Mahakarya Sang Pemenang

Musuh yang Kuat



Musuh yang Kuat

0"Bola lambung! Indah sekali – dan bolanya masuk!" seiring suara penuh semangat sang komentator di televisi, terdengar suara sorakan yang lebih keras di Forest Bar milik Kenny Burns.      

"Bagus sekali, Romani Rooney!"     

"Biarkan saja mereka lihat apa yang bisa kita lakukan!"     

"Woo hoo ---"     

"Bersulang untuk gol yang indah!"     

Para fans itu berteriak bersama dan bir berwarna keemasan memercik hingga ke langit-langit sementara Kenny Burns tersenyum dan memperhatikan kelompok fans yang sedang bergembira ini.      

Setelah dia memperhatikan mereka sejenak, dia kembali mengalihkan pandangan ke arah set televisi dan gambar Camp Nou yang ditampilkan di layar televisi.      

Para pemain Forest sedang merayakan gol itu dengan menumpukkan badan membentuk piramida manusia. Ini adalah salah satu cara favorit mereka dalam merayakan gol. Twain tentu saja melarang keras menindih manajer di bagian terbawah piramida untuk perayaan usai mencetak gol.      

※※※     

Di Stadion Camp Nou, para fans tim tuan rumah menyerukan cemoohan dengan suara keras setelah sempat hening sejenak, yang bisa meredam sorakan para fans Forest.      

Tapi para pemain Forest sama sekali tidak terpengaruh dengan seruan dan ejekan dari fans tim tuan rumah. Mereka sedang bersuka cita dan beraksi seolah-olah tidak ada orang lain disana pada saat mereka merayakan gol di kandang lawan mereka.      

Senang rasanya bisa memimpin atas Barcelona dengan satu gol dalam kurun waktu sepuluh menit setelah pertandingan dimulai dan dibawah situasi yang sama sekali tidak menguntungkan seperti ini!     

Twain berdiri dan terus mengacungkan tinjunya setelah timnya mencetak gol untuk memamerkannya kepada para fans Barcelona.      

Bukankah kalian mengaku sebagai "Dream Team Kedua"? Biar kukatakan padamu hari ini kenapa ini hanyalah "sebuah mimpi kedua" dan bukan "Dream Team Kedua"!     

Wasit menyela dan mengakhiri perayaan para pemain Forest yang jadi terlalu bersemangat. Para pemain Barcelona sudah kembali menempatkan bola di bagian tengah lapangan dan menunggu dengan tidak sabar.      

Gambar di layar televisi mengikuti Eastwood sebagai si pencetak gol. Komentator memperkenalkan pemain ini dengan pengalaman unik kepada para pemirsa, "Kaki Eastwood dulu pernah dipatahkan oleh George Wood, kapten Nottingham Forest yang saat ini juga berada di lapangan dan membuatnya hanya bisa bermain di liga amatir. Tony Twain akhirnya menemukannya dan memberinya kesempatan untuk kembali bermain di liga profesional. Meski dia telah berulang kali cedera selama beberapa tahun belakangan ini, kita bisa tahu bahwa selama dia bermain, dia bisa mencetak gol dengan konsisten. Di Nottingham, dia disebut "The Romani Rooney". Sayang sekali dia tidak mewakili Inggris, dia mewakili Wales."     

Saat para pemain bergegas maju untuk merayakan gol yang dicetak Eastwood dengan jalan menumpukkan diri ke atas satu sama lain barusan itu, hanya kiper Edwin van der Sar dan George Wood yang tidak bergerak dari posisi awal mereka. Edwin van der Sar tidak bergerak karena memang posisinya sangat jauh di belakang, sementara George Wood tidak bergerak karena alasan yang sudah diketahui bersama.      

Ketika kerumunan perayaan gol itu bubar, George Wood sudah berdiri di posisinya di bagian belakang lapangan, menunggu tim lawan melakukan kick off. Eastwood juga berlari mundur, tapi bukannya berdiri di garis tengah lapangan seperti Bendtner, dia berlari langsung ke arah George Wood, yang berdiri di belakang dan mengangkat tangannya.      

Kedua pria itu tidak saling mengatakan apa-apa dan hanya saling tos. Kemudian Eastwood berlari lagi. Sikap Eastwood terhadap George Wood sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya, tapi interaksi terdekat antara kedua pria itu hanya terbatas pada itu saja. Mereka masih tidak saling berbicara, saling bercanda atau menyapa satu sama lain kapanpun mereka bertemu. Mereka tidak akan pernah saling tos diluar lapangan.      

Twain hanya tersenyum saat dia melihat adegan ini. Sebuah tos selalu lebih baik daripada saling cemberut.      

※※※      

Pertandingan kembali dimulai dan Barcelona melakukan kick off. Rijkaard tidak menduga kalau timnya akan kebobolan secepat itu. Ternyata Nottingham Forest lebih ulet daripada yang diduganya.      

Terdapat perubahan yang tampak nyata di dalam tim itu jika dibandingkan dengan Nottingham Forest tahun lalu. Tidak hanya dalam hal kematangan mental mereka, tapi juga dalam kemampuan mereka – dia harus mengakui bahwa tim Nottingham Forest yang ada di depan matanya sekarang memang tim yang lebih kuat.      

Dan aksi George Wood benar-benar tidak terduga. Semua intel mengatakan padanya bahwa pemain itu adalah "seorang jenius dalam bertahan tapi seorang idiot dalam menyerang." Tapi melihat gol yang barusan tercipta, "idiot dalam menyerang" itu bisa menunjukkan dengan jelas jalur operan yang sedemikian rupa selama berlari dengan kecepatan tinggi dan mengoper bola kemanapun dia mau.      

Saat Rijkaard masih menjadi pemain bola, dia juga memainkan posisi gelandang bertahan, dan merupakan jenis yang bertahan dan menyerang. Dia melihat sekelebat bayangan dirinya sendiri dari gol yang barusan tercipta.      

Bukankah Barcelona selalu kekurangan seorang gelandang bertahan yang luar biasa? Kenapa aku tidak mempertimbangkan untuk membeli pemain nomer 13 itu? Aku bisa membentuknya dengan baik dan dia mungkin bisa menjadi Rijkaard kedua...      

Manajer Belanda itu telah memutuskan bahwa saat pertandingan berakhir, terlepas dari hasilnya, dia akan mengirimkan permohonan kepada klub dengan harapan para eselon atas itu bisa membeli George Wood dengan biaya berapapun. Dengan adanya Wood, dominansi nyata Barcelona tidak akan menjadi masalah.      

Lihat saja Nottingham Forest saat ini, Ribery, Ashley Young, Bendtner, Eastwood, dan lainnya bisa menyerang dengan berani karena adanya George Wood. Dan tanpa Wood? Semua orang harus menanggung tugas berat saat menyerang dan bertahan.      

Kalau ada seorang pemain seperti itu di dalam timnya, Ronaldinho, Xavi, Iniesta, Eto'o, Messi dan lainnya bisa mendedikasikan semua energi mereka untuk menyerang. Serangan Barcelona sudah sangat kuat. Kalau mereka bisa mengeluarkan semua kemampuan mereka dalam menyerang, dia percaya tidak akan ada tim di dunia yang bisa mengalahkan mereka.      

Semua yang dibayangkannya itu bisa dikatakan sebagai "harapan yang indah". Dia masih harus mendapatkan kembali ketenangannya dan menyelesaikan pertandingan ini.      

Bagaimana kalau pengorganisasian serangan yang dilakukan George Wood kali ini bukan kebetulan, melainkan berbasis pada kekuatannya yang sebenarnya? Bagaimana respon Barcelona? Apa dia harus memerintahkan seseorang untuk mengawasinya? Barcelona hanya punya tiga orang gelandang. Meski dua pemain sayap ikut ditarik dan menjadi lima gelandang, berapa banyak dari mereka yang bisa bertanggungjawab atas pertahanan?     

Konfigurasi lini tengah Barcelona untuk pertandingan ini adalah Iniesta dan Deco, serta Xavi. Tiga striker adalah Eto'o, Messi dan Ronaldinho.      

Tidak satupun dari keenam pemain ini memiliki spesialisasi dalam bertahan.      

Rijkaard telah berniat untuk menghancurkan Nottingham Forest dengan serangan di kandang mereka sendiri. Ketangguhan tim Forest memang berada di luar ekspektasinya. Tidak hanya mereka tidak bisa dihancurkan, tapi mereka justru bangkit dan membalas.      

Sekarang timnya tertinggal satu gol, Rijkaard harus memilih sebagai manajer. Haruskah dia memperkuat pertahanan atau haruskah dia terus menyerang?     

Dilema ini berkutat di benak pikiran pria Belanda itu selama beberapa detik saja, dan jawabannya tidak lagi diragukan. Pria Belanda itu sangat menyukai gaya ofensif dan Barcelona adalah perwakilan dari seni sepakbola; bagaimana mungkin dia bisa dipaksa bertahan di kandang sendiri hanya karena satu pemain?     

Ini bukan gayaku dan bukan gaya timku.      

Rijkaard bangkit dari kursinya, berjalan ke pinggir lapangan dan bersiul untuk menarik perhatian semua pemainnya sebelum dia mengatakan kepada mereka di lapangan dengan menggunakan isyarat tangan – jangan terlalu memikirkan kebobolan gol itu, serang terus!     

Hal ini juga sejalan dengan pikiran para pemain Barcelona di lapangan. Mereka juga tidak akan tahu bagaimana caranya bermain bertahan seandainya manajer mereka menginginkan mereka melakukan itu... dengan enam pemain ofensif, bagaimana mungkin mereka bisa bertahan hanya dengan empat bek dan satu kiper?     

Pertahanan terbaik adalah menyerang. Mereka bisa menutupi kelemahan mereka dengan serangan yang lebih kuat.      

Barcelona meluncurkan kembali gelombang demi gelombang serangan cepat melawan Nottingham Forest. Setelah mereka berhasil mengambil kendali, Nottingham Forest memilih mundur dan bertahan selama beberapa waktu sebelum nantinya menyerang balik saat momentum Barcelona mengendur.      

Terdapat sebuah pepatah dalam buku Cina kuno berjudul The Commentary of Zuo: "dalam perang dan keberanian, pukulan drum yang pertama bisa membangkitkan keberanian, pukulan drum kedua bisa menurunkannya dan pukulan drum ketiga akan menghabiskannya."     

Twain sadar kalau hal ini juga bisa digunakan di dalam lapangan sepakbola. Saat lawan sedang di kondisi puncak, mereka tidak harus menghadapinya secara langsung, melainkan mengambil inisiatif untuk menghindar. Setelah momentum lawan mengendur, saat itulah mereka bisa menyerang dan mendapatkan hasil yang mereka inginkan.      

Tidak hanya selama pertandingan ini, tapi juga di waktu-waktu yang lain. Twain mengatakan hal-hal ini kepada para pemainnya berulang kali, bahkan selama latihan ataupun saat menonton video usai pertandingan. Terkadang mereka akan menemukan diri mereka dibalas setelah mereka baru saja mencetak gol. Itu karena tim lawan sangat ingin menyamakan kedudukan setelah mereka kebobolan gol. Semangat juang lawan tidak langsung mengalami penurunan. Melainkan, ada dorongan untuk meningkat selama sesaat. Kalau tim Forest tidak bisa tenang dan menghadapinya, dan masih menganggap lawan mereka telah dipermalukan, maka lawan akan bisa mengambil kesempatan ini untuk mencetak gol dan meningkatkan tekanan, dan saat itu situasinya akan jadi berbahaya.      

Kapan semangat lawan menjadi lemah? Saat lawan menyadari bahwa apa pun yang mereka lakukan tidak bisa memberikan hasil apapun dan pertahanan mereka yang sangat solid dan ulet bisa membuat lawan merasa putus asa, dan kemudian semangat mereka akan mulai menurun.      

Karena Twain selalu menanamkan ide dan gagasan ini ke dalam timnya, pemikiran tim Forest jadi sangat terpadu dan mereka segera bergerak mundur setelah berhasil unggul atas Barcelona. George Wood, yang baru saja sedikit mempertunjukkan kemampuannya dalam menyerang, kini kembali menjadi pemain yang disorot saat sedang bertahan.      

※※※     

Saat berhadapan dengan George Wood, Ronaldinho memilih untuk mengoper bola. Tapi, saat dia mengirimkan bola keluar, dia sadar bahwa ide ini tidak ada gunanya. Nottingham Forest, yang berhadapan langsung melawan Barcelona, tiba-tiba memilih untuk bertahan sampai mati – Memang, tim Forest telah memutuskan untuk bertahan hingga akhir. Bagian depan gawang tim Forest tampak seolah-olah dililit erat oleh simpai besi. Area itu dipadati para pemain dan penuh sesak dengan orang-orang dan kaki-kaki para pemain sejauh mata memandang. Sangat sulit bagi Ronaldinho untuk bisa mengirimkan bola ke kaki rekan setimnya dengan akurat.      

Jelasnya, bola yang berhasil lolos dari semua itu akan ditendang keluar oleh Pique.      

Barcelona harus mereorganisir serangan mereka.      

Ronaldinho merasa kagum pada bagaimana sebuah tim bisa membuat perubahan taktik yang sangat besar dalam jangka waktu yang sangat singkat. Dia sangat heran dengan mengapa tim bisa dengan tegas memutuskan untuk melepaskan serangan dan memilih bertahan setelah mereka berhasil unggul.      

Dia tidak paham dengan perubahan taktis itu. Mungkinkah manajer Nottingham Forest sebenarnya seseorang yang sangat konservatif seperti yang digosipkan? Apa dia menganggap bahwa keunggulan satu gol itu akan membuat mereka bisa tertawa paling akhir dan menjadi pemenang?     

Ronaldinho mengepalkan tinjunya.      

Bola kembali ke kaki pemain Brasil itu. Berkat dua kali pengalaman sebelumnya, George Wood mengira Ronaldinho akan mengoper bola dengan segera, jadi dia tidak langsung mendekatinya.      

Tapi kali ini dia salah.      

Ronaldinho tahu ada terlalu banyak pemain di depannya dan tidak ada gunanya berusaha mengoper bola. Memecahkan pertahanan yang tak tertembus umumnya membutuhkan sebuah tembakan jarak jauh karena metode inilah yang paling sederhana. Sebenarnya, ada cara lain dan itu adalah dengan melakukan terobosan secara individu. Meski area itu dipadati para pemain, selama dia cukup terampil dan berani, dia bisa menggiring bola melalui kerumunan itu untuk membuat jalur di dalam benteng.      

Ronaldinho sangat percaya diri dengan kemampuannya sendiri. Dia memanfaatkan kesempatan dimana Goerge Wood tidak terlalu memperhatikannya dan menggunakan itu untuk mempercepat laju larinya dan mengubah arah lalu bergegas melewati salah satu sisi samping Wood.      

George Wood bergegas maju untuk bertahan, tapi Ronaldinho dengan ahli menyodok bola dan melewatinya. Setelah dia berhasil melewati Wood, pesulap sepakbola Brasil itu sama sekali tidak takut meski ada banyak orang berada di depannya.      

Dia menggerakkan tubuh bagian atasnya dan membuat Arteta yang mendatanginya salah menilai arah geraknya dan membuat keseimbangannya sendiri goyah. Ronaldinho segera mengarahkan bola menjauhi sisi samping Arteta, dan kemudian mulai menghadapi Pique yang datang ke arahnya. Dalam sebuah ruang yang sangat sempit, dia tiba-tiba saja mendorong bola ke depan dan berhasil melewatinya.      

Pique sama sekali tidak mengira kalau Ronaldinho akan berani menggunakan taktik step-over di area penalti yang penuh pemain, dimana mustahil dia bisa berlari cepat sambil membawa bola. Dia hanya bisa tetap berada di tempatnya dan menonton tanpa daya saat Ronaldinho berlari melewatinya.      

"Indah sekali! Benar-benar fantastis... Dia berada di area gawang, dan Edwin van der Sar melompat! Dan dia menembak --- "     

Ronaldinho ingin melambungkan bola, tapi Edwin van der Sar sudah siap. Meski tubuhnya terjatuh ke tangah, tangan kanannya masih terangkat tinggi. Ronaldinho menembakkan bola dan bola itu tepat menabrak tangan van der Sar. Bola itu lalu terbang keluar dari garis belakang setelah membentur tangan kiper.      

"Sayang sekali! Dia tidak berhasil mencetak gol. Edwin van der Sar berhasil menjinakkan krisis yang terjadi di depan gawang Forest tepat pada waktunya! Meski tidak terjadi gol, Ronaldinho telah menunjukkan pada kita sebuah pertunjukan terobosan individu yang indah sekali! Menghadapi pertahanan Nottingham Forest yang tak dapat ditembus, cara lain apa yang bisa digunakan selain tembakan jarak jauh? Dan itu adalah cara Brasil!"     

Siaran langsung di televisi menunjukkan punggung Ronaldinho. Dia baru saja bangkit berdiri dan melihat bola bergulir keluar dari garis belakang.      

"Satu pria telah meruntuhkan hampir seluruh lini pertahanan tim Forest. Dan dia bahkan berani mencoba trik step-over di area kotak penalti yang sempit! Kalau pemain lain yang melakukannya, dia pasti akan ditekan dengan keras! Sayang sekali penyelamatan yang dilakukan Edwin van der Sar juga sama indahnya. Sebuah serangan yang indah dan pertahanan yang indah! Untuk saat ini, seperti yang dikatakan oleh Tony Twain sebelum pertandingan, ini adalah sebuah pertandingan yang fantastis!"     

Setelah Edwin van der Sar bangkit dari tanah, dia menepukkan tangannya yang besar dan berteriak, "Fokuskan perhatian kalian! Jangan biarkan dia menerobos dengan mudah! George!" dia meneriakkan nama Wood.      

Wood menoleh ke arahnya.      

Edwin van der Sar menyilangkan lengannya dan berteriak, "Jangan biarkan dia lewat!"     

Wood mengangguk. Apa yang terjadi barusan memang disebabkan oleh kecerobohannya. Dia tidak bisa mengatakan apa-apa untuk membela diri.      

Setelah Twain melirik Albertini, yang tidak ada di bangku cadangan, dia meninggalkan kursinya dan berjalan ke pinggir lapangan. Dia menangkupkan tangannya di dekat mulutnya dan berteriak ke arah lapangan, "George! Jangan berikan dia ruang lebih dari satu meter! Tempel terus!" Dia bahkan menunjukkan gerakan menarik.      

Dorongan energi Ronaldinho yang mendadak itu membuat seluruh tim Forest merasa gugup. Mereka mulai sadar. Lawan yang berdiri di depan mereka adalah juara Liga Champions musim lalu, World Player of the Year FIFA dan gelandang nomer satu dunia saat ini. Dia memiliki kemampuan individu untuk mengubah arah pertandingan. Dia bukan bintang sepakbola biasa. Dia adalah superstar sejati.      

Arteta yang melihat bagaimana semua orang mengingatkan Wood agar memperhatikan pertahanannya merasa kalau itu sedikit terlalu kasar, jadi dia berlari untuk mencoba menghibur rekan sesama gelandangnya itu. "Jangan terlalu dipikirkan, George. Pria itu bukan pemain biasa. Dia sangat kuat. Tidak perlu merasa buruk kalau dia berhasil melewatimu satu kali, selama kita tidak kebobolan gol...."     

Dia sadar bahwa Wood kelihatannya tidak mendengar ucapannya. Dia hanya menatap kosong pada Ronaldinho, yang sedang berlari ke area bendera sudut untuk mempersiapkan tendangan sudut.      

Saat Arteta baru saja mengira kalau dia telah membuang-buang nafasnya, Wood tiba-tiba saja menoleh ke arahnya dan bertanya, "Apa dia benar-benar kuat?"     

Arteta hampir tidak merespon. Dia ingin memutar matanya ke arah Wood, "Apa kau benar-benar pemain sepakbola profesional? Bagaimana kau bisa tidak tahu apakah Ronaldinho kuat atau tidak? Saat ini dia adalah pemain terbaik di dunia. Meski aku sedikit cemburu, aku harus mengatakan itu. Dia sangat kuat; dia sangat-sangat kuat."     

Saat Wood mendengar Arteta mengatakan itu, dia mengangguk. "Kalau begitu aku lega."     

"Hah?"     

"Rasanya tidak ada artinya menang kalau dia tidak cukup kuat." Setelah mengatakan itu, Wood berlari ke area penalti, siap untuk bertahan terhadap tendangan sudut.      

Arteta berdiri diam di tempatnya seperti orang bodoh dan memandang punggung Wood yang menjauh sampai Edwin van der Sar meneriakkan namanya di depan gawang. "Bukankah kau dipihak kita? Mikel! Kemarilah dan bertahan! Apa yang kaulakukan berdiri sendirian disana?"     

Berlari kembali ke gawang, Arteta masih terus menatap Wood, sama sekali tidak menyadari situasi yang ada di sekelilingnya. Apa yang barusan dikatakan oleh Wood membuatnya waspada. Wood ingin lawannya lebih kuat, tapi dia tidak cemas tentang apakah dia akan bisa mengalahkan musuh yang kuat itu atau tidak. Apa dia benar-benar manusia?     

Arteta melihat Wood melompat tinggi di tengah kerumunan dan menekan bek tengah Barcelona yang berasal dari Meksiko, Marquez, untuk menyundul bola keluar. Para pemain di sekelilingnya menyebar keluar seperti ombak dan krisis yang lain telah berhasil dihilangkan.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.