Mahakarya Sang Pemenang

Sinterklas Bagian 2



Sinterklas Bagian 2

0Meskipun mereka kehilangan satu orang, makan malam Natal di rumah Sophia masih tetap berlangsung sangat meriah. Semua orang menikmati malam yang indah berkat perencanaan yang cermat dari Sophia.     

Shania juga menerima boneka Totoro besar di Milan, Italia, yang dikirim kepadanya melalui FedEx; boneka itu setinggi manusia. Shania merobek paket itu di hadapan model-model lainnya, yang membuat mereka berseru iri padanya. Hal itu sangat memuaskan harga diri gadis muda itu. Meskipun dia sempat makan makanan cepat saji di belakang panggung, bisa menerima hadiah Natal seperti ini sudah cukup untuk membuatnya menjadi gadis yang paling bahagia di seluruh dunia.     

Tapi, dia agak sulit menjawab pertanyaan dari gadis-gadis lain tentang siapa yang mengiriminya hadiah itu.     

Orang tua dan kerabatnya?     

Tentu saja bukan.     

Teman?     

Pada akhirnya, dia hanya bisa berkata, "Itu dari teman yang sangat, sangat baik."     

Seberapa dekat kalian?     

Kami sangat, sangat dekat.     

※※※     

Setelah makan malam Natal, Twain memimpin timnya dalam pertandingan tandang melawan Aston Villa pada tanggal 26 Desember, yang menjadi awal dari jadwal neraka dengan dua pertandingan tandang dan satu pertandingan kandang, total tiga pertandingan dalam kurun waktu enam hari selama musim liburan Natal.     

Di hari yang sama di Milan, gadis-gadis yang tinggal di kamar yang sama pergi keluar untuk berjalan-jalan di ibukota mode itu, dimana sebagian besar liburan mereka dihabiskan untuk berbelanja. Shania menolak ajakan teman sekamarnya dan memilih untuk tetap tinggal di kamar hotelnya sendirian. Dia menyalakan televisi dan mencari saluran televisi yang menayangkan pertandingan Liga Utama Inggris.     

Pada saat dia akhirnya menemukan saluran televisi yang menyiarkan pertandingan tandang antara Nottingham Forest melawan Aston Villa, babak kedua sudah dimulai.     

Siaran televisi itu kebetulan mengambil gambar close-up dari manajer tim Forest. Hati Shania yang gelisah akhirnya mulai tenang setelah dia melihat Twain.     

Aston Villa baru saja menyamakan skor, dan siaran televisi ingin menunjukkan ekspresi wajah Twain. Tapi Shania tidak peduli dengan skornya. Selama dia bisa melihat orang yang ingin dilihatnya, dia sudah puas.     

Di layar televisi, Twain terlihat sedang menatap tajam ke lapangan, tidak sadar bahwa kamera televisi sedang menyorotnya. Dia juga tidak sadar bahwa dia sedang ditonton oleh sepasang mata dari Milan, Italia.     

Duduk di sampingnya, David Kerslake sedang berbicara dengannya dan Twain sesekali mengangguk sambil mendengarkan. Lalu dia berdiri dan berjalan ke pinggir lapangan.     

Dia tidak melakukan apa-apa. Dia hanya berjalan ke pinggir lapangan dan berdiri di sana dengan tangan dilipat di dada. Meskipun begitu, para pemainnya tampaknya menerima semacam motivasi dan tim tamu, Nottingham Forest, tiba-tiba saja mulai mengerahkan seluruh kekuatan mereka. Shania tampak terpesona saat dia melihatnya. Meski dia menyukai Paman Tony yang suka bercanda dengan wajah penuh senyum, tapi dia juga menyukai Paman Tony yang berwajah serius. Ekspresi yang berbeda memiliki daya tariknya masing-masing.     

Saat gambar beralih ke pertempuran di lapangan antara kedua tim, Shania memutar matanya dan mengerucutkan bibirnya. Dia sama sekali tidak tertarik dengan pertandingan itu.     

Komentar untuk pertandingan itu tidak dibawakan dalam bahasa Italia ataupun Inggris. Kedengarannya seperti salah satu bahasa dari Skandinavia, mungkin Denmark atau Norwegia. Tapi Shania tidak peduli. Tidak jadi masalah baginya meski dia tidak memahami komentar dalam pertandingan itu.     

※※※     

Stadion Villa Park sangat riuh dan para fans tim tuan rumah bekerja keras untuk menyemangati Aston Villa, dengan harapan bahwa malam ini tim mereka akan bisa memberikan kemenangan sebagai hadiah Natal bagi para supporter.     

Tapi Nottingham Forest tidak bersedia menyerahkan tiga poin begitu saja. Pertandingan menemui jalan buntu.     

Twain jelas tidak bisa menerima hasil imbang saat melawan Aston Villa. Sebelum pertandingan dimulai, manajer Aston Villa berkata bahwa dia ingin mengalahkan tim peringkat kedua di stadion kandang mereka untuk menghibur dan meningkatkan kepercayaan diri para fans Villa yang merasa putus asa dengan penampilan buruk tim saat ini.     

Memiliki tekad untuk menang itu memang bagus, tapi itu akan tergantung pada dimana tekad itu digunakan.     

Tony Twain bukanlah Sinterklas bagi fans Villa. Dia memiliki alasannya sendiri untuk menang dalam pertandingan ini.     

Mereka memasuki lima belas menit terakhir sebelum memasuki perpanjangan waktu. Twain mengganti Albertini yang sudah tampak lelah dengan Arteta untuk memperkuat pengaturan serangan di lini tengah.     

Twain menyadari satu detil kecil.     

Saat Albertini melihat bahwa dia akan digantikan, dia mencari George Wood sambil melepaskan ban kapten di lengannya. Sebelum ini, pria Italia itu akan harus berlari menghampiri dan memasangkannya ke lengan George Wood. Tapi, kali ini, George Wood sendirilah yang lebih dulu menghampiri dan mengambil ban kapten dari pria Italia itu lalu memasangnya di lengan kirinya. Kemudian, dia melambaikan lengan kirinya yang memakai ban kapten agar rekan-rekannya terus maju untuk menekan lawan. Dia akan bertahan di belakang.     

Sejak kepergian Keane, George Wood tampak lebih aktif. Dia sering menggunakan bahasa tubuh untuk mengekspresikan pikirannya.     

Twain tahu bahwa Roy telah berbicara dengan Wood sebelum dia pergi, tapi dia tidak tahu apa yang dikatakan olehnya. Dia juga tidak bertanya pada Keane ataupun Wood. Menurutnya, ini seharusnya menjadi sebuah rahasia diantara mereka berdua. Dia merasa senang melihat Wood secara aktif mulai melakukan beberapa perubahan, dan itu saja sudah cukup.     

Aston Villa benar-benar ingin memenangkan pertandingan. Mereka tidak menyerah dan terus menyerang, bahkan dalam sepuluh menit terakhir. Meski tim Forest menekan mereka dengan kuat, mereka melakukan semua yang bisa mereka lakukan untuk memanfaatkan peluang dan melakukan serangan balik. Pertandingan tiba-tiba saja semakin memanas di sepuluh menit terakhir.     

Penampilan George Wood sebagai gelandang bertahan membuat semua orang merasa tenang. Meskipun masa latihan Keane di tim Forest sangatlah singkat, George Wood telah mempelajari beberapa hal.     

Aston Villa melakukan serangan balik setelah mereka merebut bola yang digiring Ashley Young. Tapi mereka sama sekali tidak menduga kalau bola itu akan direbut lagi oleh George Wood yang bergegas maju saat mereka baru melewati lingkaran tengah. Dia melakukan tackling yang sangat agresif, tapi itu bukan pelanggaran. Cemoohan di Villa Park tidak cukup untuk menghentikan serangan Nottingham Forest.     

Itu operan yang sangat sederhana. Wood mengoper ke Arteta, yang kemudian mengopernya lagi ke Anelka. Pada akhirnya, striker Prancis itu mengubah kecepatannya dan menciptakan ruang baginya untuk menembak. Dia menendang bola tanpa ragu. Bola itu menyerempet tiang gawang dan bergulir masuk ke gawang Aston Villa!     

Suara cemoohan itu menghilang. Sebagai gantinya, para fans Nottingham Forest bersorak dan menyanyikan lagu "Merry Christmas".     

Di tengah lagu "We Wish You a Merry Christmas", si pencetak gol, Anelka, berlari sampai ke bangku pemain cadangan dan mengambil topi Santa Klaus merah dari tangan rekan setimnya. Saat para penonton televisi mengira dia akan meletakkannya ke atas kepalanya sendiri, dia tiba-tiba berjalan menuju Tony Twain, yang sedang merayakan gol itu dengan Kerslake, dan memasangkan topi itu di atas kepala Twain!     

Lalu, sebelum Twain bisa bereaksi, Kerslake mengeluarkan janggut putih palsu dari dadanya dan menempelkannya ke dagu Twain.     

"Ah ... Kau merencanakan ini!"     

Dengan topi merah dan jenggot putih di dagunya, Twain tampak seperti Sinterklas di depan kamera televisi.     

"Selamat Natal, chief!"     

"Bagaimana kalau ini sebagai hadiah Natal, Tony?"     

Semua orang di dekat Twain tertawa.     

"Dasar kalian ..." Twain mencoba menakut-nakuti mereka dengan wajah tanpa ekspresi, tapi dia ikut tertawa saat melihat semua orang yang tertawa.     

Melihat Paman Tony tampak lucu di televisi, Shania menjatuhkan diri dan berguling-guling di tempat tidur sambil tertawa dan memeluk boneka Totoro itu.     

※※※     

"Ini adalah kejutan yang diberikan oleh para pemain kepada Tony Twain. Sepertinya ini sukses! Dia tampak tertegun!" komentator, John Motson, tertawa gembira.     

"Kasihan Aston Villa, mereka mungkin akan mengasosiasikan Natal dengan kegagalan. Tony Twain bisa menjadi Sinterklas yang hebat, tapi dia hanya melayani para suporter Nottingham Forest!"     

"Selamat Natal, Manajer Twain!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.