Mahakarya Sang Pemenang

Di Ambang Kekalahan Bagian 2



Di Ambang Kekalahan Bagian 2

0Penampilan Arteta di lapangan memang berhasil mengganggu rencana pertahanan Inter Milan. Penjagaan satu-lawan-satu Cambiasso terhadap Albertini benar-benar telah kehilangan maknanya; saat Albertini dijaga, para pemain Forest bisa mengoper bola ke Arteta. Ketika Inter Milan mengirimkan beberapa orang untuk menjaga Arteta, tekanan yang diberikan pada Albertini akan berkurang ... Bagaimanapun, dua gelandang Forest itu menuntut Inter Milan untuk mengeluarkan semua kemampuan bertahan mereka. Masing-masing dari kedua playmaker Forest itu mampu mengorganisir serangan secara independen. Seolah-olah ada dua inti di dalam tim Forest. Menekan satu inti saja tidak akan ada gunanya. Dengan sisa waktu tinggal separuh di babak kedua, Nottingham Forest dengan inti ganda mulai memanaskan mesinnya. Para pemain Inter Milan mulai merasakan ada sesuatu yang salah.      

Setelah berhasil unggul, tekanan yang diberikan Inter Milan berkurang. Mengikuti perintah Mancini, mereka mulai bergerak mundur secara bertahap untuk memancing Forest agar bergerak maju, pada saatnya nanti Inter Milan akan mengambil semua peluang yang ada untuk membalas serangan Forest.     

Mancini tahu bahwa tim Forest, yang kini tertinggal, memiliki dua pilihan. Yang satu adalah melakukan serangan untuk menyamakan kedudukan, sementara pilihan yang lain adalah mengabaikan mundurnya Inter Milan dan terus bertahan hingga detik terakhir pertandingan. Bagi mereka, ini artinya membawa satu gol tandang dan kebobolan satu gol ke stadion kandang mereka, dan baru akan menyusun strategi pembalasan disana.     

Terlepas dari pilihan mana yang akan diambil Forest, keduanya akan menguntungkan bagi Inter Milan. Kalau Forest bergerak maju untuk menyerang, pertahanan mereka di lini belakang pasti memiliki banyak celah yang bisa dimanfaatkan. Inter Milan bisa mengambil peluang ini untuk menyerang balik dan mencetak beberapa gol. Kalau Forest memilih untuk tidak menyerang, itu juga tidak jadi masalah bagi Inter Milan karena itu artinya mereka menang di kandang mereka sendiri.     

Tang En memilih opsi pertama, yang sesuai dengan harapan Mancini. Tapi Mancini tidak menduga Tang En akan seberani itu. Tidak hanya dia mengeluarkan bek belakang saat menghadapi tekanan defensif yang sangat kuat, dia bahkan memasang dua playmaker di lini tengah. Apa dia tidak takut posisi keduanya akan saling bentrok, atau terjadi ketidaksepakatan dalam tujuan serangan mereka?     

Tanpa diduga, dua inti tim Forest sama sekali tidak berkonflik terhadap satu sama lain. Melainkan, keduanya justru saling melengkapi dan bisa mengeluarkan kemampuan masing-masing.     

Selain itu, meski mereka hanya memiliki tiga bek belakang, lini pertahanan Forest tetap stabil setelah membiarkan George Wood fokus untuk bertahan.     

"Bagaimana mungkin ..." Tanpa berhasil menghangatkan kursi yang didudukinya, Mancini kembali berdiri.     

Nottingham Forest seolah terpisah menjadi dua bagian yakni offense atau menyerang dan defense atau bertahan. Bagian defense atau bertahan sama sekali tidak mempedulikan apapun tentang offense atau serangan, sementara mereka yang melakukan serangan sama sekali tidak terlibat dalam bertahan. Kedua bagian ini bisa tetap fokus pada fungsi utama mereka. Sebagai akibatnya, Inter Milan mulai merasakan tekanan yang timbul.     

Setelah Albertini memalsukan umpan ke Arteta, dia menipu Cambiasso dan membawa bola untuk menerobos. Saat Cambiasso kembali memfokuskan diri padanya, Albertini melakukan kombinasi operan satu-dua dengan Ribery menggunakan taktik wall pass. Setelah memasuki zona 30 meter di sisi lapangan Inter Milan, dia melakukan tembakan panjang yang indah, menunjukkan kebangkitannya dalam pertandingan ini.     

"Sayang sekali, bolanya hanya menyerempet tiang gawang dan terbang keluar!"     

"Sialan... jaga dia dengan ketat.." Dari luar lapangan, Mancini menggigit bibirnya dengan keras.     

"Oh, oh! Mikel Arteta! Menerobos ke area penalti dan menembak! Penampilan Julio Cesar yang luar biasa telah menyelamatkan gawang Inter Milan! Ini sangat tidak diduga. Manajer Twain hanya melakukan satu pergantian pemain, tapi langkahnya itu berhasil membangkitkan Nottingham Forest."     

"Anelka! Bolanya hampir saja masuk ke gawang, sayang sekali!"     

"Mark Viduka! Sundulannya terlalu kuat, sudah bisa diduga kalau bolanya akan luput..."     

Selama periode ini, kata-kata yang muncul dari mulut si komentator sebagian besar diisi oleh nama-nama pemain penyerang Forest. Seiring dengan bangkitnya serangan Nottingham Forest, cemoohan di Stadion Giuseppe Meazza juga terdengar semakin keras.     

Kedua manajer berdiri di pinggir lapangan. Mancini menggigit bibirnya dengan ekspresi serius, sementara Tang En memasukkan kedua tangannya ke saku dan tampak tenang. Masing-masing manajer mengkhawatirkan tentang sesuatu.     

※※※     

Sepuluh menit telah berlalu, tapi Mancini tidak melihat apa yang diharapkan olehnya. Timnya sudah mematuhi perintahnya untuk bergerak mundur. Tim Forest juga menekan mereka seperti yang sudah diharapkan. Tapi, serangan Inter Milan tidak bisa menemukan celah. Ritme pertandingan menunjukkan tanda-tanda condong ke arah Forest; ini tidak boleh dibiarkan.     

"Serang keluar! Kalian mundur terlalu jauh!" Mancini akhirnya tidak bisa menahan diri untuk berteriak dari pinggir lapangan.     

"Ini tidak akan berhasil ..." gumamnya dan kemudian dia berjalan menghampiri bangku pemain cadangan. Dia menunjuk ke arah pemain penyerang asal Argentina, Cruz.     

"Cruz, lakukan pemanasan dan kembalilah secepatnya!"     

Cruz dengan patuh berlari keluar dari bangku cadangan. Mancini menoleh dan menunjuk ke arah pemain lain di bangku.     

"Recoba, kau juga."     

Baiklah, Tony Twain. Kalau kau ingin menyerang, aku akan menerima tantanganmu!     

Tiga menit setelahnya, Inter Milan melakukan pergantian pemain. Mancini memasukkan dua pemain penyerang sekaligus. Cruz menggantikan Veron, yang tampil biasa-biasa saja, sementara Recoba menggantikan Stankovic. Inter Milan mengubah susunan pemainnya membentuk formasi baru dengan daya serang yang lebih tinggi, 4:3:3.     

Inter Milan yang perkasa akhirnya bisa meredam serangan Forest. Durasi singkat gelombang serangan yang diakibatkan oleh "inti ganda" di dalam tim Forest mulai mereda. Situasi di lapangan menjadi lebih seimbang. Kedua tim sama-sama memiliki peluang yang gagal mereka manfaatkan. Tapi setidaknya pemandangan yang terlihat bukan lagi pemandangan dimana satu pihak menekan pihak yang lain.     

Masih ada 10 menit waktu tersisa sebelum memasuki perpanjangan waktu. Tang En memutuskan untuk melakukan pergantian pemain yang lain. Kali ini, dia memasukkan Eastwood dan mengeluarkan Mark Viduka. Tentu saja, dia tidak menurunkan Eastwood yang kurus itu sebagai penyerang tengah dan berhadapan langsung dengan bek belakang Italia yang ganas. Melainkan, dia mendorong Anelka maju ke depan dan menempatkan Eastwood di belakangnya. Tidak satupun dari keduanya adalah penyerang tengah tradisional; keduanya memiliki kemampuan yang kuat untuk bermain secara independen. Setelah Tang En melakukan penyesuaian menyeluruh terhadap strategi mereka, dia memasukkan pemain yang berpotensi menciptakan keajaiban mereka sendiri. Tak peduli metode apa yang dia gunakan, dia tidak ingin kalah dalam pertandingan ini!     

Terutama saat Shania menonton pertandingan dari tribun penonton. Mereka belum bertemu cukup lama; dia tidak ingin menghadiahkan kekalahan di pertemuan pertama mereka.     

Sebenarnya, Tang En tidak tahu apakah Shania benar-benar datang untuk menonton pertandingan atau tidak. Sebelum bertanding, mereka tidak saling berkomunikasi, dan saat itu dia terlalu sibuk untuk memikirkannya. Tapi, dia percaya pada Shania. Dia percaya Shania, yang berkata, "Aku harus kerja besok," pasti akan datang. Pada saat itu, nada suaranya terdengar seperti dia hanya mengatakannya karena kesal...     

Pertandingan semakin mendekati akhir, tapi tidak ada tim yang mau mengalah. Para pemain Inter Milan tidak rela hanya bisa mengalahkan Nottingham Forest dengan satu gol, sementara para pemain Nottingham Forest tidak rela kalah dari Inter Milan di pertandingan tandang. Semangat semua pemain sedang tinggi, hingga saat-saat terakhir.     

Albertini sudah hampir tidak bisa berlari lagi. Seringkali, dia hanya berdiri diam di lini depan, terengah-engah sambil menunggu rekan setim mengoper bola ke arahnya. Saat itu terjadi, dia akan menggiring bola beberapa langkah dan kemudian mengopernya ke pemain lain di depan kalau dia mendapat kesempatan untuk melakukannya. Seandainya dia tidak melihat ada celah, dia akan mengopernya kembali ke belakang.     

Penjagaan yang ketat dari Cambiasso di awal babak ini telah menghabiskan sejumlah besar staminanya. Saat ini, dia memiliki keberanian dan keinginan untuk terus maju tapi tubuhnya tidak mau mematuhinya.     

Kepercayaan dari rekan-rekan setimnya membuat bola kembali dioper ke arahnya. Cambiasso juga bergegas maju untuk menghadangnya.     

Saat Albertini terfokus pada Cambiasso, dia sama sekali tidak mengira bahwa Cambiasso hanyalah umpan. Kapten Inter Milan, Javier Zanetti, tiba-tiba saja meninggalkan posisinya dan berlari cepat dari sisi diagonalnya, mencuri bola Albertini dari sisi yang lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.