Mahakarya Sang Pemenang

Teladan Bagian 1



Teladan Bagian 1

0Gol yang dicetak Anelka membuat kedua manajer mengayunkan kepalan tinju mereka di tepi lapangan. Bedanya adalah manajer Nottingham Forest mengayunkan tinjunya karena gembira, sementara manajer Villarreal, Pellegrini, melakukannya karena frustasi.     

Dengan lima belas menit tersisa dalam pertandingan, Nottingham Forest memimpin dengan dua gol. Permainan ini pada dasarnya sudah siap untuk mengumumkan siapa pemenangnya.     

Villarreal baru saja menyesuaikan taktiknya dan siap untuk bertahan saat gol itu dicetak. Gol itu memberikan pukulan yang berat terhadap semangat mereka. Sekarang, meski mereka ingin mencetak satu gol, mungkin tidak akan ada peluang untuk melakukan itu.     

Orang lain yang merasa marah setelah kebobolan gol adalah Riquelme. Meskipun dia jarang memperlihatkan emosi di wajahnya, siapa pun bisa melihat rasa frustasinya.     

Seandainya manajer tetap bersikeras untuk menyerang, mereka mungkin sudah bisa menyamakan skor sebelum tim Forest mencetak gol kedua. Pada saat itu, situasi di lapangan akan berbeda.     

Sekarang setelah apa yang sudah terjadi, mereka harus melupakan menyerang dan menggunakan kekuatan mereka untuk menang. Harga yang harus dibayar untuk itu muncul dengan cukup cepat.     

Pertandingan sudah berakhir lebih awal.     

※※※     

Ketika wasit meniup peluit tanda akhir pertandingan, para fans Forest sangat gembira dengan skor di papan skor elektronik. 2: 0! Itu adalah kemenangan yang indah di kandang.     

Ini adalah kemenangan pertama Liga Champions UEFA di stadion City Ground setelah dua puluh empat tahun, yang meletakkan pondasi yang kuat bagi tim Forest untuk memasuki Liga Champions.     

Pada konferensi pers paska-pertandingan, Pellegrini mengatakan bahwa tim Forest telah tampil lebih baik daripada timnya sendiri. Wajar jika mereka memenangkan pertandingan.     

Pria Chile itu pergi dengan tergesa-gesa bersama timnya. Tim Forest tetap tinggal di belakang di alun-alun luar stadion untuk menerima tepuk tangan dari semua fans mereka. Dua puluh tujuh ribu orang berkumpul di luar stadion City Ground. Mereka memblokir bus tim Forest sambil menyanyikan lagu tim Forest berulang kali.     

Kita memiliki seluruh dunia di tangan kita, kita memiliki seluruh dunia di tangan kita...     

Dinilai dari lautan merah yang berada diluar bus, kelihatannya seolah-olah tim Forest telah menang dan membawa pulang trofi Liga Champions. Padahal itu hanyalah kemenangan di pertandingan kualifikasi.     

Orang-orang di Nottingham Forest telah sangat merindukan Liga Champions sejak lama. Banyak orang mungkin sudah lupa bahwa tim yang mereka dukung ini dulunya adalah tim yang kuat di Liga Champions, yang pernah menang dua kali berturut-turut. Sekarang Twain membuat mereka merasakan hal itu lagi.     

Mereka tidak harus menonton penampilan tim lain saat menonton Liga Champions di depan televisi. Mereka bisa menantikan untuk menonton penampilan tim mereka sendiri di Liga Champions. Mereka akan bisa mendiskusikan penampilan tim mereka di akhir sebuah pertandingan Liga Champions, pergi ke stadion City Ground untuk menonton pertandingan Liga Champions, dan bersorak untuk tim mereka.     

Kalau mereka membayangkannya lebih jauh lagi, mereka bahkan bisa mengikuti jejak yang ditinggalkan oleh tim mereka sendiri, menginjakkan kaki di Benua Eropa, dan pergi ke stadion klub-klub papan atas itu untuk bersikap sombong dan pamer.     

Membayangkan sedikit lebih jauh lagi. Mungkin kita bisa menginjakkan kaki di final Liga Champions UEFA sekali lagi?     

Siapa bilang itu tidak mungkin? Saat Nottingham Forest dipromosikan ke Divisi Pertama Liga Sepakbola dari Divisi Kedua, siapa yang akan menyangka kalau Brian Clough akan memimpin tim Forest untuk memenangkan Kejuaraan Liga Champions UEFA setahun kemudian dan mempertahankan gelar Liga Champions mereka di tahun berikutnya?     

Berbagai hal dicapai oleh banyak orang. Baru dua tahun yang lalu, saat tim Forest berjuang untuk keluar dari empat peringkat terbawah di Liga Satu, siapa yang mengira mereka akan bisa menang atas Villarreal di kandang sendiri dalam pertandingan kualifikasi Liga Champions UEFA hari ini?     

David Kerslake terlihat seperti anak kecil, dia menempelkan wajahnya ke jendela bus untuk melihat lautan merah itu dengan senyum bahagia di wajahnya. Ini adalah pertama kalinya dia melihat pemandangan seperti ini sejak dia masuk ke Nottingham Forest Football Club.     

"Cukup bagus, kan? Akan ada lebih banyak lagi di masa depan." Duduk di sampingnya, Twain tersenyum lebar.     

※※※     

Keesokan harinya, media Nottingham didominasi oleh ulasan tentang pertandingan itu. Semua surat kabar, stasiun televisi, siaran radio, dan di mana pun di jalanan berbicara tentang pertandingan itu.     

Popularitas Nicklas Bendtner, yang telah mencetak gol, melonjak tinggi. Bahkan Anelka juga menerima dukungan dan penerimaan dari para fans. Tidak ada yang lebih disukai oleh para fans itu selain mencetak gol di pertandingan yang mereka anggap penting.     

Tak perlu dikatakan lagi, para fans masih membahas pertandingan itu dengan antusias. Tapi, setelah kemenangan yang luar biasa itu, para pemain Forest bahkan tidak bisa mendapatkan istirahat selama setengah hari. Bukan karena manajer Tony Twain bersikap kejam, melainkan karena musim baru Liga Utama telah dimulai.     

Dari lima liga utama di Eropa, Liga Utama Inggris adalah liga yang dimulai paling awal dan yang selesai paling akhir. Tidak ada libur musim dingin di dalam kompetisi yang paling intensif ini. Dalam kata-kata Twain, liga itu "biadab dan brutal. Liga itu menyiksa tubuh dan pikiran para pemain. Selama masa liburan Natal, itu adalah waktu bagi orang lain untuk menghadiri reuni keluarga atau berlibur. Masa itu seharusnya adalah masa yang paling menyenangkan. Tapi bagi para pemain Liga Utama, mereka harus bermain dua atau tiga kali seminggu seolah-olah mereka harus tampil back-to-back. Di musim dingin yang membeku, peluang terjadinya cedera juga sangat tinggi."     

Pada tanggal 10 Agustus, Nottingham Forest memenangkan pertandingan melawan Villarreal di leg pertama pertandingan kualifikasi Liga Champions, memulai musim laga 05 hingga 06 dengan baik. Semua orang, mulai dari eselon atas klub hingga para pemain dan para fans, bisa menyambut putaran awal Liga Utama yang akan dilangsungkan tiga hari kemudian dengan mood yang lebih rileks dan senang.     

Liga Utama Inggris musim 05-06 sudah sepenuhnya dimulai. Juara Liga Utama musim lalu, Chelsea menantang tim yang baru dipromosikan, Sunderland dalam pertandingan tandang. Dalam pertandingan kandang, Nottingham Forest akan menghadapi tim lain yang juga baru dipromosikan, Wigan Athletic FC. Media menjuluki tim itu sebagai "Nottingham Forest kedua."     

Julukan itu diberikan media kepada Wigan Athletic selama mereka masih berada di Liga Championship EFL karena gaya tim dan beberapa karakteristik lainnya sangatlah mirip dengan tim Forest. Sebagai contoh, fokus mereka untuk memberikan tekanan yang keras terhadap lawan di sepanjang permainan, terobosan cepat di kedua sayap, kekuatan yang tak kenal lelah, serta gaya bermain yang sederhana namun penuh kerja keras dan membuat orang-orang seolah melihat kembali bayangan Nottingham Forest disaat mereka berhasil dipromosikan dari Liga Championship EFL dalam setengah musim.     

Setelah Tang En menyadari ini, dia tidak tahu apakah dia harus menangis atau tertawa. Dia jelas tahu betapa mengesankannya musim pertama Wigan Athletic di Liga Utama. Kalau media tahu tentang masa depan, mereka jelas akan merasa puas dengan julukan yang mereka berikan kepada tim itu. Sesungguhnya, musim pertama Wigan Athletic di Liga Utama akan sama mengesankannya seperti prestasi musim lalu Nottingham Forest, kecuali bahwa peringkat akhir mereka nanti tidak setinggi yang berhasil diraih Forest.     

Dari sudut pandang ini, tidaklah salah jika menyebut mereka sebagai "Nottingham Forest kedua."     

Hal yang membuat Tang En merasakan ironi adalah bahwa dia telah menjadi teladan bagi orang lain.     

Dalam sebuah wawancara sebelum pertandingan, Wigan Athletic memberikan komentar dalam cara yang tidak mencolok. Manajer mereka, Paul Jewell, mengakui bahwa agar timnya bisa naik ke Liga Utama, dia telah belajar banyak dari Tony Twain. Tim Forest milik Twain telah memberinya banyak inspirasi.     

Hal ini membuat "Nottingham Forest kedua" mulai dikenal.     

Akhirnya, Jewell juga berkata, "... Kita tentu masih ingat penampilan luar biasa Nottingham Forest yang baru dipromosikan di Liga Utama musim lalu. Mereka sangat mengesankan, dan kurasa manajer Tony Twain adalah pelatih Inggris yang sangat bagus. Tidak, aku tidak mengatakannya tanpa alasan. Target Wigan Athletic musim ini adalah untuk mempertahankan peringkat kami, tapi aku masih berharap timku akan disebut 'Nottingham Forest kedua' saat liga berakhir. Tapi kali ini, julukan itu bukan untuk gaya bermain kami, melainkan untuk hasil yang telah kami capai."     

Saat Tang En mendengar kata-kata itu, dia merasa agak takjub. Transmigrasinya secara tak terduga menjadikannya sebagai teladan bagi manajer lain.     

Dia ingin tertawa, bukan karena dia merasa sombong, tapi karena dia merasa itu tidak masuk akal. Tapi dia tidak bisa tertawa karena dia tidak merasa senang dengan ini.     

※※※     

Era monopoli Sky Television dalam hak siaran Liga Utama akan segera berakhir. Komisi Eropa baru-baru ini mengamanatkan Sky Television untuk mengalokasikan sebagian hak siar Liga Utama yang mereka monopoli ke saluran televisi publik BBC dan stasiun televisi lainnya. Liga Utama musim ini akan berfungsi sebagai masa percobaan untuk pembelian hak siar baru. BBC dan stasiun independen lainnya telah diberi sebagian hak siar Liga Utama.     

Meski hal ini akan membuat sebagian besar klub kecil mengalami sejumlah kerugian, ini merupakan hal yang bagus bagi fans Forest karena mendapatkan kembali si komentator John Motson, yang telah secara konsisten mendukung tim Forest.     

Pertandingan antara Nottingham Forest melawan Wigan Athletic akan menjadi siaran langsung Liga Utama yang pertama kali disiarkan di BBC. Seperti yang diharapkan, komentar pertandingan akan dibawakan oleh duo komentator, John Motson dan Alan Hansen.     

Dua puluh menit setelah pertandingan berjalan, Motson tidak memuji tim Forest meski dia sudah lama tidak mengomentari pertandingan mereka.     

"Sekarang, aku benar-benar ingin memutar ulang kata-kata yang diucapkan oleh manajer Paul Jewell dalam wawancara sebelum pertandingan." Motson melakukannya sedemikian rupa hingga dia bisa terdengar sangat murah hati dan royal dalam memberikan pujiannya, tapi dia juga bisa sangat tajam dan tidak ramah dalam kritik yang dilontarkannya. "Para fans Forest pasti mulai bertanya-tanya sekarang, apa motif Jewell dalam mengatakan semua itu? Kurasa itu dilakukannya untuk membuat tim Forest merasa bingung. Apa manajer Twain merasa marah?"     

Di sampingnya, Alan Hansen menyela dan bertanya, "Kenapa dia harus marah?"     

"Karena dia sudah dipermainkan!" Motson tertawa terbahak-bahak. Dia mengenal Twain, jadi dia mengatakan itu. Twain pastilah merasa tertipu. Berdasarkan karakter Twain, mustahil dia tidak merasa marah.     

Pada saat itu, Tony Twain memang benar-benar marah saat dia duduk di area teknis. Tapi, itu bukan karena Jewell, melainkan karena penampilan timnya yang buruk.     

Kontrasnya terlalu nyata!     

Tiga hari yang lalu, di lapangan yang sama, tim Forest telah mengalahkan Villarreal secara efisien. Adegan usai kemenangan masih segar di ingatan para pemain dan fans Forest.     

Dan tiga hari kemudian, dalam pertandingan ini, tim Forest seolah tak berdaya saat mereka harus melawan formasi pertahanan ketat Wigan Athletic dan serangan balik mereka yang cepat.     

Twain menggelengkan kepalanya dari waktu ke waktu saat dia menyaksikan situasi tim yang kacau di lapangan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.