Mahakarya Sang Pemenang

Sebuah Poros dan Tendangan Jarak Jauh Bagian 1



Sebuah Poros dan Tendangan Jarak Jauh Bagian 1

0"Setelah melihat penampilan yang gemilang dari Albertini sejauh ini, Adriano Galliano dan Carlo Ancelotti pasti sangat menyesal! Demetrio benar-benar memimpin ritme permainan Nottingham Forest. Dia seperti seorang konduktor marching band. Serangan dan pertahanan tim Forest semuanya berporos padanya sebelum dijalankan."     

"Aku tidak setuju denganmu, Malachi. Galliani dan Ancelotti tidak akan datang untuk menonton pertandingan Inter Milan. Aku khawatir mereka bahkan tidak akan menonton siaran televisi yang menayangkan pertandingan ini."     

"Sayang sekali. Saat ini, Albertini benar-benar bisa bermain di AC Milan sebagai kekuatan utama mereka."     

Dua komentator Italia itu memuji Albertini atas kerja kerasnya mengorganisir serangan tim.     

Setelah Inter Milan melakukan serangan gencar di beberapa menit pertama, Albertini kembali mengendalikan laju permainan demi kepentingan Nottingham Forest.     

Langkah terbaik yang dilakukan oleh Twain adalah membuat Albertini menjadi pemain awal di pertandingan ini karena Albertini sudah familiar dengan Inter Milan. Dia tahu bagaimana harus menghadapi mereka. Kalau Arteta yang diturunkan, bocah Spanyol itu mungkin akan kewalahan menghadapi pertahanan ala Italia.     

Albertini yang lahir di Italia dan telah bermain bola di Italia selama enam belas tahun, tidak punya masalah dengan ini. Dia bermain dengan terampil dan nyaman di dalam pertandingan, serta tampil lebih elegan dan tenang.     

Menonton semua ini dari kursinya, Twain ingin menyatakan bahwa ini adalah penampilan terbaik Albertini musim ini.     

Cambiasso akhirnya berhasil merebut bola Albertini, tapi bola itu segera direbut lagi oleh George Wood.     

Sekarang, saat Albertini menguasai bola, tidak ada suara cemoohan di Meazza. Namun, Wood mengalihkan semua cemoohan itu kepada dirinya. Saat dia menggunakan tubuhnya untuk mendesak Cambiasso dan merebut bola, suara cemoohan yang melengking kembali terdengar dari tribun.     

Roberto Mancini akhirnya berdiri dari kursinya di area teknis.     

Lima belas menit telah berlalu. Serangan Inter Milan tampaknya telah meningkat dan mencapai puncaknya. Namun, serangan yang benar-benar bisa mengancam gawang Forest hanya sedikit. Sebaliknya, Nottingham Forest berhasil membuat beberapa serangan balik yang sangat mengesankan dan menciptakan banyak masalah bagi lini pertahanan Inter Milan. Kelihatannya, si pria Inggris Tony Twain juga sama bagusnya seperti orang Italia dalam hal melakukan serangan balik defensif.     

Kalau mereka ingin menangkal serangan balik defensif, mereka tidak boleh meninggalkan terlalu banyak celah di lini belakang yang bisa dimanfaatkan oleh lawan. Tapi kalau mereka ingin memastikan bahwa formasi lini pertahanan belakang mereka sudah cukup stabil dan kuat untuk bertahan, hal itu akan mempengaruhi kekuatan serangan di depan. Tanpa daya serang yang cukup, mereka tidak akan bisa menembus komponen "defensif (pertahanan)" dalam "serangan balik defensif".     

Ini memang sebuah dilema.     

Mancini bisa melihat bahwa serangan balik Nottingham Forest bergantung pada kedua sayap mereka. Baik itu Ribéry di sayap kiri atau Ashley Young di sayap kanan, keduanya sangat cepat dan memiliki skill yang bagus. Seringkali, meski tidak didukung oleh rekan setim mereka, keduanya biasa menggiring bola dan menyerang sendirian. Dan saat diberi assist berupa umpan panjang yang akurat dari Albertini, mereka bisa dengan mudah merobek-robek lini pertahanan Inter Milan. Dibandingkan dengan keduanya, striker Forest, Viduka dan Anelka, tampaknya tidak terlalu mengancam.      

Jadi, bagaimana dia harus menghadapi ini?     

Meningkatkan pertahanan di sayap?     

Tidak, bukan itu yang harus dilakukannya di pertandingan ini.     

Mancini bersiul di tepi lapangan dan menunjukkan dua jarinya. Lalu dia menunjuk ke arah gawang Nottingham Forest. Apa yang dimaksudnya dengan isyarat itu adalah menyuruh timnya untuk meningkatkan serangan di kedua sayap dan menekan serangan Nottingham Forest dengan serangan Inter Milan.     

Mancini yakin bahwa serangan Inter Milan tidak kalah dengan serangan Nottingham Forest. Apalagi saat ini mereka berada di kandang sendiri. Dengan lebih dari delapan puluh ribu fans bersorak untuk mereka, tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak bisa mengalahkan Nottingham Forest!     

Dalam pertandingan ini, Mancini telah menurunkan Dejan Stankovic dan Luis Figo di sayap kiri dan kanan. Adriano dan Obafemi Martins adalah striker mereka.     

Selama bursa transfer musim panas, Twain tertarik pada Martins. Tapi sekarang dia sudah memiliki Anelka, yang kemampuannya lebih menyeluruh daripada Martins, jadi dia tidak lagi menginginkan bocah Nigeria itu.     

Sebagai sebuah klub papan atas, para pemain Inter Milan tampaknya lebih populer daripada para pemain Nottingham Forest. Hampir semua pemain mereka adalah pemain bintang atau bahkan superstar. Berkebalikan dengan ini, di dalam Nottingham Forest, kecuali untuk Albertini, Anelka, Edwin van der Sar dan Viduka, pemain yang lain baru dikenal publik selama kebangkitan tim Forest dalam dua tahun belakangan ini. Kelihatannya kekuatan keduanya tidak bisa dibandingkan. Tapi, kenyataannya?     

Inter Milan menduduki peringkat ketiga di Serie A, sementara Nottingham Forest menduduki peringkat kedua di Liga Utama Inggris.     

Twain tidak ingin mengisi timnya dengan superstar, seperti Real Madrid, dimana harga diri sang manajer akan tenggelam dibalik kecemerlangan para superstar itu. Dia adalah jenis manajer yang merasa harus bisa mengendalikan setiap pemain dan setiap aspek di dalam tim. Dia tidak bisa mentolerir jika ada pemain yang dianggap lebih tinggi daripada dirinya. Karenanya, dia merasa sangat puas dengan struktur tim saat ini karena dia sendirilah yang telah memilih mereka semua kecuali untuk Anelka. Tapi dia sudah merasa cukup puas dengan penampilan striker Prancis itu sejak kedatangannya ke tim, jadi dia tidak lagi mempermasalahkannya.     

Hanya tim seperti ini yang akan menjadi utuh dan bisa bersatu untuk bertarung. Bekerja bersama-sama sebagai satu kesatuan untuk mencapai tujuan yang sama akan memberikan mereka kekuatan. Karenanya, meski para pemain Nottingham Forest tidak dikenal luas, mereka bisa menduduki peringkat kedua di turnamen liga dan mencapai babak perempat final di Liga Champions.     

Kalau masih ada orang-orang yang tidak memahami ini, maka merekalah yang akan kalah. Lihat saja, misalnya, Benfica; tim juara Liga Primeira yang malang itu meremehkan tim Forest dan tidak bisa lolos dari babak penyisihan grup.     

Contoh lain lagi adalah Inter Milan, yang terus menerus mengalami perselisihan internal musim ini. Perseteruan antara "King" di Meazza, Adriano dan gelandang Argentina, Juan Sebastian Veron, sudah banyak dipublikasikan media. Dalam pertandingan ini, Juan masih dimasukkan dalam starting lineup. Tapi karena konflik antara dirinya dan Adriano, bahkan meski Mancini lebih menyukainya, dia takkan ragu untuk membuang Juan dan memilih untuk berdiri di sisi "King" Adriano pada saat-saat krusial demi mempertahankan posisi manajerialnya.     

Twain hanya bisa menghela nafas mengetahui ini semua. Klub papan atas membutuhkan superstar jadi mereka akan membeli superstar dengan segala cara. Oleh karena itu, saat semua nama-nama yang terkemuka itu muncul di dalam starting lineup pada waktu yang bersamaan, mereka akan merasa bahwa mereka terlihat bagus. Dan karena ruang ganti pemain dipenuhi para pemain bintang, tidak ada satupun dari mereka yang mau mengalah dan sisi gelap perselisihan antar kelompok dan faksi, baik yang disengaja atau tidak, diabaikan oleh para pembuat keputusan di klub. Hingga akhirnya datanglah hari dimana penampilan yang buruk akan memunculkan semua hal yang terpendam dan mengekspos semua kontradiksi, sehingga "pembersihan" akan harus dilakukan. Namun, daya gempur tim dan kehormatan mereka akan terkena imbasnya. Pada akhirnya, siapa yang paling dirugikan oleh semua itu? Mereka adalah para fans yang menunjukkan dukungan tanpa syarat dan tidak pernah mengeluh terhadap tim.     

Baik Edward dan Allan ingin agar Nottingham Forest menjadi sebuah klub papan atas seperti Real Madrid, Inter Milan, atau AC Milan. Tapi terkadang Twain merasa bahwa kondisi klub saat ini juga sudah bagus. Tidak ada pemain bintang yang terkenal, melainkan sekelompok pemain yang kuat dan gagah berani, bersatu dalam perjuangan mereka untuk meraih kemenangan.     

Tapi Twain juga sadar bahwa jika timnya terus memenangkan lebih banyak kejuaraan, mereka tidak akan jauh dari ekspektasi Edward dan Allan. Pada saat itu, akan ada lebih banyak pemain bintang ternama di dalam tim. Sebagai manajer tim, selain memeras otaknya untuk menghadapi lawan, mungkin dia juga akan mulai mencemaskan tentang berbagai hal di dalam timnya sendiri.     

Itu benar-benar masa depan yang mengkhawatirkan.     

Duduk di area teknis, Twain menggelengkan kepalanya, mengesampingkan gambaran masa depan itu dan kembali menonton pertandingan yang sedang berjalan. Berbicara tentang Adriano, dia masih bisa mengingat apa yang terjadi setelah ini di dalam memorinya. Dia memang dianggap sebagai seorang raja di stadion ini untuk sekarang tapi setelah dua musim ... dia dianggap sampah.     

Apa aku ingin merekrutnya saat itu? Twain mengerutkan kening sambil mempertimbangkannya. Tapi dia segera melupakan gagasan itu. Kedisiplinan para pemain Brasil membuatnya sakit kepala. Meski mereka semua pemain yang brilian, mereka juga bisa menjadi bom waktu di ruang ganti pemain. Selain itu, dia tahu bagaimana masa depan Adriano nantinya. Mungkin kedatangannya ke tim akan bisa membuat Allan tersenyum lebar. Tapi hal itu akan memberinya sakit kepala, jadi sebaiknya dia melupakan gagasan itu.      

Kembali ke saat ini, Twain melihat Edwin van der Sar menepis sundulan Adriano menjauh dari tiang gawang. Striker Brasil itu terlihat seolah sedang membuktikan dirinya sebagai protes atas evaluasi Twain tentangnya.     

"Inter Milan meningkatkan serangan mereka di sayap," kata Kerslake disampingnya. Figo adalah pemain yang memberikan umpan silang untuk disundul oleh Adriano.     

"Kita tidak perlu menyesuaikan pertahanan kita. Situasi saat ini masih cukup bagus. Sedangkan untuk serangan kita..." Twain menyentuh dagunya dan berkata, "Untuk saat ini, kita bisa menggunakan Anelka."     

Kerslake mengangguk paham. Dia bangkit berdiri dan berjalan ke pinggir lapangan. Dia menyampaikan penyesuaian taktis atas nama Twain. Yakni mengubah arah serangan mereka dari kedua sayap ke tengah.     

Hampir mustahil bagi tim untuk benar-benar bisa mewujudkan prinsip, "Air membentuk jalurnya sesuai dengan tempatnya mengalir; prajurit berusaha menang sesuai dengan musuh yang dihadapinya." Itu akan terlalu berat. Namun, setelah berulang kali menjalankan latihan formasi, hasil yang serupa dengan ini akan bisa tercapai. Dan caranya adalah dengan mempersiapkan beberapa formasi untuk dilatih berulang-ulang selama latihan rutin. Saat tiba waktunya, formasi-formasi itu bisa digunakan kapan saja.     

Hampir semua orang tahu bahwa tim Nottingham Forest cukup kuat di sayap. Banyak gol tercipta dari koordinasi pemain di sayap. Lini tengah lebih mirip seperti tempat peralihan yang menyediakan amunisi untuk sayap. Hal ini disebabkan karena tim Forest memang tidak memiliki gelandang serang sejati. Tapi ini bukan berarti tim Forest tidak bisa menyerang dari tengah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.