Mahakarya Sang Pemenang

Halo Roy Bagian 2



Halo Roy Bagian 2

0Latihan semacam ini bukan hal yang baru. Sejak dia mulai melatih mereka, Twain telah menggunakan model latihan hadiah-and-hukuman semacam ini untuk melatih para pemainnya agar menjadi lebih kompetitif. Meski ini hanyalah game di dalam latihan, tidak ada pemain yang ingin kalah. Itulah sebabnya kenapa timnya bisa tetap bertahan sampai akhir di dalam sebuah pertandingan yang sulit dan mengalahkan lawan-lawan mereka.     

Para pemain merasa senang saat mereka mendengar kalau mereka akan berlatih tanding. Perilaku mereka menarik perhatian Keane. Dia menghentikan latihannya dan berdiri di pinggir lapangan untuk beristirahat sambil mengamati sisi lapangan yang lain.     

Manchester United juga memiliki latihan tanding seperti itu, dan dia percaya kalau Arsenal juga pasti memilikinya. Dia tidak tertarik dengan jenis latihan itu sendiri. Dia tertarik dengan penampilan para pemain selama latihan.     

Twain memanggil para pemain untuk setiap tim dengan suara keras. Pengelompokan itu tidak dibagi menurut pemain utama atau pemain cadangan melainkan didistribusikan secara acak diantara pemain utama dan cadangan.     

Karena hanya ada dua puluh tiga pemain, tidak mungkin memasukkan delapan pemain per tim. Satu tim hanya akan memiliki tujuh pemain, jadi ada satu orang pemain yang harus bermain untuk dua tim.     

Ini akan membutuhkan lebih banyak stamina. Tentu saja, hanya ada satu pemain yang bisa melakukannya.     

"George!" Twain melambaikan buku catatan di tangannya. "Kau masuk ke dua tim."     

Wood mengangguk.     

Saat dia melihat George Wood, Keane dengan cepat terfokus padanya.     

Media menyebut anak itu sebagai "Keane kedua". Mustahil baginya untuk tidak memperhatikannya. Setelah pertandingan pertama antara MU dan Forest, dia bahkan sempat bertukar jersey dengan Wood.     

Tapi menurut pendapatnya, George Wood masih terlalu muda untuk menjadi versi kedua dirinya. Jalannya masih panjang. Paling bagus, George Wood hanya bisa menjadi prajurit lini tengah yang bagus. Aku, Roy Keane, bukan prajurit yang hanya bisa menendang bola keluar garis batas lapangan; bukan dulu dan jelas bukan pula sekarang.     

※※※     

Saat tim lain, yang menonton pertandingan di pinggir lapangan, melihat bahwa Anelka tidak berniat mengoper bola ke pemain lain saat dia berhadapan dengan Wood dan ingin mencoba mengandalkan kecepatannya untuk memaksa melakukan terobosan, mereka mulai berteriak-teriak dengan seru.     

"Lewati dia! Kecoh dia!"     

"Jangan biarkan dia lewat, George! Hentikan dia!"     

Anelka berzig-zag ke kiri dan kanan, mengubah kecepatannya dan berulang kali mengubah arahnya. George masih bisa terus menempel padanya. Striker Prancis itu tidak bisa memanfaatkan kecepatannya di ukuran lapangan yang kecil, dan hal itu membuatnya frustasi. Saat dia memaksa ingin menerobos, George Wood mentekel bolanya.     

Tapi, bola yang ditekel Wood tidak jatuh ke bawah kakinya. Sebaliknya, Sun Jihai menerima bola itu saat dia bergerak maju dari belakang. Bek belakang asal Cina itu mengoper bola dan Viduka menyundul bola ke dalam gawang. Tim Wood tersingkir, tapi dia masih harus tetap berada di lapangan karena dia juga berada di tim berikutnya.     

Twain menyadari seseorang berdiri di sampingnya. Dia menoleh dan melihatnya. Itu Roy Keane.     

'Bagaimana menurutmu? Apa kau ingin pergi kesana dan bermain sebentar?"     

Keane menatapnya dan kemudian memandang George Wood. Dia mengangguk. "Ide bagus."     

Twain tersenyum lebar dan segera melambaikan tangannya ke arah lapangan. "George! Kau keluar!"     

Kerslake memberikan rompi biru pada Keane. Melihat Keane memakai rompi itu, para pemain yang lain mulai berseru-seru dengan senang.     

Wood keluar dari lapangan dan Twain menepuk pundaknya. "Berdirilah di sini dan perhatikan."     

Lalu dia menoleh ke arah Keane dan berkata, "Apa kau sudah siap?"     

Keane menekuk lututnya sebentar dan mengangguk.     

"Mulai saja."     

Memakai rompi biru, Keane berlari ke lapangan dan pertandingan pun dimulai.     

Mungkin karena pengaruh adanya Keane, sebagian besar pemain di tim biru mengoper bola ke Keane, yang mengatur serangan dan mengendalikan laju permainan. Keane melakukan pekerjaannya dengan baik, sama seperti yang dia lakukan di Manchester United.     

Baik itu pertahanannya, serangan balik setelah merebut bola, atau fakta dimana dia terus menekan setelah lawan menyerang, Roy Keane tampil sangat bagus. Bahkan sebagai pendatang baru, dia secara otomatis telah mengambil alih komando tim begitu dia mulai bermain. Semua orang mematuhi setiap perintahnya. Tidak ada yang meragukannya.     

Kerslake menyaksikan pemandangan itu dari pinggir lapangan dan menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas. "Sayang sekali dia menolak datang ke tim Forest. Dia mungkin berusia tiga puluh empat tahun, tapi dia masih bisa menjadi kekuatan utama di tim mana pun."     

Twain tersenyum dan melirik ke George Wood yang berdiri di sampingnya. Dia melihat Wood terus memandang ke arah lapangan. Twain tidak tahu apa yang sedang dilihatnya, tapi dia bisa menduga kalau dia mungkin sedang menonton aksi Keane.     

Kenapa dia mengundang Keane ke tim Forest untuk berlatih dan mempertahankan kondisinya? Itu semua untuk Wood.     

Kau harus memahami niat baikku, George. Kau harus belajar darinya dalam periode singkat sekitar dua belas harian ini.     

Dipimpin oleh Keane, tim biru mengalami jalan buntu saat berhadapan dengan tim kuning yang dipimpin Albertini di lapangan selama sepuluh menit. Tidak ada pihak yang mencetak gol. Permainan diperpanjang menjadi adu penalti.     

Pada akhirnya, Keane mencetak gol tapi Wes Morgan gagal memasukkan bola ke gawang, jadi tim biru tersingkir.     

"Sekarang giliranmu untuk bermain, George," kata Twain pada Wood.     

Keane berjalan menuju ke arah Twain setelah dia meninggalkan lapangan.     

"Bagaimana perasaanmu, Roy?" tanya Twain.     

"Yah ...," Keane memandang Wood saat pemuda itu berlari melewatinya, lalu berbalik dan berkata, "Sepuluh menit terlalu singkat."     

Twain tertawa kecil dan kemudian bertanya, "Apa pendapatmu tentang George Wood?"     

"Selain bertahan, dia masih harus banyak belajar."     

"Aku juga berpikir begitu. Dia akan belajar."     

Kedua pria itu berhenti berbicara dan menonton pertandingan di lapangan dengan penuh perhatian.     

※※※     

Fakta bahwa Roy Keane sedang berlatih di kompleks latihan Nottingham Forest segera diketahui oleh media dan kemudian tersebar ke seluruh Inggris. Banyak orang berspekulasi bahwa itu adalah tanda bahwa Keane ingin menandatangani kontrak dengan Nottingham Forest.     

Bagaimanapun juga, Nottingham Forest adalah titik awal karir Keane. Setelah dia mengakhiri kontraknya dengan klub sebelumnya, Manchester United, kembali ke Nottingham Forest bisa menjadi salah satu pilihan.     

Tapi, klub Forest segera mengklarifikasi. "Keane tidak menandatangani kontrak transfer dengan tim. Dia hanya melakukan latihan pribadi di Wilford, seperti yang telah disepakatinya dengan Manajer Tony Twain."     

Segera setelah itu, agen Keane merilis berita bahwa sejumlah klub domestik dan asing sangat tertarik pada Roy Keane dan berharap bisa mendapatkan gelandang itu melalui transfer bebas.     

"Kami sudah menolak tawaran dari klub sepakbola Liga Utama seperti Everton dan Bolton Wanderers. Roy Keane ingin menyampaikan rasa terima kasihnya kepada tim-tim itu atas undangan mereka, tapi dia tidak ingin menjadi lawan Manchester United di lapangan Jadi, dia telah menolak semua undangan dari tim-tim di Liga Utama Inggris."     

Michael Kennedy membuat pernyataan itu atas nama Keane.     

Setelah tugas untuk menghubungi tim-tim baru diserahkan kepada agennya, Keane datang ke kompleks latihan Wilford setiap hari untuk berlatih. Kadang-kadang, dia akan ikut bermain di dalam game bersama para pemain Forest. Tapi sebagian besar waktunya akan dihabiskan untuk melaksanakan program latihan Manchester United sendirian.     

Selain program latihannya itu, dia tidak tampak berbeda dari para anggota tim Forest. Mereka menggunakan ruang ganti yang sama dan makan di kafetaria yang sama. Twain tidak mengasingkannya saat dia sedang membeberkan taktik tim untuk pertandingan. Kapanpun ada orang yang datang dan mencoba berbicara padanya, Keane tidak mengusir mereka dengan menunjukkan wajah suram. Semua orang bisa merasakan aura kepemimpinan memancar darinya. Tapi, semua orang juga tahu bahwa, kecuali pada Twain, Keane jarang memulai pembicaraan dengan orang lain. Dia masih tetap menjaga jarak dari tim. Meski dia sudah keluar dari Manchester United, dia tidak lupa bahwa dia berasal dari Manchester United. Mungkin dia menganggap bahwa dia akan mengkhianati Manchester United kalau dia memulai pembicaraan dengan para pemain Forest itu karena tim Forest adalah pesaing langsung Manchester United.     

Meskipun tim Forest adalah titik awal karirnya di liga teratas Inggris, dua belas tahun karirnya bersama Red Devils telah berakar kuat di dalam hatinya. Tidak ada yang bisa menggantikan posisi itu, bahkan tidak juga tim nasional Irlandia.     

Tepat setelah latihan pribadi Keane di kompleks latihan Nottingham Forest diekspos oleh media, Twain menerima telepon dari Manchester. Dia cukup familiar dengan si penelepon, Alex Ferguson.     

Ferguson bertanya tentang latihan individu Keane melalui telepon. Rupanya, dia masih khawatir tentang pria Irlandia yang "tunawisma" itu saat ini.     

Kemudian Ferguson mengekspresikan rasa terima kasihnya atas kemurahan hati Twain.     

Twain sangat ingin bertanya kepada Ferguson tentang apa yang terjadi antara Keane dan Manchester United. Dia ingin tahu apa yang terjadi antara Ferguson dan Keane yang menyebabkan kapten Red Devils itu tiba-tiba saja mengakhiri kontraknya dengan klub. Tapi, pada akhirnya dia berhasil menahan diri untuk tidak bertanya. Dia tahu bahwa Ferguson pasti punya alasan yang tidak bisa diungkapkan. Tidak ada yang tahu pasti siapa yang benar dan siapa yang salah sehubungan dengan kepergian Keane.     

Beberapa pihak mengatakan bahwa Ferguson tidak lagi menghargai Keane, dan bahwa pencariannya untuk mendapatkan gelandang bertahan adalah bukti yang jelas. Yang lain mengatakan bahwa Ferguson lebih memilih gelandang Liverpool, Steven Gerrard, daripada Keane. Tapi sekarang Twain tahu mereka semua hanya bicara omong kosong.     

※※※     

Pada tanggal 20 Desember, Roy Keane meninggalkan kompleks latihan Wilford. Ditemani agennya, Michael Kennedy, mereka terbang ke Madrid, Spanyol. Mereka pergi ke klub Real Madrid untuk melakukan negosiasi. Di bawah rekomendasi mantan rekan setimnya, David Beckham, Real Madrid telah mengajukan penawaran untuk Roy Keane.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.