Mahakarya Sang Pemenang

Malam Sebelum Pertandingan yang Sulit Bagian 1



Malam Sebelum Pertandingan yang Sulit Bagian 1

0Dengan masih dipenuhi kegelisahan, Tang En memimpin tim hingga tiba di Milan, Italia.     

Hal yang berhasil mencegah moodnya menjadi lebih buruk adalah fakta bahwa tidak ada seorang pun di Milan yang peduli tentang topik-topik yang tidak masuk akal seperti hubungan antara Gloria dengan dirinya. Pertanyaan yang diajukan oleh para wartawan sebagian besar terkait dengan pertandingan. Bagaimanapun, ini adalah Italia. Media Italia sama sekali tidak peduli dengan kehidupan pribadi orang Inggris.     

Tang En tidak mempermasalahkan dari mana ketidakpedulian orang-orang Italia itu berasal. Hal yang terpenting baginya adalah dia tidak perlu lagi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sangat menjengkelkan itu. Dia akhirnya bisa mulai menenangkan hatinya dan mempersiapkan diri sebelum pertandingan.     

Tapi hatinya masih belum bisa tenang.     

Shania masih belum bisa dihubungi; ponselnya dimatikan saat Twain mencoba meneleponnya, dan dia juga offline di MSN.     

Tang En tahu bahwa ini bukan waktunya untuk tidak fokus. Inter Milan bukanlah lawan yang bisa dikalahkan dengan mudah. Meski dia tidak bisa menghubungi Shania, dia hanya bisa mengesampingkan kekhawatirannya itu dan mulai bersiap untuk pertandingan Liga Champions.     

Semuanya berjalan sesuai prosedur: membiasakan diri dengan lapangan di Stadion San Siro dan melakukan latihan rutin mereka seperti biasa.     

Di Inggris, wawancara Gloria dipublikasikan di berbagai media. Dalam wawancara itu, Gloria secara pribadi membantah memiliki hubungan apapun dengan Tang En yang lebih dari "teman biasa dan hubungan kerja". Dia tidak lupa mencaci-maki tabloid Inggris karena dianggapnya "konyol." Tentang makan malam bersama itu, Gloria berkata, "Kalau setiap pria yang mengundang seorang wanita untuk makan malam bersama adalah kekasihnya, maka, di dunia ini, kurasa hanya ada sedikit sekali suami yang tidak memiliki wanita simpanan." Tentang gestur intim yang dilakukannya, penjelasan Gloria adalah, "Tn. Tony dan aku adalah teman. Menurutku sangatlah normal jika terkadang kami menunjukkan kasih sayang kami sebagai teman. Kalau kau selalu mempertahankan jarak sejauh lima meter dari teman-temanmu, berbicara dengan sangat formal kepada mereka serta bersikap sopan dan ramah seolah-olah kau sedang memakai topeng, maka tolong jangan gunakan standar anehmu itu untuk menilai orang lain."     

Klarifikasi dari Gloria sangatlah efektif. Selain itu, The Sun tidak punya bukti lain, selain gestur intim itu, untuk membuktikan bahwa Tang En dan Gloria memiliki hubungan yang lebih dekat daripada teman. Mereka tidak melakukan hal lain seperti misalnya pergi ke hotel. Kalau mereka melakukan hal apapun yang bisa memicu skandal, fotografer yang mengikuti mereka sebaiknya menunjukkan bukti foto-fotonya. Namun, mereka tidak punya foto lain kecuali foto saat mereka makan malam bersama. Apa artinya ini? Ini menunjukkan bahwa The Sun tidak punya apa-apa lagi. Kalau mereka tidak bisa menunjukkan foto-foto baru yang membuktikan bahwa Tang En dan Gloria memang berperilaku sangat dekat, atau mungkin yang menunjukkan hubungan seksual mereka, maka topik yang dibesar-besarkan oleh The Sun akan mendingin.     

Perjalanan Nottingham Forest ke Milan untuk pertandingan mereka mungkin merupakan sebuah peluang; peluang yang akan membuat media memperoleh kembali inisiatif mereka. Semua orang tahu bahwa kru film Gloria jelas pergi ke Milan dan akan menyiarkan pertandingan itu secara langsung. Dengan begitu, dua karakter utama dalam berita ini jelas akan bertemu lagi. Pada saat itu, mereka hanya perlu mengirim seseorang kesana untuk mengawasi mereka dan melihat apakah keduanya memang menyembunyikan sesuatu.     

Media olahraga profesional Italia semuanya terfokus pada babak perempat final Liga Champions. Inggris, yang tidak memiliki media sepakbola profesional untuk meliputnya, terburu-buru mengirimkan sejumlah besar reporter gosip dan entertainment untuk membuat liputan profesional ke Milan.     

Disaat orang-orang Italia sangat ingin mengetahui hasil pertandingan antara Nottingham Forest melawan Inter Milan, orang-orang Inggris lebih peduli tentang Tony Twain dan hubungan yang sebenarnya antara dirinya dan pembawa acara yang cantik dari Eropa, Clarice Gloria.     

Sehari setelah tim Tang En tiba di Milan, mereka sedang melakukan latihan di Stadion San Siro untuk membiasakan diri dengan lapangan pertandingan saat Gloria membawa kru produksinya ke lokasi dan memulai syuting rekaman. Di bawah tatapan banyak perwakilan media Inggris yang hadir, mereka menyiapkan peralatan mereka untuk melanjutkan syuting.     

Saat Gloria tersenyum pada mereka yang menatap ke arahnya dengan penuh rasa ingin tahu, Tang En memimpin timnya dalam melakukan latihan adaptasi. Meski tidak terlihat dari luar, Tang En tidak bisa menahan diri untuk tidak memikirkan, jauh di lubuk hatinya, apa yang sedang dilakukan oleh Shania.     

Benar-benar kacau…     

※※※     

Besok adalah hari pertandingan. Meskipun Tang En tidak menetapkan larangan keluar malam sebelum pertandingan, semua pemain tetap tinggal di hotel. Hiburan mereka hanyalah pergi ke ruang bawah tanah dan bermain bilyar atau ping-pong.     

Tim manajerial, juga tidak begadang semalaman untuk menganalisis lawan mereka. Sebagai tim Eropa yang sudah ternama, Inter Milan sudah sejak lama dianalisis sedikit demi sedikit oleh Tang En dan yang lainnya.     

Tidak seperti tim yang kurang terkenal, informasi terkait tim papan atas seperti Inter Milan bisa dikumpulkan dengan mudah.     

Sebagai akibatnya, saat malam tiba, para manajer tidak punya banyak pekerjaan.     

Kerslake awalnya berniat mengajak Tang En turun ke bar untuk duduk, minum, dan mengobrol.     

Tang En berbaring di tempat tidur sambil mengganti-ganti saluran televisi dengan tampang bosan. Kelihatannya dia tidak berniat untuk bangun dan keluar dari kamar.     

"Aku agak sedikit lelah. Aku hanya akan menonton televisi lalu istirahat, David."     

Kerslake melihat betapa tidak energiknya Tang En dan hanya bisa menghela nafas. Dia mengangkat bahu.     

"Baiklah. Beristirahatlah lebih awal. Besok, kita akan menghadapi ... pertarungan yang sulit." Kemudian dia berbalik dan meninggalkan kamar sambil menutup pintu di belakangnya.     

Meskipun mulut Tang En menjawab "ya," tatapannya tidak pernah meninggalkan layar televisi sambil tangannya secara otomatis terus menekan tombol "saluran berikutnya" di remote televisi. Segala jenis program muncul di layar televisi: berita, film, opera sabun, talkshow, kompetisi olahraga, program dewasa ... dan peragaan busana.     

Tunggu dulu.     

Peragaan busana?     

Tang En membeku selama dua detik, menghentikan jarinya yang sudah akan bergerak ke arah tombol "saluran berikutnya". Dia tiba-tiba tersadar dan buru-buru kembali ke saluran sebelumnya. Saat layar kembali menayangkan model yang sedang berjalan di catwalk, Tang En hanya punya waktu sekilas untuk melihat punggung seseorang yang berjalan ke belakang panggung.     

Meskipun dia hanya melihat punggung orang itu, Tang En merasa yakin kalau dia tidak mungkin bisa salah dalam mengenalinya.     

Tapi program ini ... Tang En memperhatikan simbol "LIVE" di sudut kanan atas layar.     

Tidak lama setelahnya, subtitle muncul di bagian bawah layar, menyatakan bahwa acara hari ini adalah sebuah peluncuran produk baru dari merek terkenal internasional, CD.     

Tang En mendadak bangkit dari tempat tidur.     

Alamat! Dimana alamatnya?     

Tang En baru saja akan melesat keluar dari kamar saat dia sadar bahwa dia tidak tahu dimana tempat peragaan busana itu diadakan.     

Dipenuhi kegelisahan, dia hanya berputar-putar di dalam kamarnya. Layar televisi kini menayangkan wajah-wajah model yang tak dikenalnya. Tiba-tiba saja, Tang En teringat pada seseorang yang mungkin bisa menemukan alamat lokasi acara peluncuran produk baru ini. Dia mengambil ponselnya dan menghubungi Clarice Gloria.     

"Peluncuran produk baru CD?" Gloria merasa aneh karena Tang En tiba-tiba saja menunjukkan minatnya pada hal itu.     

"Aku mengingatmu sebagai seseorang yang sama sekali tidak tahu apa-apa tentang fashion, dan sama sekali tidak berminat untuk tahu tentang fashion."     

"Erm... Aku ingin pergi kesana untuk mencari seseorang," Tang En menjelaskan kepada Gloria sambil terus menerus melihat ke arah layar televisi, berharap bisa melihat siluet yang familiar itu lagi.     

"Hmmm... baiklah. Tunggulah sebentar. Aku akan menghubungi temanku dan bertanya padanya."     

"Oke, oke. Aku akan menunggu."     

"Aku harus menutup panggilan telepon ini dulu, maaf."     

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Aku akan menunggu..." Panggilan telepon itu ditutup oleh Clarice Gloria.     

Twain menunggu selama tiga menit. Tiga menit itu sangat menyiksa baginya hingga dia curiga bahwa dia mungkin telah menunggu selama tiga puluh menit. Gloria akhirnya menghubunginya lagi.     

"Tony, aku sudah mendapatkan informasinya..."     

"Terima kasih banyak!"     

"Tapi..."     

"Apa?"     

"Tony, apa kau juga familiar dengan Milan seperti kau familiar dengan Nottingham? Meski aku memberimu alamatnya, apa kau tahu bagaimana caranya menuju kesana?"     

"Erm.."     

"Jadi, bagaimana kalau kau menungguku di pintu masuk hotelmu? Aku akan mengantarmu kesana."     

Setelah sekali lagi berterima kasih pada Gloria, Tang En menutup ponselnya dan melesat keluar dari kamarnya, memakai mantelnya sambil berlari.     

Dia bertemu dengan Kerslake saat dia melangkah keluar dari lift.     

Kerslake merasa agak aneh saat melihat Tang En akan keluar dari hotel selarut ini.     

"Kau mau kemana, Tony?"     

"Aku harus pergi untuk mencari seseorang..." Tang En awalnya ingin langsung pergi begitu saja, tapi bertemu dengan Kerslake membuatnya harus berhenti sejenak. Dia merasa agak ragu, tapi kemudian kembali menatap ke arah Kerslake yang tampak bingung, dan berkata, "Kalau sudah waktunya, suruh para pemain beristirahat. Tidak perlu menungguku. Aku tidak tahu jam berapa aku bisa kembali."     

Kerslake mengangguk dengan kaku, masih tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.     

Saat dia memperhatikan Tang En berjalan menjauh, dia tiba-tiba saja ingin mengingatkannya.     

"Jangan lupa besok ada..."     

Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Tang En sudah berlari keluar dari pintu hotel.     

"... pertandingan yang sulit..."     

※※※     

Para penulis tabloid Inggris yang sedang bersembunyi di dekat hotel segera tampak bersemangat saat mereka melihat Tang En berlari keluar dari hotel pada pukul delapan tiga puluh malam dan berdiri di pintu masuk hotel sambil melihat ke sekeliling dengan cemas.     

Melakukan perjalanan tiba-tiba di malam hari, dengan gerak-gerik yang mencurigakan, tidak ingin dilihat oleh orang lain. Apa artinya ini?     

Dan Clarice Gloria juga ada di Milan!     

Lensa kamera difokuskan ke arah Tang En yang sedang berdiri dibawah lampu jalan. Semua mata memandang dengan gelisah ke arah yang dipandang Tony; dari sana, jawaban yang sebenarnya untuk kisah ini akan muncul.     

Mereka tidak harus menunggu lama. Tang En hanya perlu menunduk untuk melihat arlojinya satu kali sebelum sebuah FIAT kuning melaju santai dan berhenti di dekatnya. Mobil itu membunyikan klaksonnya dua kali.     

Sambil mengucap syukur atas kemajuan teknologi modern, para reporter mengintip melalui lensa kamera mereka dan menemukan aktris utama dari gosip itu, Clarice Gloria, duduk di kursi pengemudi!     

Pada saat itu, seperti layaknya serigala di malam hari, mata mereka bersinar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.