Mahakarya Sang Pemenang

Perang Antara Dua Pria 3 Bagian 2



Perang Antara Dua Pria 3 Bagian 2

0Kecepatan Robben memang sangat cepat. Tapi seharusnya aspek itu saja tidak akan bisa membuahkan gol. Seandainya Chimbonda tidak terburu-buru maju saat dia melihat umpan panjang Lampard dan meninggalkan celah yang besar, dan seandainya setelah Chimbonda diterobos, Pepe bisa mengisi celah itu dengan cepat dan bukannya bertahan melawan Drogba di depan gawang, maka gol itu mungkin takkan terjadi.     

Sayangnya, tidak ada kata "seandainya" di lapangan sepakbola. Kita baru menyadarinya setelah semuanya terjadi.     

Twain menoleh dan berkata kepada Kerslake, "Rekam gol itu. Kita akan mempelajarinya saat latihan."     

Setelah itu, dia bangkit dan bergegas ke tepi lapangan. Dia meniup peluit satu kali untuk menarik perhatian tim. Kemudian dia mengangkat jari telunjuknya dan berteriak keras, "Itu hanya satu gol! Bukan masalah besar! Samakan skor dan balikkan keadaan!"     

Saat ini, dia hanya bisa berpura-pura mengabaikan Mourinho, atau dia benar-benar tidak tahu harus menunjukkan ekspresi seperti apa. Apa lagi yang bisa ia lakukan saat timnya tertinggal?     

Mourinho diminta oleh ofisial keempat untuk kembali ke area teknisnya sendiri. Ofisial itu mengatakan padanya agar tidak mengganggu lawan. Kalau dia ingin merayakan, dia bisa melakukannya di area teknisnya sendiri. Ofisial keempat itu menunjuk ke arah bangku cadangan Chelsea.     

Mourinho menjelaskan bahwa dia hanya merasa terlalu bersemangat selama sesaat dan telah pergi ke arah yang salah. Dia kemudian kembali ke tempat duduknya di area teknisnya.     

※※※     

Permainan kembali dimulai. Kebuntuan telah dipatahkan, dan tim Forest menghadapi situasi yang tidak menguntungkan. Sejak Twain berdiri di pinggir lapangan dan berteriak ke lapangan, dia masih belum kembali ke kursinya. Sebaliknya, dia berdiri di pinggir lapangan dengan lengan dilipat didada. Dia percaya tindakannya ini bisa membuat timnya sedikit lebih percaya diri.     

Tentu saja, dia tidak berdiri di tepi lapangan seperti manajer yang merasa cemas dan berjalan mondar mandir atau gelisah tanpa henti. Dia hanya berdiri disana dengan punggung tegak dan menatap ke lapangan dengan tatapan tegas seolah-olah sedang berdiri tegap selama latihan militer di universitasnya.     

Tindakannya itu benar-benar memberikan pengaruh. Setelah kickoff, semangat juang tim Forest tidak menurun hanya karena mereka telah kebobolan satu gol. Justru sebaliknya, serangan mereka menjadi semakin sengit.     

Anelka mulai sering bergerak mundur untuk membantu lini tengah. Pertahanan Makelele di lini tengah sangat kuat hingga striker tim Forest tidak bisa menerima bola selama beberapa waktu.     

Setelah striker Prancis itu sering bergerak mundur, situasi tim mulai membaik. Tim Forest kini memiliki lima gelandang, tapi Anelka lebih bebas bergerak di posisinya. Selain itu, setelah bergerak mundur, keunggulannya dalam berlari cepat juga turut berperan. Kini setelah Makalele telah berhadapan dengan Anelka yang gesit, tugasnya tidak semudah sebelumnya.     

Pemosisian Makelele sangat bagus. Dia berpengalaman dan cukup terampil dalam bertahan. Tapi, faktor-faktor itu sedikit lemah di hadapan pemain yang mengandalkan kecepatan untuk memaksa melakukan terobosan.     

Setelah Anelka berhasil menerobos Makelele dua kali berturut-turut, Tiago datang untuk membantunya bertahan.     

Saat dia berusaha menerobos lagi dengan paksa, dia dicegat oleh Makelele, yang memanfaatkan momen itu. Chelsea mengambil peluang ini untuk meluncurkan serangan balik. Makalele mengoper bola ke Lampard, dengan Robben dan Duff sama-sama bergerak maju dengan cepat di sayap. Tapi serangan balik Chelsea yang cepat itu tidak terwujud karena bola di kaki Lampard direbut oleh George Wood.     

George Wood mengoper bola ke Arteta. Selama absennya Albertini, secara bertahap ia mulai belajar dan terbiasa dalam bekerjasama dengan gelandang Spanyol itu. Sebenarnya, dia tetap bersikap sama terhadap siapapun yang dipasangkan bersamanya. Dia akan berusaha untuk merebut bola dan mengopernya ke pemain lain. Lalu dia akan bersiap untuk mencoba merebut bola lagi.     

Anelka bergerak memotong secara diagonal melintasi lapangan. Kelihatannya dia ingin agar Arteta mengoper bola padanya. Makelele dan Tiago mengamati dengan cermat semua gerakan Anelka. Striker Perancis itu, yang baru saja kembali ke Liga Utama, telah tampil dengan sangat baik akhir-akhir ini hingga mereka sama sekali tidak berani meremehkannya. Selain itu, Mourinho juga menyebut Anelka sebagai pemain yang paling berbahaya di tim Forest sebelum pertandingan ini. Mourinho meminta lini pertahanan untuk meningkatkan kewaspadaan mereka dan berhati-hati dengan kecepatan dan tembakannya yang tak terduga.     

Pemosisian pemain Prancis itu merobek garis pertahanan tengah Chelsea dan mengganggu garis pertahanan belakang mereka di saat yang bersamaan. Arteta menatap Anelka, yang sedang berlari dan menoleh ke belakang di saat yang bersamaan; dia telah mengirim bola langsung ke kiri, yang merupakan kebalikan dari arah larinya. Itu adalah daerah sayap Franck Ribéry.     

Ini hampir merupakan tiruan dari gol Chelsea sebelumnya. Perbedaannya adalah bahwa gol Chelsea tidak terduga, sementara serangan tim Forest bisa dilacak. Anelka berlari ke sisi kanan, yang menarik perhatian para pemain bertahan Chelsea. Secara alami hanya ada sedikit kekuatan pertahanan di sisi Ribéry. Arteta mengirim bola dengan sangat akurat dan tepat waktu.     

Ribéry juga bertekad untuk melakukan yang terbaik seolah-olah dia bersaing dengan Robben dalam hal skill untuk menghentikan bola. Dia menghentikan bola dengan hanya satu kaki! Tapi tidak seperti Robben, yang menghentikan bola di depannya untuk mendukung akselerasi larinya dan aksi mulusnya, Ribéry langsung menghentikan bola di kakinya dan tetap diam.     

"Penghentian bola ini..." Lineker baru akan mengatakan bahwa penghentian yang dilakukan oleh Ribéry ini tidak ideal, meskipun mungkin terlihat mengesankan karena dia bisa menghentikan umpan panjang lebih dari tiga puluh meter itu dengan aman. Tapi lalu kenapa? Itu tidak kondusif untuk langkah selanjutnya, dan bisa dianggap "membuatnya diam di tempat."     

Paulo Ferreira juga pasti berpikiran sama. Dia menganggap ini adalah sebuah peluang bagus untuk merebut bola, jadi dia bergegas maju tanpa ragu sedikit pun. Pada saat itu, Ribéry tiba-tiba saja menendang bola di kakinya ke depan!     

Kekuatan tendangan voli Ribéry begitu kuat hingga bola itu melayang jauh!     

Apa ini operan?     

Tidak!     

Setelah bola terlepas dari kakinya, Ribéry dengan cepat beraksi dan melewati Ferreira yang masih tertegun!     

Ini benar-benar mengejutkan Ferreira, dan juga mengejutkan Lineker. Biasanya, itu adalah bola mati. Ribéry pada dasarnya tidak memiliki ruang untuk membuat langkah selanjutnya. Tapi Ribéry secara tak terduga telah memilih metode yang paling langsung, yaitu menendang bola menjauh dan kemudian, disaat Ferreira masih belum bisa merespons tepat waktu, tiba-tiba saja mulai mempercepat larinya dan melewati bek belakang Portugal itu!     

"Benar-benar terobosan yang hebat! Tidak banyak teknik yang diperlukan, tapi itu sangat efektif!" Motson meneriakkan apa yang ingin dikatakan Lineker. Memang tidak membutuhkan skill teknis untuk menendang bola sejauh mungkin dari lawan. Itu juga menempatkan bola jauh dari diri sendiri. Kemudian dia harus mengandalkan kecepatan ultra-cepat untuk mengejar bola dan mengambil keuntungan dari bek belakang yang lamban dalam berbalik.     

"Nottingham Forest punya peluang! Ribéry bergerak memotong ke bagian tengah sendirian dan masuk ke area penalti!"     

Carvalho melepaskan Mark Viduka dan bergerak untuk membantu pertahanan, tapi Ribéry tiba-tiba saja menghentikan bola. Kemudian dia melayangkan bola ke arah lain dan berlari cepat melewati Carvalho. Setelah dia melewatinya, Ribéry tidak melanjutkan menggiring bola. Dia langsung melakukan tendangan voli di tempat!     

Čech menduga arah tembakannya dengan benar. Tapi, tembakan Ribéry itu mengirimkan bola cepat yang berputar, yang sangat merepotkan bagi seorang kiper. Kiper Ceko yang jangkung itu mendarat di tanah sedikit terlambat dari bola yang berputar cepat ... dan hasilnya adalah –     

"Tendangan yang jenius! Franck Ribéry! Dia menyamakan skor menjadi 1:1 untuk tim Forest!"     

"Ini adalah balasan yang terbaik atas gol Chelsea; metodenya sama, tapi jauh lebih menarik! Bahkan setelah dia melewati dua orang pemain secara berurutan, kecepatan dan skill Ribéry berada di puncak permainan! Sebagai pemain bintang yang paling baru di tim nasional Prancis, dia sekali lagi membuktikan kemampuannya!"     

Suasana di stadion City Ground seolah tersulut oleh gol itu. Gelombang arus merah yang deras di tribun seolah membekap kotak biru para fans Chelsea.     

Tony Twain, yang berdiri tegak di tepi lapangan, tidak melompat saat dia melihat gol yang dicetak Ribéry. Sebaliknya, dia mengayunkan tinjunya dengan penuh semangat.     

Momen yang telah ditunggunya akhirnya tiba. Dari sejak saat Mourinho merayakan gol dengan liar di depan matanya, dia telah menantikan saat ini: momen pembalasan dendam.     

Sekarang kita kembali imbang, Tn. Mourinho!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.