Mahakarya Sang Pemenang

Sebuah Bakat yang Luar Biasa Bagian 2



Sebuah Bakat yang Luar Biasa Bagian 2

0Pertemuan dengan Mourinho terjadi di luar gedung Football Association Inggris yang berlokasi di Soho Square, di sebuah area tanggul kecil dimana banyak pohon London Plane ditanam.     

Kali ini dia tidak memandang sekeliling ke gedung-gedung pencakar langit dari dalam mobil. Meskipun terakhir kali dia datang ke sini adalah dua setengah tahun yang lalu, kedatangannya yang hanya satu kali itu sudah meninggalkan kesan yang mendalam baginya.     

Mewakili tim Forest untuk naik banding adalah Jack Landy, pengacara yang pernah membela Twain terakhir kali. Mereka bertemu lagi tanpa ada ketegangan seperti di pertemuan pertama. Saat Landy berjabat tangan dengan Twain, dia tersenyum dan berkata, "Aku tahu kita akan bertemu lagi, Tn. Twain."     

Twain menyipitkan matanya dan berkata, "Aku tidak sering mendapat masalah. Aku sudah cemas kalau kau akan menganggur."     

Di hadapan semua orang, kedua pria itu tertawa keras seolah tidak ada orang lain di sekitar mereka.     

Mourinho berdiri di samping mereka tanpa menunjukkan ekspresi apapun; atau lebih tepatnya, dia menampilkan wajah datar sambil mengerutkan bibir dan ada kerutan di antara kedua alisnya. Dia jelas merasa tidak senang melihat Twain bertindak sombong di depannya.     

Di sampingnya, Jorge Mendes berdehem untuk memperkenalkan Mourinho kepada Twain.     

Saat mendengar suara deheman itu, ekspresi Twain dengan cepat berubah, seolah-olah dia memang sudah setengah jalan dalam mengubah ekspresi wajahnya. Ekspresinya yang penuh senyum ke arah Landy dengan cepat menghilang, dan senyumannya itu dengan segera berubah menjadi lebih hangat dan ramah. Tapi, tak peduli bagaimana orang lain melihatnya, ekspresi itu rasanya sedikit terlalu antusias dan terlalu ramah.     

Dia mengarah ke Mourinho dan mengulurkan tangannya. "Aku tidak pernah mengira kalau kita akan bertemu dengan cara ini, Tn. Mourinho. Bagaimanapun, terima kasih banyak atas kehadirannya di persidangan Pepe."     

Mourinho tidak berniat mengulurkan tangannya. Dia terus memasang wajah tanpa ekspresi, dan suaranya terdengar agak dingin. "Jangan salah paham, Tn. Twain. Aku juga merasa muak terhadap Football Association Inggris, sama sepertimu."     

Jawabannya membuat orang-orang yang hadir merasa agak canggung. Ada keheningan sesaat. Tangan Twain masih menggantung di udara. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan dengan itu.     

Tapi tak lama kemudian Mourinho tersenyum, dan dia menggenggam erat tangan Twain. "Aku juga tidak menduga kalau kita akan berkolaborasi seperti ini, Tn. Twain."     

Setelah keheningan sesaat itu, suasana kembali normal. Mendes terlibat dalam percakapan yang menyenangkan dengan ketua klub sepakbola Forest, Edward Doughty. Edward memperkenalkan Jack Landy kepada Mendes. Meskipun pengacara itu kadang tidak fleksibel dan keras kepala, pelayanannya sempurna. Kalau Mendes terlibat dalam perselisihan apapun di Inggris, dia bisa menggunakan jasanya.     

Sengaja atau tidak, semua orang tampaknya menjauhkan diri dari Twain dan Mourinho sehingga memberi keduanya cukup ruang untuk saling berbicara satu sama lain.     

Saat itu bulan Juni, dan pohon-pohon London Plane tampak sangat subur dan rimbun di atas mereka. Sinar matahari yang berbintik-bintik tampak berhamburan di kaki mereka. Angin bertiup sepoi-sepoi, sinar matahari tampak berkilauan.     

Mourinho melihat ke sekeliling dan mengarahkan pandangannya ke si agen, Mendes, tapi dia tidak melihat ke arah Twain. "Aku memiliki hubungan yang sangat baik dengan Jorge, jadi aku setuju untuk membantunya."     

Twain mendongak ke atas untuk melihat langit yang terpecah-pecah, terbagi oleh dedaunan di atas, dan mengangguk. "Tentu saja. Aku tahu itu."     

"Tapi jangan senang dulu. Tidak ada yang tahu apakah izin kerja ini akan berhasil diperoleh. Aku belum pernah tahu ada permohonan yang disetujui untuk pemain bek tengah dengan menggunakan 'klausul bakat luar biasa.'" Nada suara Mourinho menunjukkan penghinaan yang jelas.     

Twain mengalihkan pandangannya dan menatap Mourinho. "Kalau begitu aku akan jadi yang pertama melakukannya."     

Mourinho hanya mendengus dan tidak mengatakan apa-apa.     

※※※     

Sidang tentang kualifikasi Pepe untuk mendapatkan izin kerja diadakan di dalam gedung Football Association. Ruangannya adalah ruangan yang sama dimana Twain berada terakhir kali. Tapi, sekretaris yang menyambut mereka bukanlah Faria Alam, yang berjalan dengan pinggul berayun. Wanita itu digantikan oleh seorang sekretaris pria yang cakap. Dan di dalam ruang rapat, Ketua Eksekutif Football Association Inggris yang menunggu mereka bukanlah Mark Palios. Keduanya, Palios dan Nona Alam, telah sama-sama mengundurkan diri setahun yang lalu sejak skandal "Zippergate". Untuk detil yang lebih menjijikkan di balik skandal itu, tidak perlu membahasnya disini.     

Si sekretaris laki-laki, yang akan menunjukkan jalan bagi mereka, tampak terkejut saat melihat José Mourinho dan Tony Twain bersama-sama dengan mata kepalanya sendiri, jadi dia berkata, "Saya tidak menduga Tn. Mourinho dan Tn. Twain akan berada di sini pada saat yang bersamaan."     

Tanpa menunggu kedua manajer itu menjawabnya, Jack Landy melangkah maju. "Kenapa? Apakah Tn. José Mourinho yang akan bersaksi untuk Pepe dari tim Forest, tidak sesuai dengan peraturan?"     

Sekretaris itu menyadari kesalahannya dan dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Oh, maafkan saya. Saya hanya sedikit terkejut. Silahkan, ikuti saya."     

Saat dia membalikkan badan untuk memimpin jalan, Twain dan Mourinho menggelengkan kepala pada saat yang bersamaan. Pengacara sialan itu! Anggap saja itu keberuntunganmu, Nak!     

Landy menoleh ke belakang dan tersenyum kepada mereka berdua. Mourinho menatap ke langit-langit dan Twain tiba-tiba tampak sangat tertarik pada foto-foto yang dipajang di koridor.     

Menurut aturan, panel juri harus terdiri atas Football Association Inggris, ofisial pemerintah Inggris, anggota dari Professional Footballer's Association, dan tiga orang ahli selama banding untuk izin kerja seorang pemain. Pendapat mereka akan menentukan apakah seorang pemain bisa memperoleh izin kerja khusus.     

Tampaknya, para anggota dewan juri juga agak terkejut saat melihat Mourinho dan Twain muncul di saat yang bersamaan.     

Tampaknya pertikaian antara Twain dan Mourinho sudah sangat dikenal luas.     

Seluruh proses banding itu sangat prosedural. Anggota panel juri mula-mula membaca informasi pribadi Pepe, termasuk dokumen dan gambar. Anggota penilai dari departemen yang berbeda akan memiliki penilaian yang berbeda terhadap kemampuan Pepe. Twain dan Mourinho ada di sini terutama untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan mereka.     

Tampil pertama sebagai "mentor yang menemukan Pepe," Mourinho bersaksi bahwa Pepe memang memiliki kemampuan yang luar biasa dan potensi yang tak terbatas. Kata-katanya itu jelas lebih berbobot daripada sekumpulan data.     

Twain duduk di sisi ruangan dan menyaksikan Mourinho berdiri di tengah ruangan untuk menjawab satu demi satu pertanyaan sesuai dengan keinginannya. Dia merasa bahwa selain hubungan mereka yang penuh persaingan, Mourinho sebenarnya adalah orang yang baik.     

Ketika tiba giliran Twain untuk maju, pertanyaan-pertanyaan itu terutama difokuskan pada posisi Pepe.     

"Tn. Twain, sudah jelas kalau Pepe adalah seorang bek tengah ..."     

Twain memaksakan diri tersenyum. Dia sebenarnya mengertakkan gigi dan bertanya, "Ya, apa ada masalah?"     

"Hal yang lebih membuat saya tertarik adalah ini: dengan menggunakan kuota "bakat luar biasa" ini untuk seorang bek tengah, apakah tim Forest tidak berencana untuk membeli seorang striker musim panas ini? Cedera yang dialami Eastwood masih belum pulih, kan?"     

Twain memandangi anggota panel yang lain dan bertanya balik, "Apakah pertanyaan ini harus dijawab sesuai dengan prosedur?"     

Seseorang di panel tersebut bangkit berdiri. "Jangan salah paham, Tn. Twain. Ini hanyalah sedikit rasa ingin tahu dari sebagian diantara kami." Pria yang berdiri itu dan mengatakan ini adalah salah satu dari tiga orang ahli, Gary Lineker, yang telah lama pensiun dan kini bekerja di dunia pertelevisian. Dia telah setuju untuk menjadi panel juri dalam persidangan ini kaerna ini adalah banding untuk Nottingham Forest dan Tony Twain pasti akan datang menghadirinya.     

Twain melihat sekilas ke arah Lineker. Dia bukan orang yang mengajukan pertanyaan itu, tapi Twain menduga kalau pria itu pasti punya andil dalam memunculkan pertanyaan itu.     

"Saat orang-orang berbicara tentang bakat, hal pertama yang terlintas di dalam benak pikiran adalah striker, gelandang tengah, atau gelandang serang ... bagaimana mungkin tidak ada pemain bertahan yang berbakat?" Twain memuntahkan kata-kata yang sudah lama terpendam di hatinya. "Apa ada orang yang menganggap bahwa Rio Ferdinand bukan genius? Apa ada yang berpikir bahwa George Wood bukan genius? Kalau aku bisa mengajukan permohonan untuk seorang pemain penyerang dibawah label 'bakat luar biasa', kenapa aku tidak bisa mengajukan permohonan yang sama untuk seorang bek tengah, yang benar-benar memiliki potensi dan jenius sejati, sebagai 'bakat luar biasa'? Kemampuan Pepe dideskripsikan secara mendetil di dalam informasi itu. Aku yakin Anda masih belum melupakan pernyataan Tn. Mourinho barusan. Aku tidak mencoba membuktikan apakah Pepe termasuk bakat yang luar biasa atau tidak. Aku hanya ingin bertanya: Tn. Lineker, apa yang Anda anggap sebagai seorang jenius?"     

Setelah dia selesai berbicara, ketiga ahli di panel juri menyatukan kepala dan saling berbisik. Selain tiga suara mereka, tidak ada orang lain yang bertanya pada Twain. Twain menunggu dengan tenang.     

Setelah sekitar lima menit, semakin banyak anggota panel yang ikut bergabung dalam diskusi tiga orang. Ofisial dari Football Association harus berdiri untuk mengumumkan akhir persidangan. Panel juri perlu melanjutkan diskusi dan tinjauan mereka. Mereka akan memberitahu Nottingham Football Club terkait apakah Pepe telah memenuhi syarat untuk mendapatkan izin kerja dua hari kemudian.     

"Jadi hanya itu?" Saat mereka keluar dari gedung Football Association Inggris, Twain mengangkat bahu dan bertanya pada Landy, "Apa ini selalu terjadi di FA? Apa mereka membutuhkan waktu dua hari untuk menyelesaikan diskusi padahal semuanya sudah jelas?"     

Landy menggelengkan kepalanya dengan bingung. "Tidak, ini pertama kalinya aku melihatnya. Tn. Twain, mungkin pemainmu telah membuat pendapat mereka terpecah dua."     

"Dan apa itu artinya tidak ada bedanya antara situasi kita saat ini dan kemarin terkait apakah Pepe bisa menerima izin kerja?" Twain kembali bertanya.     

Landy mengangguk dan tidak berbicara apa-apa lagi. Di sampingnya, Mourinho tersenyum dan mengambil alih topik pembicaraan. "Tn. Twain, tidak mudah untuk menjadi yang pertama. Masih ada beberapa hal yang harus kuurus di klub. Maafkan aku, tapi aku harus pergi lebih dulu."     

Setelah itu, tanpa menunggu tanggapan Twain, dia mengangguk kecil pada orang-orang lain dan kemudian melangkah pergi. Dia bahkan tidak berjabatan tangan dengan Twain. Kelihatannya kedua pria itu tidak terlihat seperti baru saja bertarung melawan Football Association dengan saling bahu-membahu. Kelihatannya malah lebih seperti mereka baru saja mengakhiri pertandingan lain antara kedua kubu.     

Mendes tersenyum pada Twain dan mengangkat bahu.     

Twain harus mengakui kalau dia sedang tidak beruntung.     

Mourinho bersikeras untuk pergi lebih dulu dan tidak memberinya kesempatan untuk membalas.     

Sepertinya dia harus menunggu sampai dimulainya musim laga baru untuk membalasnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.