Mahakarya Sang Pemenang

Cedera Bagian 2



Cedera Bagian 2

0Cedera Albertini tiba-tiba saja membuat suasana tim menjadi sedikit lebih suram. Pemain kunci yang mengalami cedera di saat kritis adalah pukulan besar bagi semangat tim.     

Terlepas dari apa yang diinginkan Twain, kini dia harus menerima kenyataan bahwa tim Forest akan harus memulai musim baru tanpa kapten tim.     

Dia membuat beberapa penyesuaian dan menempatkan Arteta di posisi gelandang inti selama latihan. Sudah jelas bahwa pemain Spanyol itu akan menggantikan Albertini.     

Di saat yang sama, karena Arteta akan bermain dalam starting lineup, taktik serangan tim Forest juga membutuhkan penyesuaian lebih lanjut. Bagaimanapun, Albertini dan Arteta memiliki cara mengatur serangan yang berbeda. Tim perlu membiasakan diri dengan mereka. Untungnya, di tahap akhir musim lalu, Arteta bermain di banyak pertandingan dan tim sudah cukup terbiasa dengan taktik serangan yang lebih rumit ini.     

Satu-satunya masalah adalah koordinasi antara George Wood dan Mikel Arteta masih belum cukup ketat. Pengkondisian yang kurang dari setengah musim masih jauh dari cukup. Di sebagian besar waktu, Wood masih mengikuti ide dan rutinitas saat dia berpasangan dengan Albertini. Contoh yang paling jelas adalah Arteta akan jauh lebih dekat dengan area penalti lawan daripada Albertini dan karenanya, jarak antara Wood dan pemain Spanyol itu jelas akan melebar. Akan mudah bagi lawan untuk memutuskan koneksi antara kedua pemain itu. Setelah gelandang bertahan tidak bisa memberikan perlindungan yang cukup bagi gelandang serang, maka serangan tim Forest takkan bisa diorganisir. Akan mudah bagi lawan untuk mencegat bola dan memecah ritme serangan mereka. Kemudian mereka akan benar-benar kehilangan kendali di lini tengah; kehilangan kontrol di lini tengah akan sama artinya dengan kehilangan permainan.     

Twain melihat situasi ini terjadi di lapangan latihan dan merasa cemas. Kalau Albertini tidak cedera, dia tidak akan menyadari bahwa pengaruh Albertini terhadap George Wood sangatlah dalam.     

Itu adalah sesuatu yang bagus di masa lalu. Tapi dengan situasi mereka saat ini, Twain mulai sakit kepala lagi.     

Kalau ada kabar baik dalam kurun waktu ini, mungkin itu adalah penampilan Anelka yang masih sejalan dengan tim. Dia tidak menambah kesulitan bagi Twain diatas kekacauan yang sudah ada.     

Karena dia masih baru di tim dan memiliki manajer serta rekan setim yang baru, dia tentu masih akan menjaga perilakunya karena dia masih belum tahu bagaimana temperamen si manajer. Twain tidak melonggarkan kewaspadaannya terhadap Anelka karena hal ini. Dia tetap percaya bahwa macan tutul tidak bisa mengubah bintik-bintiknya.     

Dia tahu bahwa Anelka tidak akan tiba-tiba akan menjadi orang yang optimis, ceria, dan disukai banyak orang hanya karena dia datang ke Nottingham Forest. Bahkan meski dia terlihat seperti itu, itu hanya karena dia masih mencoba untuk menekan sifat aslinya.     

Anelka bukan pemain yang dia perkenalkan dengan senang kepada timnya. Berbeda dengan saat dia memperkenalkan Bendtner dan Eastwood. Dia tidak terlalu antusias tentang Anelka. Meski dia mengatakan pada Kerslake untuk "memperlakukannya seperti pemain tim utama lainnya", dia masih memiliki prasangka terhadap Anelka. Dia tidak bisa mengubah itu.     

Kalau kau bisa tampil dengan baik, aku akan memberimu kesempatan, sama seperti memberi kesempatan pada pemain lain yang bagus. Tapi kalau kau membawa masalah, aku akan memberikan kesempatan itu pada pemain lain.     

Tapi kalau Eastwood yang memiliki masalah, Twain akan menerimanya dan membantu Eastwood untuk kembali ke kondisinya semula.     

Itulah bedanya.     

※※※     

Pada tanggal 10 Agustus, pertandingan pertama putaran ketiga kualifikasi Liga Champions UEFA akan diadakan dua hari kemudian di kandang tim Forest, stadion City Ground.     

Ini adalah langkah pertama bagi Nottingham Forest untuk kembali ke Liga Champions UEFA setelah dua puluh empat tahun. Turnamen kualifikasi yang biasa dan berlevel rendah telah menjadi pertandingan yang sangat dinanti karena signifikansinya. Tiket untuk pertandingan itu sudah terjual habis seminggu sebelumnya. Semua orang di Nottingham sangat tertarik dengan pertandingan itu. Hingga dua hari sebelum pertandingan, masih ada banyak orang di alun-alun diluar stadion City Ground yang memegang papan "Aku butuh tiket", berharap bisa bertemu dengan seseorang yang ingin mengembalikan tiket. Tapi mereka semua merasa kecewa. Tidak hanya tidak ada orang yang mengembalikan tiket, bahkan para calo juga tidak bisa ditemukan. Setiap tiket yang bisa dijual telah terjual. Bahkan meski para calo itu ingin menghasilkan lebih banyak uang, tidak ada lagi tiket untuk dijual.     

Sekarang para pemain yang memiliki keluarga di Nottingham mulai merasa resah karena saudara dan teman-teman mereka yang tidak mendapatkan tiket mulai mendatangi mereka dengan harapan bisa mendapatkan tiket yang dialokasikan untuk para pemain dan anggota staf klub. Tidak ada banyak tiket yang dibagi. Hanya ada sekitar tiga atau empat tiket untuk setiap pemain.     

Sebagai akibatnya, tiket jatah para pemain yang keluarganya tidak tinggal di Nottingham atau yang keluarganya tinggal di luar negeri semuanya diambil oleh para pemain lokal.     

Tentu saja, ada pengecualian. George Wood adalah pemain lokal, tapi semua tiketnya telah diberikannya pada Wes Morgan. Selain ibunya, Wood tidak punya saudara atau teman yang meminta tiket darinya. Dia bahkan tidak tahu apakah memiliki saudara atau teman itu hal yang baik atau buruk.     

Twain memiliki enam tiket, yang merupakan hak manajer. Tapi tidak ada pemain yang berani mengambil tiketnya, yang juga merupakan hak istimewa seorang manajer.     

Twain tidak bisa memikirkan siapa yang harus diberinya tiket. Shania masih di Brasil dan Sophia juga tidak membutuhkan bantuan darinya. Wood pasti akan menyimpan satu tiket untuk ibunya.     

Enam tiket yang dimilikinya tidak tahu harus diberikannya pada siapa.     

Sekelompok orang-orang di Forest Bar adalah penggemar Forest yang setia. Bagaimana mungkin mereka tidak memiliki tiket untuk pertandingan itu? Kenny Burns harus selalu mengawasi barnya. Dia sudah lama tidak pergi ke stadion untuk menonton pertandingan. Tak peduli seberapa penting permainan itu, dia tidak akan pergi.     

Tapi Twain memikirkan seseorang saat Forest Bar muncul di dalam benaknya.     

Dia pergi mencari Big John dan meminta alamat kontak Michael di Amerika Serikat.     

"Apa yang akan kau lakukan? Mengiriminya tiket? Dia tidak akan datang. Apalagi, dia ada di Amerika. Pada saat suratnya tiba, pertandingannya sudah berakhir..." John tampak bingung.     

"Tentu saja, aku tidak akan memintanya untuk menonton pertandingan." Twain berkata pada John saat dia menuliskan alamat itu di amplop pos udara, "Aku hanya ingin memberi tahunya, meskipun dia sudah bersumpah kalau dia tidak akan pernah lagi menyukai sepakbola, bahwa aku tidak hanya berhasil membuat tim Forest kembali ke liga top Inggris. Aku juga berhasil memimpin tim Forest kembali ke liga teratas di Eropa. Aku tidak peduli apakah dia tidak tertarik atau apakah dia mengingatnya atau tidak. Aku sudah berjanji padanya sebelum ini, dan sekarang aku sudah memenuhi janjiku." Twain menatap John dan memasukkan tiket ke dalam amplop.     

John tetap diam.     

Twain mengirimkan satu tiket dan masih ada lima tiket tersisa. Dia membawa semuanya ke depan nisan Gavin Bernard. Dia menyalakan api dengan korek api. Mengikuti tradisi Cina, dia mengirim tiket itu ke penggemar abadi tim Forest, Gavin kecil.     

"Lima tiket mungkin terlalu banyak, tapi aku tidak punya siapa-siapa yang bisa menerimanya. Kau bisa menyimpan sisanya sebagai kenang-kenangan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.