Mahakarya Sang Pemenang

Sebuah Pertemuan di Luar Lapangan Bagian 2



Sebuah Pertemuan di Luar Lapangan Bagian 2

0Kegembiraan Twain tidak bertahan lama. Saat dia bertemu dengan Roy Keane sendiri, pria itu menuangkan air dingin ke atas kegembiraannya.     

"Tn. Twain, aku tahu kenapa Anda menghubungi agenku." Duduk di dalam bilik di sebuah pub Irlandia biasa, mantan kapten tim Manchester United itu berbicara pada Twain. "Tapi aku benar-benar minta maaf, aku harus menolak tawaran Anda."     

Twain menatap kosong selama sesaat. Apa orang Irlandia itu begitu lugas dalam menolak penawaran orang lain?     

Dia merenung sejenak dan hanya bisa bertanya, "Kenapa?"     

Di samping mereka, agennya, Michael Kennedy, menjawab pertanyaan itu atas nama Keane. "Karena Roy tidak mau menjadi lawan Manchester United di Liga Utama."     

Berdasarkan apa yang diketahui Tang En, setelah Roy Keane meninggalkan Manchester United dan menjadi pemain dengan transfer gratis, dia pergi ke tim Liga Utama Skotlandia, Celtic, di bursa transfer musim dingin. Dia bergabung dengan tim yang telah didukung dan disukainya sejak masa mudanya. Itulah alasannya. Karena dia telah menolak undangannya dengan menggunakan sudut pandang ini, maka benar-benar mustahil bagi Tang En untuk mencoba membujuknya.     

Dia masih ingat jalan hidup Keene setelah dia pergi dari Manchester United: tim Liga Utama Skotlandia, Celtic, dan kemudian ... Sepertinya dia menjadi manajer Sunderland. Sebelum Twain bertransmigrasi, pria itu masih berjuang keras untuk memimpin "The Black Cats" yang duduk di peringkat kedua terbawah Liga Championship EFL, menuju Liga Utama Inggris.     

Tidak ada yang percaya bahwa pria Irlandia itu akan berhasil melakukannya, dan Twain sendiri juga tidak mempercayai itu sebelum ia bertransmigrasi. Tapi, kini dia mempercayainya karena dia sendiri juga mengalami hal-hal yang luar biasa.     

Dia menatap Keane. Musim lalu, mereka masih berkompetisi sebagai rival. Dia sama sekali tidak menduga mereka akan bisa duduk seperti ini dan mengobrol bersama terlepas dari jersey yang mereka pakai.     

Karena kedatangannya ke dunia ini, Twain tidak tahu apakah Keane masih akan tetap menjadi manajer Sunderland di masa depan. Dia bahkan tidak tahu apakah Keane akan menjadi pemain Celtic setelah menolak Nottingham Forest.     

"Roy ... Apa kau punya rencana untuk masa depan?" tanya Twain setelah beberapa saat terdiam.     

"Rencana? Maksud Anda apa aku akan bergabung dengan sebuah klub atau ...?"     

"Sedikit lebih jauh lagi. Apa yang ingin kau lakukan setelah kau menggantung sepatumu?"     

Keane memikirkannya. "Menjadi seorang manajer. Dalam karirku, ada dua manajer yang membuatku sangat terkesan dan membuatku berharap bisa menjadi sukses seperti mereka di masa depan."     

Pria Irlandia itu tidak mengatakan siapa kedua pria itu, tapi Twain tahu dengan jelas kalau salah satu dari mereka adalah mendiang manajer Nottingham Forest, Brian Clough. Dia telah membawa Keane dari kota asalnya ke Liga Utama Inggris dan membentuknya menjadi pemain bintang. Pria lainnya adalah Alex Ferguson, yang membawanya dari Blackburn Rovers ke Manchester United dan menjadikannya pemain bintang kelas dunia.     

"Kurasa kita punya kesamaan." Twain memutuskan untuk mencoba berteman dengan Keane. Meski Keane telah menolaknya, itu bukan berarti dia tidak akan mengubah pikirannya. "Well, sepanjang karir melatihku, Brian Clough sangat mempengaruhiku. Setelah aku mencapai keberhasilan kecil saat aku mulai memimpin tim Forest, Clough ingin menemuiku. Kupikir dia ingin memuji atau mengakui prestasiku. Aku sama sekali tidak mengira kalau aku akan memainkan peran figuran yang sama sekali tak bisa diingat sore itu."     

Membicarakan ini, Twain tiba-tiba saja tertawa. "Roy, kurasa kita benar-benar memiliki koneksi."     

Keane mengangkat alisnya.     

"Dalam perjalanan kembali ke Nottingham, aku sama sekali tidak merasa senang dengan sambutan dingin yang kuterima. Kemudian Walker, yang saat itu bersamaku, menceritakan sebuah kisah dan tiba-tiba saja aku merasa lebih baik. Apa kau tahu siapa yang ada di dalam kisah itu? Itu kau, Roy."     

Keane tampak sedikit terkejut.     

"Dia memberitahuku bahwa setelah kau tampil bagus di penampilan debutmu, kau bertemu dengan Clough keesokan harinya di kompleks latihan. Dia bertanya siapa namamu dan kemudian kau membantunya membersihkan sepatunya."     

Saat dia mendengar itu, Keane juga tersenyum. "Ya, itu memang terjadi. Aku tidak mengira kalau mereka masih ingat." Dia terdiam dan tampaknya merenungi masa lalunya. Pria yang dulu muda itu tiba-tiba saja sudah menjadi seorang 'pria tua' berusia tiga puluh empat tahun. Dua belas tahun itu sudah berlalu dalam sekejap mata.     

"Roy, aku tidak tahu klub mana yang akan kau pilih, tapi kuharap kau bisa menerima niat baikku."     

Keane tersentak dari renungannya dan menatap Twain.     

"Masih ada dua puluh tiga hari sebelum bursa transfer musim dingin dimulai. Sebelum kau memutuskan kemana kau pergi, kau boleh berlatih dengan timku untuk mempertahankan staminamu dan tetap bugar."     

Saat mereka mendengar kata-kata Twain, bahkan Michael Kennedy tampak terkejut.     

"Itu hanya latihan biasa. Kau tidak perlu berpartisipasi di dalam latihan timku. Kau bisa berlatih dengan programmu sendiri. Nottingham Forest Football Club akan menyediakan semua fasilitas untukmu. Kau bisa menggunakan ruang ganti pemain, kafetaria, pusat kebugaran, ruang perawatan ... Kau bisa melakukan apa saja kecuali bermain atas nama tim Forest dan berpartisipasi dalam latihan tim. Kau bahkan bisa menggunakan seragam Manchester United milikmu."     

Sudut bibir Keane berkedut saat dia mendengar ucapan yang terakhir itu, tapi tak lama kemudian dia kembali tenang.     

Michael Kennedy menoleh ke arah Keane.     

Keane menunduk dan bertanya, "Apa untungnya bagi Anda, Tn. Twain?"     

Twain merentangkan tangannya dan mengangkat bahu. "Kenapa semua orang harus bertanya, 'apa untungnya buatku?' saat mereka ingin melakukan sesuatu? Bukankah menyenangkan kalau kita bisa membantu orang lain? Lagi pula, kompleks latihan tim Forest memiliki begitu banyak ruang. Disana tidak akan jadi penuh sesak kalau satu orang lagi datang untuk berlatih. Tentu saja, kalau kau ingin aku memberimu alasan, kurasa kau lebih familiar dengan Nottingham Forest Football Club daripada dengan tim lain."     

"Meskipun aku memang familiar dengan klub itu, itu terjadi dua belas tahun yang lalu," gumam Keane.     

Twain mengira Keane tidak akan setuju. Dia sudah siap untuk menunjukkan ekspresi menyesal di wajahnya. Tapi kemudian dia mendengarnya menambahkan, "Oke, sebelum aku menemukan klub yang tepat, aku akan berlatih di sana. Lagi pula, aku sudah di sini. Michael?"     

Kennedy mengangguk. "Tn. Twain, kurasa undangan Anda sangat tepat waktu. Aku juga sangat berterima kasih atas kemurahan hati Anda."     

Twain tertawa kecil. "Itu bukan apa-apa. Tapi aku sebenarnya orang yang berpikiran sempit, eksentrik, keras kepala, dan pendendam. Setidaknya itulah yang dikatakan media tentangku."     

Dua pria lainnya ikut tertawa.     

Twain menepuk perutnya dan berkata, "Bagaimana kalau kita makan malam sekarang?"     

Tawa yang sudah mulai reda kembali terdengar.     

Kennedy pergi mencari pelayan untuk mendapatkan menu, sementara Keane mencondongkan tubuhnya ke depan dan menatap Twain. "Tn. Twain, aku sangat tertarik dengan cerita yang belum Anda selesaikan barusan. Anda bilang Walker menceritakan kisah tentangku saat Anda merasa sedih. Jadi, apa yang terjadi selanjutnya?"     

"Setelah itu..." Twain berpura-pura mencoba mengingatnya, dan kemudian berkata, "Setelah itu, Walker memberitahuku bahwa pemuda yang memoles sepatu Clough akhirnya menjadi gelandang kelas dunia dan kapten tim nasional Irlandia. Dan jauh setelah itu... kurasa posisiku cukup bagus sekarang!"     

Kedua pria itu tertawa di waktu yang bersamaan.     

Mengenal kerendahan hati, dan tidak kehilangan kepercayaan diri. Kedua pria itu, yang usianya hanya beda tiga tahun, memang memiliki kesamaan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.