Mahakarya Sang Pemenang

Keane, Sang Pria Bagian 1



Keane, Sang Pria Bagian 1

0Saat Roy Keane muncul lagi di kompleks latihan Nottingham Forest di Wilford untuk berlatih sendirian, surat kabar melaporkan bahwa dia telah melewatkan janji temu dengan Real Madrid.     

Laporan berita itu menyatakan bahwa Keane bahkan sudah lulus pemeriksaan fisik dan saat kedua belah pihak sudah siap untuk menandatangani kontrak, Roy Keane tiba-tiba saja memutuskan untuk menolak transfer itu dan meninggalkan Madrid.     

Tidak ada yang tahu alasan kenapa dia pergi. Beberapa orang berspekulasi bahwa itu disebabkan karena durasi kontrak. Ada juga yang berspekulasi bahwa Roy Keane merasa lelah dengan banyaknya kubu di ruang ganti pemain Real Madrid. Yang lainnya beranggapan bahwa itu karena alasan keluarga.     

Twain, sebagai orang yang paling dekat dengan Keane untuk saat ini, tidak menanyakan alasannya. Itu adalah masalah yang relatif pribadi dan tidaklah nyaman baginya untuk menanyakan itu pada Keane. Dia bukanlah reporter yang suka mengganggu privasi orang lain.     

Para pemain juga tampak terkejut dengan kembalinya Keane. Tapi, mereka semua bisa mengendalikan rasa ingin tahu mereka. Tidak ada yang bertanya tentang kisah di balik janji temu yang tak dipenuhi terhadap Real Madrid.     

Michael Kennedy sudah pergi selama berhari-hari. Dia menjadi lebih sibuk setelah kembali dari Madrid. Dia terbang ke berbagai tempat sepanjang waktu, mencari tim yang tepat untuk Keane. Dengan agen seperti itu, tidak heran dia bisa menemani Keane di sepanjang perjalanannya dari pemain yang dulunya bukan siapa-siapa menjadi pemain superstar kelas dunia. Semua tindakan si agen telah mengubah beberapa prasangka Twain terhadap agen sepakbola.     

Selama kurun waktu ini, Twain tidak diam saja dan terfokus pada Keane. Timnya telah memainkan tiga putaran liga. Pada tanggal 11 Desember, mereka menantang Manchester United dalam pertandingan tandang dan mendapatkan hasil imbang 1:1. Saat kedua manajer tim menghabiskan waktu mereka di pub bersama-sama usai pertandingan, Ferguson secara khusus berterima kasih pada Twain karena menawarkan kompleks latihannya secara cuma-cuma agar Keane bisa berlatih.     

Pada tanggal 14 Desember, tim Forest kembali pergi dalam pertandingan tandang untuk putaran ke-3 liga yang tertunda. Lawan mereka adalah West Ham United. Hasil pertandingan itu adalah tim Twain berhasil mengalahkan "The Hammers" dengan skor 3:1.     

Pada tanggal 17 Desember, Nottingham Forest mencetak kemenangan besar 4:0 atas Charlton di kandang. Setelah tujuh belas putaran liga, mereka telah mengumpulkan tiga puluh sembilan poin dan menempati peringkat kedua di liga. Mereka memiliki selisih empat poin dari Chelsea, yang berada di tempat pertama.     

Dan Wigan Athletic, kuda hitam di paruh pertama musim ini, tampaknya mulai kehilangan citra kuda hitam mereka. Mereka mengalami serangkaian kekalahan saat berhadapan dengan tim-tim kuat secara berturutan. Mereka tergelincir dari peringkat ketiga menjadi keenam di klasemen liga. Manchester United dan Liverpool mulai menyusul dengan tiga puluh tujuh dan tiga puluh satu poin, menempati peringkat ketiga dan keempat. Arsenal tidak bisa tampil dengan baik. Selain belum bertanding satu kali, mereka hanya memiliki dua puluh enam poin dan berada di peringkat kedelapan.     

Keane juga ada disana saat Twain membeberkan taktik spesifik bagi tim beberapa hari sebelum pertandingan, tidak termasuk pertandingan melawan Manchester United. Dia sengaja menghindari latihan taktis pra-pertandingan dalam persiapan Forest menghadapi Manchester United. Pada hari itu, dia sengaja meliburkan diri dan pergi berbelanja ke pusat kota.     

Hasil imbang adalah hasil terbaik bagi Roy Keane, yang sedang berlatih di kompleks latihan tim Forest di Wilford.     

Dua hari setelah kembali dari Madrid, Twain kembali ke kantornya untuk berkemas dan bersiap untuk pulang usai latihan hari itu.     

Seseorang mengetuk pintu kantornya.     

"Masuk."     

Twain tidak terkejut saat melihat Keane melangkah masuk.     

"Aku datang untuk mengucapkan selamat tinggal padamu."     

"Apa kau akan pulang untuk Natal?"     

"Ya, kurang lebih. Tapi aku tidak akan kembali kemari setelahnya."     

Twain agak terkejut. Dia menatap pria Irlandia itu.     

"The Celtics sangat tertarik padaku dan mereka memintaku bergabung dengan mereka."     

"Tim dari Premiership Skotlandia?"     

Keane mengangguk. "Itu adalah tim yang kusukai sejak aku masih kecil. Aku ingin menghabiskan hari-hari terakhir karirku disana."     

Mendengar Keane mengatakan itu, Twain terdiam sesaat. Mungkin itu karena dia masih menyimpan sedikit harapan di hatinya bahwa Keane akan memutuskan untuk tinggal disini setelah menghabiskan sejumlah waktu bersamanya. Dia merasa sedikit kecewa.     

"Yah, aku mendoakan yang terbaik untukmu, Roy."     

Keane berdehem. "Aku tahu tidak ada gunanya membicarakan ini sekarang, tapi aku ingin memberitahumu sesuatu sebelum aku pergi: tadinya aku ingin berbicara padamu tentang kontrak dengan Forest kalau saja tim Celtic tidak memintaku bergabung ."     

Twain menatap Keane.     

"Aku harus mengakui kalau aku menyukai tim ini dari interaksi kita selama beberapa hari belakangan. Aku sudah mengatakannya padamu sebelum ini. Sebenarnya aku tidak punya perasaan apapun terhadap tim Forest. Nottingham Forest hanya spesial bagiku karena manajer Clough."     

"Saat aku datang kemari, tim Clough sudah mulai menurun. Aku bisa merasakan akhir bagi tim sudah dekat. Banyak pemain mengeluh di ruang ganti. Semua orang ingin meninggalkan klub ini dan menemukan klub lain. Aku juga sama. Aku beranggapan bahwa aku bisa menarik perhatian klub-klub yang lebih besar dengan penampilanku di tim Forest. Aku benar. Pada akhirnya aku pergi ke Manchester United."     

"Setelah Clough meninggalkan Forest, bagiku Nottingham Forest tidak berbeda dengan ratusan tim sepakbola profesional lainnya di Inggris. Nah ... sekarang aku berubah pikiran. Aku suka tim Nottingham Forest yang sekarang. Ini benar-benar berbeda dari apa yang ada di dalam pikiranku. Benar-benar berbeda."     

Keane menggelengkan kepalanya.     

"Aku mendengar banyak komentar tentangmu di Nottingham. Sayangnya aku sama sekali tidak mendengar komentar yang buruk." Pria Irlandia itu tertawa dan berkata, "Michael dan aku sudah berdiskusi dengan serius. Kami berbicara tentang apa yang akan terjadi kalau aku bermain untuk tim ini. Kesimpulan kami sangat bagus sampai-sampai aku hampir memilihmu. Sayangnya. Tim Celtics datang di detik-detik terakhir. Saat tim yang kusukai dan kudukung sejak kecil ingin agar aku bermain untuk mereka, aku sama sekali tidak bisa menolaknya. Ini tidak ada hubungannya dengan uang atau kehormatan. Aku hanya menyukai tim itu. Aku ingin bisa memakai jersey itu sebelum mengakhiri karirku. Baru di saat itulah aku akan merasa bahwa karirku sebagai seorang pemain sepakbola sudah komplit dan tak ada penyesalan."     

Pada saat itu, Twain menghela nafas. "Aku mengerti. Apa lagi yang bisa kukatakan? Aku hanya bisa mengatakan kalau aku benar-benar mendoakan yang terbaik untukmu, Roy."     

Keane melihat ekspresi Twain dan tersenyum. "Yah, terima kasih, Tn. Twain. Sebelum ini, aku pernah bilang kalau aku ingin menjadi seorang manajer setelah aku menggantung sepatuku karena aku dipengaruhi oleh dua manajer. Sekarang aku akan mengubahnya. Aku telah dipengaruhi oleh tiga orang manajer. Tapi aku tidak akan mengatakan siapa nama manajer yang ketiga, aku tidak ingin dia merasa terlalu senang dengan dirinya sendiri."     

Twain mendekatinya dan mengulurkan tangannya. "Semoga suatu hari nanti, kita akan bertemu di pinggir lapangan pertandingan lagi. Lebih baik kau berhati-hati. Aku tidak akan menunjukkan belas kasihan padamu."     

Keane juga mengulurkan tangannya. "Aku juga tidak pernah berbaik hati pada rivalku."     

Kedua pria itu berjabatan tangan dengan erat.     

※※※     

Michael Kennedy, agen Roy Keane, menunggu Keane di tempat parkir.     

"Kita akan terbang ke Glasgow besok dan berbicara pada mereka..."     

Keane mengubah rencana itu. "Kita akan menunggu satu hari lagi sebelum kita memberitahu mereka."     

Kennedy tampak agak bingung. "Apa masih ada hal lain yang harus kaulakukan disini?"     

Keane kembali memandang lapangan latihan di bawah temaram cahaya senja. "Aku melupakan satu hal. Aku masih harus datang kemari besok." Kemudian dia membuka pintu mobil dan masuk.     

"Ayo pergi, Michael."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.