Mahakarya Sang Pemenang

Babak Pertama: City Ground Bagian 2



Babak Pertama: City Ground Bagian 2

0Meskipun kondisi Raúl saat ini tidak bisa dibandingkan dengan dulu, dan Ronaldo sudah cukup gemuk hingga tubuhnya tak lagi berbentuk, kedua pemain itu adalah superstar yang bisa memutuskan kemenangan atau kekalahan timnya di sebuah pertandingan jika diberikan waktu tiga detik dan sedikit ruang. Forest tidak memiliki pemain seperti itu. Tang En tidak bisa menjamin bahwa para pemainnya akan mampu, tanpa sedikit pun melonggarkan kewaspadaan, menekan keduanya sepanjang 90 menit pertandingan.     

Selain itu, kombinasi bek tengah Forest dalam pertandingan saat ini sangat jarang dipasangkan.     

Setelah melakukan analisis yang mendalam, Tang En merasa bahwa terlalu sulit, bahkan di stadion kandang mereka, untuk mengalahkan Real Madrid mengingat situasi Forest saat ini.     

Setiap hari setelah pulang bekerja, Tang En akan duduk bersama Dunn dan menonton rekaman pertandingan Real Madrid, berharap bisa menemukan kelemahan mereka yang bisa dieksploitasi.     

"Kurasa Real Madrid bukannya tak terkalahkan, selama kau mencetak gol pertama." kata Dunn pada Tang En. "Kalau kau membiarkan Real Madrid mencetak gol lebih dulu, maka kau hanya bisa menunggu dan melihat dirimu sendiri kalah."     

"Kita bisa mendapat jaminan menang kalau bisa mencetak gol lebih dulu?"     

"Tentu saja tidak. Tapi, itu bisa meningkatkan peluang kemenanganmu..." Dunn merenung sebentar, dan berkata, "sekitar 20%."     

"Analisis yang menyedihkan. Lupakan saja. Aku tak peduli lagi tentang ini. Terlepas dari apakah kita bisa menang, atau berpeluang untuk menang, setidaknya kita harus mengerahkan semua upaya kita di dalam pertandingan."     

Mendengar itu, Dunn mengekspresikannya dengan berbeda. "Kalau kau tahu bahwa peluangmu untuk menang tidaklah besar, apa gunanya mencurahkan semua upaya untuk pertandingan ini? Ini bukan babak dengan sistem gugur. Masih ada banyak pertandingan di babak penyisihan grup. Kalau kau kalah terlalu banyak disini, itu akan bisa mempengaruhi pertandingan selanjutnya."     

Tang En memotong ucapannya, berkata, "Masalah ini tidak bisa hanya dipertimbangkan dari hasil pertandingan atau jadwal pertandingan. Dengan kata lain, ini tidak bisa dilihat dari sudut pandang kompetisi sepakbola itu sendiri. Apa kau tahu apa yang diandalkan oleh Nottingham Forest, selama dua tahun setengah, untuk naik dari Liga Satu ke Liga Utama, dan dari Piala Eropa UEFA ke Liga Champions? Kemampuan atau skill? Ya, tentu saja, kita punya kemampuan; tapi kita tidak punya kemampuan yang bisa membuat kita meningkat drastis seperti yang telah kita tunjukkan. Keberuntungan? Mungkin. Tidak ada banyak pemain yang cedera ataupun sakit di tim kita. Keberuntungan kita cukup bagus. Tapi hal yang paling penting adalah semangat yang dimiliki oleh tim Forest. Semangat yang tak pernah padam dan pantang menyerah. Semangat inilah yang membuat Forest bisa menciptakan hasil yang tak terbayangkan dan tak berani diimpikan oleh orang lain. Kita tidak takut menghadapi tim manapun dan kita jelas tidak akan menyerah. Apa menurutmu aku tidak tahu tentang prioritas sebuah pertandingan? Tentu saja, aku tahu. Tapi sebagai manajer sebuah tim, aku harus tetap teguh; aku harus menjaga semangat tim tetap seperti ini."     

"Ada beberapa pertandingan dimana kita tampaknya tak punya harapan untuk menang. Bahkan di saat seperti itu, aku akan mengatakan pada para pemainku, "Kita pasti bisa menang. Kita harus membuat mereka – yang dengan penuh percaya diri mengatakan bahwa kita pasti akan kalah – untuk menelan kembali kata-kata mereka!'"     

Tang En mengepalkan tangannya. Tim Forest-nya cukup akrab dengan hal-hal seperti itu.     

"Lalu, meski kita benar-benar kalah di pertandingan, pada akhirnya, pemenangnya adalah kita. Aku tidak akan berdebat tentang teori semangat yang gigih, tapi kalau sebuah tim bahkan tidak punya semangat itu ... maka, tidak ada bedanya antara tim Forest dengan mereka yang berjuang, naik dan turun di level liga yang lebih rendah, yang hanya memikirkan tentang bagaimana mereka bisa menghindari degradasi."     

"Aku benar-benar tidak bisa memberitahu pemainku agar menyerah di pertandingan ini dan beristirahat dengan baik untuk mempersiapkan diri menghadapi pertandingan berikutnya. Mungkin memang itulah hal yang sebenarnya; tapi, aku tidak boleh mengucapkannya keras-keras. Kalau aku mengatakannya dengan suara keras, itu artinya aku menyetujui sikap itu. Di masa depan, saat situasi yang serupa terjadi lagi di sebuah pertandingan, dimana kita seharusnya melakukan yang terbaik, para pemainku akan mengingat kata-kata yang pernah kuucapkan. Dan kemudian, mereka akan berkata bahwa karena mereka pernah menyerah sebelum ini, maka tidak jadi masalah kalau mereka menyerah kali ini. Bagaimanapun juga, masih ada pertandingan lain yang akan mereka mainkan di masa depan, dan manajer mereka jelas akan menyetujuinya... Itu adalah sebuah pemikiran yang sangat mengerikan. Itu akan menyebar dengan cepat seperti wabah penyakit."     

Tang En merentangkan tangannya dan melambaikannya dengan gelisah.     

"Diam-diam, tanpa kita menyadarinya, pemikiran itu akan mengikis semangat dan ambisi pemain kita. Pada saat itu, tim akan habis sudah. Terlepas dari seberapa bagus strategi si manajer, dia takkan berdaya jika harus mengelola tim yang seperti itu."     

"Tim perlu memiliki sebuah jiwa. Dan jiwa tim Forest tahu bahwa ada sesuatu yang tidak bisa dilakukan, tapi meski begitu, mereka akan terus berusaha,"     

Tang En mengakhiri pidatonya. Dunn mengangkat kepalanya dan menatapnya untuk waktu yang lama sebelum perlahan berkata, "Kau memang ... lebih cocok menjadi manajer utama daripada aku."     

※※※     

Sama seperti yang telah mereka analisa sebelum pertandingan, Real Madrid sangat sulit untuk dihadapi meskipun mereka memiliki banyak konflik internal. Tapi, Dunn benar tentang satu hal: Forest yang mencetak gol pertama.     

Di awal pertandingan, Forest tiba-tiba saja menggunakan taktik serangan-penuh, benar-benar mengejutkan manajer Real Madrid, si pria Brasil Luxemburgo. Dia mengira saat harus berhadapan dengan Real Madrid yang perkasa, Forest mula-mula akan mencoba bertahan dengan mantap. Berkebalikan dengan ini, awal serangan yang dilancarkan oleh Forest membuat Real Madrid sedikit terkejut.     

Para pemain superstar Real Madrid tampak agak bingung saat menghadapi serangan agresif para pemuda Forest.     

Akhirnya, di menit ketujuh, Casillas gagal mempertahankan gawang. Gol Ribéry seolah menghidupkan suasana di stadion. Tang En juga tampak sangat bersemangat, seolah-olah dia telah melihat cahaya kemenangan yang mulai tampak.     

Tapi, setelah unggul satu gol, ritme pertandingan secara bertahap mulai berada di bawah kendali Real Madrid. Bagaimanapun, Pepe bukanlah gelandang bertahan yang sebenarnya; agak sulit baginya untuk menjaga Zidane. Forest hanya bisa mengandalkan stamina dan keunggulan numerik di beberapa area pertahanan mereka. Harga yang harus dibayar untuk itu adalah kurangnya kesempatan untuk menyerang.     

Tim Forest, yang semula unggul, menjadi semakin ditekan oleh Real Madrid dan tampak berada dalam kondisi yang menyedihkan.     

Sebelum akhir babak pertama, Real Madrid berhasil menyamakan skor. Si pencetak gol bukanlah Raúl maupun Ronaldo. Dia adalah pemain lini tengah David Beckham, yang menunjukkan aksi khasnya: tendangan bebas yang melengkung.     

Popularitas Beckham di Inggris sangatlah besar; setelah mencetak gol, tepuk tangan dari para fans tuan rumah bisa terdengar di City Ground.     

Tang En tidak bisa berbuat banyak menghadapi hal itu. Sebelum bertanding, dia sudah menekankan agar tidak memberi terlalu banyak peluang tendangan bebas bagi Real Madrid di depan area penalti. Para pemainnya sudah berusaha dengan keras. Berhadapan dengan gelombang serangan Real Madrid, mereka hanya memberikan dua peluang tendangan bebas di zona bahaya itu; yang pertama ditendang keluar oleh Beckham, sementara yang kedua berbuah gol bagi lawan.     

Gol itu tidak terjadi karena adanya kesalahan dalam strategi mereka. Gol itu terjadi karena kemampuan individu si bintang sepakbola.     

"David Beckham! Gol yang sempurna! Edwin van der Sar sama sekali tak punya kesempatan untuk memblokirnya!"     

Melihat Beckham memeluk rekan setimnya saat merayakan gol di lapangan, Tang En tiba-tiba teringat bahwa pria itu akan pindah ke Amerika, sebuah gurun sepak bola, dua tahun mendatang, dan mengakhiri karir profesionalnya di sana. Apa pun alasannya, itu masih sangat disayangkan.     

Situasi tidak berubah menjadi lebih baik di babak kedua. Real Madrid melanjutkan dominasi mereka di kedua sisi lapangan dalam pertandingan tandang ini. Tidak ada pemain yang merasakan sesuatu yang khusus, tapi saat Wood tidak bermain di lapangan, semua orang merasakan perbedaannya. Ini bukan seperti kekurangan satu orang; mereka merasa seolah mereka kekurangan dua orang pemain.     

Pepe sama sekali tidak bisa bertahan melawan Zidane. Selain memiliki perbedaan kemampuan yang cukup besar, tuntutan pekerjaan bagi seorang gelandang bertahan benar-benar berbeda dari seorang bek tengah; dia menemukan posisi itu cukup menantang.     

Tang En memutuskan untuk berusaha habis-habisan. Mengeluarkan Wes Morgan dari lapangan, dia memindahkan Pepe kembali ke posisinya sebagai bek tengah, kembali ke wilayah yang familiar baginya dan dimana Pepe sangat unggul disana. Kemudian, dia memasukkan pemain penyerang – Bendtner. Dengan begini, Forest mengubah formasi mereka menjadi 4: 3: 3. Pada dasarnya, mereka melepaskan pertahanan lini tengah dengan harapan bisa melakukan serangan yang cukup gila untuk membuahkan gol dan mendapatkan keuntungan dari situasi yang ada.     

Tang En hampir berhasil melakukannya. Forest, yang baru saja menyesuaikan diri, menunjukkan semangat yang mengesankan dan tak diduga oleh para pemain Real Madrid; mereka berhasil mendorong mundur serangan Real Madrid.     

Menghadapi gelombang serangan Forest yang bertubi-tubi, bahkan Real Madrid tidak bisa mengendurkan kewaspadaan mereka; bagaimanapun juga, lini pertahanan mereka tidak pernah bisa membuat siapapun merasa tenang. Tim Luxemburgo mulai semakin fokus pada pertahanan mereka. Untuk waktu yang cukup lama, skor pertandingan tidak mengalami perubahan.     

Pertandingan itu tampak seolah-olah akan berakhir dengan skor imbang. Tang En merasa jika memang hal itu terjadi maka itu bukan hasil yang buruk. Setidaknya mereka tidak akan kehilangan poin lebih dulu.     

Apa perbedaan antara tim papan atas dan tim sepakbola biasa? Bukan berarti mereka memiliki manajer yang brilian atau bahwa strategi mereka lebih baik daripada tim biasa. Namun, mereka memiliki bintang sepakbola: para pemain yang bisa, sendirian saja, menjadi faktor penentu hasil pertandingan.     

Dalam lima menit terakhir pertandingan, Ronaldo, yang telah berlari santai selama 85 menit terakhir, tiba-tiba saja mulai beraksi. Dia berhasil membalikkan situasi offside dan menerima umpan panjang ke lini belakang Forest dari Beckham. Menerobos masuk ke area penalti, dengan mudah dia melewati Edwin van der Sar dan, dengan sedikit dorongan, dia menembak ke gawang yang terbuka lebar. Skor pertandingan menjadi 1:2. Forest telah kalah di stadion kandangnya.     

"Lima menit! Ini masih belum berakhir!" Dengan satu ayunan tangan dari Tang En, seluruh tim menekan ke depan. Tak peduli apakah mereka kalah satu gol, dua gol ataupun tiga gol sama sekali tidak ada bedanya. Kalah tetaplah kalah. Ini bukan pertandingan eliminasi, jadi tidak ada aturan gol tandang. Dengan seluruh tim bergerak maju untuk menekan lawan, mungkin mereka akan bisa menyamakan skor.     

Tujuan Tang En berubah dari memenangkan pertandingan menjadi menyamakan skor.     

Pada akhirnya, segalanya tidak berjalan sesuai keinginannya. Kenyataan itu kejam. Di kandang mereka, Nottingham Forest kalah 1: 2 dari "Galácticos," Real Madrid.     

Real Madrid memiliki peluang besar di musim baru Liga Champions ini. Sementara itu, prospek Tim Forest untuk melangkah maju mulai ditutupi oleh bayangan gelap.     

Dalam konferensi pers paska pertandingan, Tang En mengekspresikan kekesalannya atas kekalahan mereka. Dia terus menekankan bahwa timnya telah kalah terhadap dua orang, Beckham dan Ronaldo; dengan kata lain, yang ia maksudkan adalah bahwa Real Madrid tidak benar-benar mengalahkan Forest.     

"Aku harus mengakui bahwa absennya Wood telah membuat kita kesulitan. Aku akan mengejutkan semua orang saat kami bertanding di Bernabéu."     

Ini cocok dengan gaya Tang En yang tak pernah mau kalah dalam pertarungan verbal meskipun dia kalah dalam pertandingan. Tapi, berapa banyak orang yang akan menganggap serius kata-katanya itu?     

Beberapa wartawan dari Spanyol mulai tertawa, sama halnya dengan beberapa media Inggris. Para wartawan Spanyol itu tertawa menghina, tapi para wartawan Inggris ... Itu sedikit lebih rumit; Pierce Brosnan juga termasuk di antara mereka yang tertawa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.