Mahakarya Sang Pemenang

Dari Hati-ke-Hati Bagian 2



Dari Hati-ke-Hati Bagian 2

0Pertandingan itu berakhir dengan sangat cepat. Karena itu hanya pertandingan pemanasan internal di dalam tim, durasi pertandingan memang tidak terlalu lama. Pertandingan hanya berlangsung selama 20 menit.     

Di segmen terakhir latihan, Tang En mengumpulkan semua pemain agar berdiri membentuk setengah lingkaran. Dia dan Kerslake kemudian memberikan analisa tentang kekuatan dan kekurangan tim yang teramati dari sesi itu sebelum kemudian membubarkan mereka.     

Setelah tim dibubarkan, Tang En memanggil Anelka. "Nicolas, datanglah ke kantorku setelah kau ganti pakaian."     

Kali ini, Anelka tidak berhasil menyembunyikan ekspresi terkejutnya tepat waktu; semua itu terlihat jelas di wajahnya.     

"Bukan Bendtner, maksudku adalah kau." ucap Tang En sambil menunjuk ke arah Anelka. "Gantilah pakaianmu dan datang ke kantorku." Sambil mengatakan itu, dia berbalik dan meninggalkan lapangan latihan.     

Ribéry berjalan menghampiri Anelka dan menepuk pundaknya dengan lembut. Sambil berbicara dalam bahasa Prancis dengan nada rendah, dia berkata, "Berbicara sendiri dengan Bos biasanya bukan hal yang bagus. Kau harus berhati-hati."     

Mendengar nada misterius Ribéry, Anelka menoleh untuk memandang wajah seriusnya tapi tidak mengatakan apa-apa sebagai tanggapan.     

※※※     

Tang En sedang mengatur meja di kantornya, tapi sebenarnya tidak ada banyak hal yang bisa dia atur. Sebagian besar hal telah didokumentasikan ke dalam komputer. Selain pena dan buku catatan yang selalu dibawanya, tidak ada barang lain di atas meja. Dia hanya tidak ingin terlihat bahwa dia seolah-olah sedang menunggu Anelka. Sebagai seorang manajer, terkadang dia perlu berpura-pura di hadapan para pemain, seperti misalnya, "Aku memanggilmu kemari, tapi aku sangat sibuk; aku meluangkan waktu dari jadwalku yang sibuk untuk berbicara padamu."     

Suara ketukan terdengar dari luar ruangan. Ketukan itu tidak keras, tapi Tang En bisa mendengarnya.     

"Masuklah."     

Anelka mendorong pintu terbuka dan melangkah masuk. Dia sudah berganti pakaian dan sekarang memakai kemeja putih dengan celana jeans biru muda, lengkap dengan jaket kasual berwarna biru langit. Dia bahkan menggantungkan kacamata hitam di leher kemejanya.     

Tang En menilai gaya berpakaiannya.     

"Apa yang akan kau lakukan malam ini?"     

Anelka tertegun sejenak, tidak menduga manajer akan menanyakan itu di awal pertemuan mereka. Saat dia akhirnya pulih dari rasa terkejutnya, dia menggelengkan kepala untuk menjawab "Aku tidak melakukan apa-apa malam ini."     

"Oke ... duduklah." Tang En dengan santai menunjuk ke sofa. Dia kemudian terus 'sibuk' mengatur barang-barangnya. Kali ini, dia meraih mouse komputer dan me-refresh komputernya berkali-kali hanya agar terlihat sibuk.     

Setelah selesai menyibukkan diri dengan itu, dia mendongak dan melihat ke arah pria Prancis itu. "Ini adalah pertama kalinya kita berbicara berdua saja sejak kau masuk ke tim ini. Aku harus minta maaf tentang itu. Aku sangat sibuk sampai sekarang. Di awal musim yang baru, ada banyak hal yang harus ditangani."     

Anelka mengangguk paham.     

Tang En merasa bahwa berkomunikasi dengan seseorang yang kurang responsif sangatlah melelahkan.     

Melakukan percakapan itu hampir sama seperti bermain tenis; percakapan itu hanya bisa bekerja saat bolanya dipukul bolak-balik. Tapi, saat Tang En berbicara dengan Anelka, rasanya seperti dia sedang bermain tenis dengan udara kosong. Tidak hanya dia harus melakukan servis, tapi dia juga harus berlari untuk mengambil bola setelahnya. Dia sudah lelah dan berkeringat, tapi masih tidak tahu sampai kapan hal ini akan berlangsung.     

"Ya ... Yah, dengan mengesampingkan hal-hal lain, aku cukup tertarik pada keputusanmu yang mendadak untuk kembali ke Inggris. Apa kau mau menceritakan padaku lebih banyak tentang itu?"     

Tang En lalu sengaja berhenti bicara, menunggu Anelka untuk berbicara, tapi kemudian merasa kecewa. Untuk mencegah suasana menjadi canggung, dia hanya bisa melanjutkan, dan berkata, "Ehm... Kakak lelakimu memberitahuku kalau itu karena level liga di sana terlalu rendah? Dan itu tidak bisa ..."     

Pada saat itu, Anelka tiba-tiba menyela Tang En. "Ya. Aku ingin pergi ke liga dengan level yang lebih tinggi untuk bermain sepakbola."     

Tang En sama sekali tidak keberatan; dia merasa senang melihat Anelka sudah mau bicara dengannya.     

"Tapi, Fenerbahçe SK juga bisa berpartisipasi di Liga Champions."     

"Itu terlalu jauh."     

Tang En tahu apa yang dimaksud oleh Anelka saat dia mengatakan kalau itu 'jauh'. Jadi, dia hanya mengangguk.     

"Aku juga berpikir begitu. Nicolas, apa kau keberatan memberitahuku apa yang sebenarnya kau pikirkan? Maksudku ... Apa tujuan lain yang kau miliki? Apa yang kau harapkan? Kenapa kau mau bekerja keras dalam bermain sepakbola? Apa kau punya tujuan tertentu?"     

Pertanyaan-pertanyaan ini membuat pria Prancis itu agak bingung. Dia hanya duduk diam di sana.     

Beberapa orang bermain sepakbola untuk mengejar kejayaan, tapi dia telah menerima hampir semua pengakuan tertinggi yang bisa diperoleh sebuah klub. Lalu ada pula orang yang bermain bola dengan harapan bisa dipilih ke tim nasional, berjuang di Piala Dunia; tapi dia sudah berkata kasar pada French Football Federation bahwa "kecuali Santini berlutut dan memohon di depanku, aku tidak akan pernah kembali ke tim nasional." Berkata bahwa dia ingin bekerja keras untuk masuk ke tim nasional akan terlihat palsu. Kalau begitu, tujuan atau alasan apa yang bisa dikatakan olehnya?     

"Apa kau ingin mendengar jawabanku untuk pertanyaan itu?" Tang En memperhatikan Anelka yang terdiam dan memutuskan untuk terus bicara.     

"Awalnya, aku adalah manajer Tim Pemuda Forest. Secara bertahap, dari manajer biasa, aku menjadi asisten manajer Tim Pemuda, dan akhirnya menjadi manajer utama. Setelah itu, aku menjadi manajer utama Tim Pertama, sama seperti yang kaulihat sekarang." Dia membuka lengannya, menunjukkan bahwa kantor manajer itu adalah miliknya.     

"Apa kau sudah dengar tentang ceritaku?"     

Anelka menggelengkan kepalanya.     

"Kalau begitu, biar aku memberitahumu." Tang En duduk di sudut mejanya dan menyilangkan kakinya.     

"Awalnya, kurasa itu ide yang bagus untuk menjadi salah satu manajer di tim pemuda. Aku merasa sangat puas dengan pekerjaan itu. Aku adalah seorang idiot yang tidak tahu apa-apa kecuali sepakbola; aku tidak tahu tentang pertukangan, tidak tahu bagaimana harus memperbaiki pipa, tidak tahu bagaimana harus menjual barang, tidak tahu tentang disain, memperbaiki barang-barang, merampok bank ... Aku sama sekali tidak tahu apa-apa. Aku sudah merasa sangat senang saat mendapatkan pekerjaan di Nottingham Forest Club, dan aku berniat untuk terus bekerja sebagai manajer. Setelah beberapa dekade, aku akan menjadi salah satu manajer tua di klub dan akhirnya pensiun."     

"Tapi kemudian, aku menjadi manajer sementara tim ini. Pada saat itu, situasi tim sangat menyedihkan. Dalam setengah musim, aku harus menjamin bahwa timku bisa tetap berada di Liga Satu, sekarang disebut EFL. Di awal pengangkatanku, penampilanku sangat buruk; pertandingan pertama yang kuarahkan benar-benar gagal."     

Tang En menggelengkan kepalanya, dan berkata, "Tapi, kemudian aku berpikir, karena aku sudah menjadi manajer utama di tim, terlepas dari jabatan itu hanya sementara, aku sebaiknya mencapai sesuatu sebagai bukti kalau aku pernah ada disana, kan? Aku memutuskan untuk memimpin tim mendapatkan promosi... Ya, itu benar. Kau tidak salah dengar. Aku tidak hanya ingin menghindari degradasi, aku bertujuan untuk mendapatkan promosi." Tang En menjelaskan saat dia melihat wajah Anelka yang terkejut.     

Pria Prancis itu mengangguk. Dia benar-benar tenggelam dalam cerita itu.     

"Aku hampir berhasil melakukannya. Itu cara yang lebih baik untuk mengatakannya, tapi sebenarnya aku gagal. Untuk itu, aku kehilangan banyak hal. Dari sejak saat itu, aku bersumpah kalau aku harus melakukan hal yang lebih baik dan tidak pernah menjadi seorang pecundang. Tapi Tuhan tidak memberiku peluang itu. Waktuku sebagai manajer sementara sudah berakhir, dan aku kembali ke tim pemuda untuk terus menjadi manajer utama tim pemuda. Posisi manajer utama Tim Pertama diambil oleh seorang pria bernama Collymore. Apa kau pernah dengar tentangnya?"     

Anelka mengangguk. "Aku tahu. Aku benci pria itu."     

Tang En tertawa terbahak-bahak. "Itu benar, aku juga membencinya! Lihat, sekarang kita punya kesamaan." Setelah tawa Tang En memudar, dia melanjutkan.     

"Tidak lama setelah itu, dia dipecat karena memimpin tim dan mendapatkan hasil yang sangat buruk. Aku kembali berada di posisi yang sama. Di tengah musim, Nottingham Forest berada di peringkat keempat dari bawah. Tidak ada siapapun yang percaya bahwa tim buruk seperti itu akan bisa mencapai hasil apapun. Bahkan, ada banyak orang yang percaya bahwa kami akan berakhir didegradasi ke Liga Dua di akhir musim. Tapi pada akhirnya? Saat musim berakhir, timku adalah juara EFL dan mendapat tiket masuk ke Liga Utama Inggris."     

"Bukankah itu cerita yang luar biasa?" tanya Tang En sambil menunjukkan telapak tangannya.     

"Apa yang terjadi setelah itu bahkan lebih luar biasa. Di musim baru Liga Utama Inggris, semua orang mengatakan bahwa Forest hanya harus mencoba menghindari degradasi dan memastikan tempat mereka di Liga Utama. Aku menganggap itu sebagai penghinaan. Tujuanku jauh lebih besar dan lebih jauh daripada orang-orang bodoh itu. Kau juga melihatnya. Tujuanku adalah Liga Champions UEFA. Saat ini, kita memiliki awal yang baik. Aku tidak ingin kembali ke kehidupan yang sama seperti sebelumnya. Hanya merasa puas dengan hidupku di tim pemuda. Dari sudut pandangku, ada banyak kejuaraan yang menungguku."     

Setelah dia selesai mengatakan itu, Tang En berhenti sejenak sebelum melanjutkan. "Aku sudah mendengar beberapa hal tentang kakak-kakakmu ..."     

Ekspresi Anelka berubah saat dia mendengar kakak-kakaknya disinggung dalam pembicaraan ini. Tentunya, Tang En juga menyadari itu. Mungkin memang seperti itu; di hati Anelka, tidak ada kejayaan yang bisa dibandingkan dengan saudara sedarahnya. Kalau dia bisa berseteru dengan French Football Federation karena kakak-kakaknya, bukankah akan lebih mudah baginya berseteru dengan klub untuk alasan yang sama?     

Hari ini dimaksudkan sebagai pembicaraaan dari hati-ke-hati. Tang En tidak ingin menusuk titik sensitif Anelka dengan sengaja.     

Jadi, dia segera melanjutkan dan berkata, "Jujur saja, aku tidak melihat ada yang salah dengan metode mereka. Siapapun akan ingin berjuang untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan bagi diri mereka sendiri. Itu benar-benar normal. Saat aku menegosiasikan syarat dan ketentuan untuk perpanjangan kontrakku dengan klub, aku juga akan meminta gaji yang lebih tinggi dan lebih banyak bonus uang. Tapi, selain uang, aku juga memiliki tujuan lain yang tidak bisa dipenuhi hanya dengan gaji yang tinggi. Seperti yang kusebutkan sebelumnya, aku punya banyak kejuaraan yang masih belum aku raih. Kau sekarang adalah seorang pemain yang telah menjadi juara Liga utama, FA Cup Inggris, Liga Champions UEFA, Kejuaraan Eropa UEFA ... Kau tidak kekurangan pamor dan kau tidak perlu membuktikan dirimu lebih jauh lagi. Sebelum ini, kalau kau menjawab bahwa uang adalah motivasi terbesarmu untuk bermain bola, dan merupakan satu-satunya tujuanmu, maka aku tidak akan terkejut sama sekali. Itu sangatlah normal karena kau adalah pemain sepakbola profesional."     

"Aku tidak peduli dengan semua transfer yang pernah kaulakukan. Sekarang kau adalah salah satu pemainku. Kau bermain untuk tim Forest; itu artinya kau adalah anggota dari Forest. Aku membutuhkanmu untuk membantuku mencapai tujuanku... Sebenarnya, aku juga mengatakan ini pada semua pemainku. Aku membutuhkan bantuan kalian semua. Kalau tidak begitu, dengan sendirian saja, aku tidak akan bisa memenuhi syarat untuk berkompetisi. Kita semua berbagi satu tubuh, jadi tujuan kita harus sama. Aku akan mengambil kejuaraan, dan kau bisa mengambil hadiah uangnya."     

Berbicara hingga titik ini, Tang En mulai tertawa kecil.     

"Dengan kejuaraan, akan ada uang; dengan uang, akan ada motivasi; dengan motivasi, akan ada kejuaraan. Lihatlah betapa menakjubkannya lingkaran itu!"     

Meskipun Anelka jelas memahami sudut pandang itu, ini adalah pertama kalinya dia bertemu dengan seorang manajer sepakbola yang mengatakannya dengan terus terang.     

Setelah bekerja sama dengan begitu banyak manajer, hampir semua orang percaya bahwa dia adalah seorang bajingan rakus yang kepalanya dipenuhi pikiran tentang uang. Mereka percaya bahwa dia tidak akan bisa bermain dengan baik dan merupakan seseorang yang selamanya takkan pernah bisa memiliki loyalitas pada tim.     

Dulu, pada saat dimana dia bersikeras untuk pindah ke Real Madrid dan meninggalkan Arsenal, mentornya, manajer utama Arsenal, Arsene Wenger, berkata, "Manusia hidup untuk makan tiga kali sehari dan tidur. Untuk apa kau menginginkan begitu banyak uang?"     

Wakil ketua klub Arsenal juga meledak marah padanya dengan tiba-tiba.     

"Dalam negosiasi selama 48 jam terakhir, dia mengejek semua aturan sepakbola Inggris; dia sama sekali tidak menghargai orang lain!"     

Bahkan sebelum itu, Arsenal hanya memberikan 750 ribu baginya untuk menolak perpanjangan kontrak dengan Paris Saint-Germain, klub di mana dia pertama kali memulai karirnya. Kemudian, dia langsung hengkang ke London. Mentornya, Fernández, dengan marah berkata, "Jangan menyebut namanya. Saat dia pergi, dia sendiri yang membanting pintu untuk bergabung dengan Arsenal ... Di mana pun dia berada, dia akan menjadi masalah ..."     

Di Real Madrid, orang-orang memanggilnya "sampah." Pada saat itu, ada lelucon:     

Seorang anak dengan panik memberi tahu ibunya, "Oh tidak, seseorang telah memaksa masuk ke rumah kita!"     

Sang ibu bertanya, "Seperti apa tampangnya?"     

Anak itu menjawab, "Tinggi dan kurus. Dia memakai jersey Real Madrid dengan nomor punggung 14."     

Sang ibu kemudian berkata, "Tidak ada yang perlu ditakuti, Nak. Sampah seperti itu tidak bisa berbuat apa-apa."     

...     

Hanya Tony Twain yang mengatakan itu padanya: Mengejar uang bukan masalah - itu normal. Aku tidak butuh kesetiaan. Aku hanya membutuhkanmu untuk memenuhi tugasmu dengan serius selama periode kontrakmu. Ambil uangnya dan lakukan pekerjaannya; sesederhana itu.     

Anelka tetap diam, pikirannya dipenuhi dengan apa yang barusan dikatakan oleh Tang En.     

"Kalau kau mau menjadi pemain inti, tunjukkan padaku kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemain inti. Kalau kau memiliki kemampuan dan kau menunjukkannya, kau pasti akan menjadi seorang pemain inti. Tentu saja, suatu hari nanti, saat kau mulai merasa muak dengan semuanya disini dan kau mulai benci melihat wajahku, atau kau ingin mendapatkan lebih banyak uang dan kebetulan ada klub yang menawarimu persyaratan yang lebih menguntungkan ... Saat kau memutuskan untuk pergi, jangan lupa hubungi aku untuk memberitahuku tentang apa yang kaupikirkan. Aku tidak akan membuat segalanya menjadi sulit bagi siapapun yang ingin meninggalkan tempat ini, karena kau bebas melakukannya."     

Setelah menyelesaikan kata-katanya, Tang En bangkit berdiri dari meja dan menggosok separuh pantatnya yang jadi mati rasa karena duduk disana terlalu lama.     

"Ayo pergi. Kita sebaiknya segera pulang." Tang En mematikan komputer di mejanya dan memasukkan buku catatan kecil dan pena ke dalam saku kemejanya.     

"Apa kau tidak punya kegiatan untuk dilakukan di malam hari?"     

Anelka berdiri dan menggelengkan kepalanya. "Aku tidak punya rencana untuk melakukan apa-apa, Bos."     

Tang En tertawa dan berkata, "Itu bagus. Apa kau punya mobil?"     

"Iya."     

"Bisakah kau memberiku tumpangan? Separuh pantatku jadi mati rasa karena duduk terlalu lama. Rasanya tidak nyaman untuk berjalan kaki." Tang En menggerutu sambil memijat pantatnya.     

"Tentu saja, Bos."     

※※※     

Tiga hari kemudian. Stadion kandang Bolton Wanderers, Stadion Reebok . Nottingham Forest meraih kemenangan mutlak atas tim tuan rumah dengan skor 2:0. Pemain dengan jersey bernomor punggung 39, pemain depan asal Prancis Anelka, bermain sebagai starter selama 90 menit di lapangan. Di menit ke-21, ia mencetak gol pertama untuk Forest, memberikan kontribusi di pertandingan ketiganya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.