbut oleh Chelsea, dan dia akan harus mengulangi semua yang dilakukannya sebelum itu.     

Itu terlalu melelahkan!     

Wood biasanya akan datang membantu pertahanan di kedua sayap karena dia memiliki stamina yang bagus dan cukup cepat. Twain juga telah memintanya untuk memperluas zona pertahanannya. Tapi hari ini, dia disibukkan oleh Lampard.     

Baru saja, saat dia bergegas untuk berusaha membantu pertahanan, Duff segera mengoper bola ke Lampard di tengah. Pemain nomer 8 Chelsea itu melakukan tendangan panjang yang memaksa Edwin van der Sar melakukan penyelamatan yang luar biasa, dan juga membuat para fans Forest berteriak cemas.     

Tembok pertahanan di lini tengah telah menghadapi jalan buntu. Semua serangan di sayap dilakukan untuk menciptakan peluang di lini tengah. Kalau Wood berlari untuk membantu Baines, bagaimana dengan Lampard? Bagaimana dengan Tiago?     

Kali ini Robben bertukar posisi dengan Duff. Dia datang untuk menghadapi pertahanan Baines, sementara Duff pergi ke sisi yang lain.     

Karakteristik Robben adalah berlari dengan langkah kecil dan kecepatan tinggi serta tubuh bagian atas tegak. Dia hampir sepenuhnya mengandalkan kedua kakinya untuk digunakan bergantian dalam membawa bola dan melakukan gerak zig zag yang cepat untuk menyingkirkan lawannya.     

Baines memfokuskan semua energinya untuk menjaga Robben, yang sedang menggiring bola di depannya. Dia tahu Robben bisa bergerak dengan cepat. Lalai dan teralihkan setengah detik saja akan bisa membuat lawannya menerobos pertahanannya.     

Ribéry bergerak lebih dekat ke Baines, tapi Baines masih tetap memperhatikan Robben.     

"Jaga dia! Jangan mudah bergerak maju! Tetap di garis dalam!" Bahkan Albertini berteriak dengan cemas di pinggir lapangan.     

Twain melirik ke arah pria Italia itu. Demetrio sering mengatakan kalau dia ingin menjadi manajer setelah pensiun. Game favoritnya yang paling ia kuasai adalah seri CM dan FM. Sepertinya dia masih harus memupuk kemampuannya dalam bidang melatih tim.     

※※※     

Para fans Chelsea merasa sangat senang melihat bombardir serangan itu. Sejumlah besar adrenalin yang mengalir di nadi mereka membuat mereka menyoraki tim mereka dengan wajah memerah. Para fans Forest mencemooh Chelsea.     

Dalam lingkungan yang bising seperti itu, Baines tidak bisa mendengar suara teriakan Albertini. Tapi sudah menjadi persyaratan dasar bagi pemain bertahan untuk mengetahui apa yang diteriakkan oleh kapten yang berpengalaman itu.     

Robben tidak terlihat cepat, tapi Baines tidak berani meremehkannya. Ini bukan pertama kalinya dia bertemu dengan "Flying Dutchman" di pertandingan ini. Dia tahu bahwa giringan bolanya yang terlihat lambat itu menyimpan daya eksplosif yang sangat kuat.     

Robben memindahkan bola ke punggung kakinya dan Baines bergerak maju untuk memblokir. Pria Belanda itu tiba-tiba saja menurunkan kembali bola. Gerakannya itu hanyalah gerak tipuan. Tujuannya adalah untuk menipu Baines agar mengubah pusat gravitasinya ke dalam. Tujuan aslinya adalah untuk mencapai byline dan mengirimkan umpan silang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.