Mahakarya Sang Pemenang

Lima Menit



Lima Menit

0Melihat Valdes menyelamatkan gawang dari tendangannya, Eastwood sama sekali tidak berusaha menghindari tekel Marquez dari belakang. Dia terjatuh saat kaki lawannya menyapunya. Saat dia bangkit kembali, kedua tangannya berada di kepalanya. Itu tadi sangat disayangkan.     

Tang En dan para pemain lain dari Nottingham Forest juga merasakan penyesalan yang sama. Hampir semua orang melakukan hal yang sama: melengkungkan tubuh ke belakang dengan kedua tangan di kepala mereka.     

Peluang seperti itu, melakukan serangan balik segera setelah berhasil merebut bola di area penalti lawan, memang sangat jarang terjadi. Kalau mereka bisa memanfaatkan peluang itu, kemungkinannya mencapai 90 persen mereka akan berhasil mencetak gol. Dan kalau bolanya berhasil masuk, itu akan sama artinya dengan memberikan jaminan kemenangan bagi Nottingham Forest yang hanya bisa bertahan secara pasif.     

Tapi Takdir sedang bermain-main dengan Forest di momen krusial ini. Aksi Valdes tadi tampak seperti refleks terkondisikan daripada aksi yang dibuat berdasarkan pertimbangannya.     

"Kondisi Valdes di dalam pertandingan ini sangat bagus. Sebagai kiper nomer dua di timnas Spanyol, dia tampil di level yang membuat lawannya merasa putus asa!"     

Tang En tahu bahwa kelemahan terbesar yang tersembunyi di lini pertahanan Barcelona adalah Oleguer. Melalui pengamatan Eastwood sendiri, dia juga tiba di kesimpulan yang sama. Jadi, dia memilih untuk menekan Oleguer dalam upayanya merebut bola dan dia memang berhasil melakukannya. Apa yang tidak diduganya adalah bagaimana Valdes bisa tampil dengan sangat baik hari ini.     

Tendangan Eastwood barusan menakuti para pemain Barcelona. Bahkan saat tim Forest bersiap untuk melakukan tendangan sudut, jantung mereka masih berdetak sangat kencang.     

Kali ini, Barcelona telah mengatur pertahanan mereka untuk menghadapi bola atas. Tendangan sudut Forest tidak berhasil mengancam gawang mereka.     

Tapi, kalau Barcelona berniat mengendurkan kewaspadaan dan menganggap tim Forest hanya sedang beruntung, mereka jelas salah.     

Segera setelah itu, Forest meluncurkan serangan yang lain. Di lini tengah, Arteta dan Albertini melakukan kombinasi wall pass dan diikuti umpan langsung ke lini depan. Dalam persaingan kecepatan antara Eastwood dan Puyol, Eastwood yang staminanya masih kuat karena baru dimasukkan berhasil unggul. Di waktu yang bersamaan, dia membiarkan bola melewatinya sebelum tiba-tiba mempercepat larinya ke area penalti! Melihat Eastwood memasuki area penalti, Puyol tidak punya pilihan lain. Tadi dia berbalik dengan lambat dan membuatnya hanya bisa menempel di belakang lawan. Sekarang, dia mencoba mengganggu Eastwood dari belakang. Kalau dia berusaha mentekelnya sekarang, itu hanya akan membuat Forest dihadiahi tendangan penalti. Hal yang sama sekali tidak boleh terjadi.     

"Eastwood! Dia masih sangat energik. Inilah peluang bagi Nottingham Forest... pertarungan satu-lawan-satu! Tembak!"     

Sayang sekali. Tendangan itu tidak bisa dilakukan dari sudut yang bagus karena adanya gangguan yang intens dari Puyol. Bola berhasil ditangkap oleh Valdes saat dia menjatuhkan dirinya ke tanah untuk menyelamatkan gawang.     

"Valdes! Penampilannya membuat Barcelona masih memiliki harapan!"     

※※※     

"Ah, ke**rat! Sial!"     

Diluar lapangan, Tang En hampir saja melompat bangkit saat dia melihat adegan itu. Karena pertandingan semakin mendekati akhir, dia merasa semakin cemas.     

Satu-satunya kekurangan dari memiliki satu penyerang adalah setelah dia menerima bola, dia tidak akan mendapatkan dukungan di sekelilingnya dan hanya bisa mengandalkan kemampuannya sendiri dalam menggiring bola dan menembak ke gawang. Dia tidak akan mendapatkan peluang yang lebih baik setelah dia mulai ditekan oleh lawan.     

Melacak balik asal muasal penyebab kegagalan ini, semua ini terjadi karena Forest kekurangan satu pemain. Kalau mereka memiliki tim utuh dengan 11 pemain, salah satu dari dua peluang Eastwood tadi pasti sudah membuahkan gol.     

Selama pertarungan satu-lawan-satu barusan, nyaris tidak ada pemain di lini pertahanan Barcelona karena mereka semua terfokus untuk menyamakan skor. Hal ini membuat Eastwood bisa memasuki area penalti dengan mudah. Pada saat itu, kalau saja ada satu pemain Forest lain yang mengikutinya ke tengah area penalti, Eastwood akan memiliki lebih banyak ruang gerak, terlepas dari apakah tendangannya diarahkan ke gawang atau memberikan umpan ke tengah. Dia tidak akan terpaksa melakukan tembakan ke gawang setelah ditekan oleh Puyol hingga nyaris tak berkutik.     

Baik Arteta dan Albertini sudah tidak bisa berlari lagi. Pada saat ini, memerintahkan mereka berlari cepat ke depan dan mengikuti Eastwood adalah permintaan yang sangat tidak realistis.     

Tang En menggigit bibirnya. Pengusiran Edwin van der Sar adalah titik balik pertandingan ini. Hal itu memberikan dampak yang besar terhadap jalannya pertandingan. Seiring berlalunya waktu, dampak ini berkembang semakin besar dan semakin menguntungkan bagi Barcelona.     

Sejak awal, Tang En menginginkan duel yang adil dengan lawannya. Dia sama sekali tidak menyangka kalau timnya akan dirugikan sejak awal pertandingan.     

Inilah hal yang membuatnya marah. Dia masih bisa menerima keputusan wasit yang mengesahkan gol Giuly dan memberikan kartu kuning bagi Edwin van der Sar sebagai peringatan. Itu akan memberikan efek jera dan di waktu yang bersamaan menjamin berlangsungnya pertandingan dengan lancar dan masih mempertahankan nilai hiburannya. Sekarang, tim Forest yang kekurangan satu pemain, kesulitan untuk menyelamatkan gawang mereka sendiri, apalagi harus bermain dengan indah melawan Barcelona.     

Tang En tidak menganggap kipernya sendiri, Edwin van der Sar, sebagai pihak yang merusak pertandingan final ini melainkan Hauge, si pria Norwegia yang menjadi wasit pertandingan itulah yang melakukannya.     

※※※     

Tidak bisa memecah kebuntuan, Barcelona juga mulai gelisah.     

Setelah melihat sekilas waktu pertandingan di layar besar, Rijkaard memutuskan untuk bertaruh. Di menit ke-71, Ofisial Keempat mengisyaratkan pergantian pemain yang dilakukan oleh Barcelona.     

Melihat ini, Tang En menatap cemas ke arah bangku pemain cadangan di sisi Barcelona. Dia melihat pemain nomer dua Belleti dan pemain nomer tujuh Larsson bangkit berdiri dan melangkah ke arah Ofisial Keempat.     

Bahkan pemain cadangan yang diturunkan juga sama!     

Kerslake juga melihatnya. Dia merasa kagum karena Tony bisa menebak dengan benar tentang pemain cadangan yang akan diturunkan oleh lawan. Tapi, dia sama sekali tidak tahu bahwa Tang En sedang merasakan emosi yang benar-benar berbeda.     

"Barcelona melakukan pergantian pemain. Rijkaard menghabiskan kuota pergantian pemainnya. Dia mempertaruhkan semuanya untuk ini! Ini adalah pergantian pemain untuk memperkuat serangan tim. Larsson akan menggantikan gelandang bertahan Mark van Bommel, sementara Belleti akan menggantikan bek belakang Oleguer Presas, yang tampil buruk."     

Itu mungkin dua hal terakhir yang semakin memperkuat keyakinan Tang En.     

Tang En bangkit dari kursinya dan segera berjalan ke pinggir lapangan. Mengambil peluangnya saat Barcelona melakukan pergantian pemain, dia meniup peluitnya ke arah lapangan, meminta para pemain Forest untuk memandang ke arahnya.     

"Jaga Eto'o dan Larsson! Waspadai gerakan Belleti yang menusuk ke depan dan pertahankan sayap kita! Jangan beri mereka kesempatan!"     

Menurut ingatannya, dua pemain yang baru diturunkan di menit-menit terakhir inilah yang akan mengubah hasil pertandingan. Larsson memberikan assist bagi Eto'o untuk mencetak gol yang menyamakan skor. Lalu tidak lama kemudian, kombinasi Belleti dan Larsson akan membuat mereka bisa memasuki area penalti dari samping. Belleti akan menerima umpan Larsson dan menembak ke gawang dari sudut yang sempit, melewati selangkangan kiper Arsenal, Almunia, dan mencetak gol yang akan membalikkan keadaan.     

Tang En percaya bahwa selama mereka bisa menjaga tiga pemain ini, serangan Barcelona tak akan terwujud. Tak diragukan lagi, Forest kemudian akan meraih kemenangan. Dia akan menjadi manajer termuda dan tersukses. Tim Forest dan namanya akan diukir ke dalam sejarah Liga Champions UEFA, serta sejarah sepakbola Eropa.     

Pada dasarnya, cita-cita adalah hal yang indah.     

※※※     

Sesuai instruksi Tang En, Forest segera menyesuaikan strategi pertahanan mereka. Mereka memperkuat pertahanan di dua koridor di sayap dan memperketat penjagaan terhadap Eto'o dan Larsson.     

Seperti yang diprediksikan Tang En, Eto'o mengambil inisiatif untuk pindah ke sayap setelah tidak bisa menemukan jalan melalui lini tengah. Dia berharap bisa menggunakan kecepatannya untuk menciptakan peluang di sayap.     

Dia sama sekali tidak berdaya. Seolah-olah Forest sudah tahu apa yang hendak dilakukannya. Dia baru saja berpindah ke sayap saat dia melihat fokus pertahanan Forest mengikutinya. Di lini tengah, dia seringkali harus menghadapi dua orang pemain sendirian; dan sekarang semuanya tidak berubah meski dia telah pindah ke sayap.     

Lima menit berlalu. Hingga saat ini, pengaruh pergantian pemain Barcelona masih belum terlihat. Sebaliknya, pertahanan Forest sudah dilakukan dengan tepat. Larsson jelas dijaga ketat oleh Pepe; dia nyaris tidak bisa berbalik, apalagi mengangkat sebelah kaki untuk menembak ke gawang.     

Eto'o juga digiring keluar dari area penalti oleh pertahanan yang ketat, sama sekali tidak punya pilihan lain kecuali bergerak mondar-mandir di sayap.     

Belleti? Meski dia berhasil maju ke depan, dia hanya bisa mengoper bola di area luar kotak penalti.     

Iniesta mengoper bola ke Larsson. Larsson, yang punggungnya menghadap gawang, tidak bisa menembak. Satu-satunya hal yang bisa dilakukannya adalah mengoper bola. Melihat Larsson memiliki bola, Eto'o mulai memotong ke dalam melalui sayap, berencana melakukan serangan kombinasi dengan Larsson. Melihat ini, bek belakang Forest, Chimbonda, menggertakkan giginya dan berlari mengikuti Eto'o, menjaganya dengan ketat dan sama sekali tidak akan membiarkannya menerima bola dengan mudah.     

Pada saat itu, tatapan semua orang terfokus pada Eto'o.     

Tapi Larsson tidak melakukan pergerakan seperti yang diingat Tang En, dimana dia seharusnya mengoper bola ke Eto'o yang memotong ke dalam. Dia menunjukkan gelagat seperti itu, tapi justru mengoper bolanya ke Ronaldinho yang ada di depannya!     

Apa ada yang memperhatikan pria Brasil itu?     

Tidak.     

Albertini sudah berlari ke sayap untuk membantu menjaga Eto'o, sementara Arteta mengawasi Larsson. Pepe juga menjaga Larsson dalam jarak dekat. Pada waktu yang bersamaan, Pique menjaga Giuly. Tidak ada seorangpun yang menyadari Ronaldinho, yang telah bergerak mundur dengan diam-diam.     

Pria Brasil itu tidak menunggu para pemain Forest bereaksi. Dia menerima bola dan langsung melepaskan tendangan voli!     

Paul Gerrard berusaha menyelamatkan gawang, tapi tembakan Ronaldinho terlalu mendadak. Dia sama sekali tidak siap. Langsung melompat dari tempatnya berdiri saat itu pun sama sekali tidak bisa membuatnya mendekati bola...     

"GOOOOOOL! GOOOOOOL!!" komentator Catalan itu bangkit dari kursinya. Mereka telah menunggu lama untuk saat seperti ini.     

"Barcelona berhasil menyamakan skor! Ronaldinho telah menjadi penyelamat tim ini!"     

"Kerja keras Nottingham Forest selama ini terbuang sia-sia!"     

Teriakan penuh semangat dari berbagai negara di area komentator bergabung menjadi sebuah gelombang kebisingan.     

Fans Barcelona di tribun Stade de France tampak riang gembira. Mereka bersorak dan meneriakkan nama Ronaldinho, pahlawan mereka.     

Sementara itu, para pemain Nottingham Forest hanya bisa berdiri termenung di lapangan, memandang tak percaya pada bola yang kini ada di dalam gawang mereka.     

Kerja keras mereka selama 40 menit, dan semuanya menguap tak tersisa.     

Setelah berlari cepat mengikuti Eto'o, bahkan seseorang seperti Chimbonda harus berbaring di tanah, menarik kakinya selurus mungkin. Kakinya kram.     

Area teknis dan bangku pemain cadangan Barcelona dipenuhi suara sorakan gembira. Kubu Nottingham Forest sama sekali tidak tampak bersemangat.     

Tang En bersandar di kursinya, dia bahkan tidak bisa mengumpulkan kekuatan untuk memaki.     

Barcelona menyamakan skor seperti yang "direncanakan". Tapi pencetak golnya bukan Eto'o. Melainkan Ronaldinho! Sebuah kandidat yang sama sekali tidak diperhitungkan olehnya. Dia telah memfokuskan perhatiannya pada pemain di dalam ingatannya dan mengabaikan pemain lain yang juga berbahaya.     

Itu adalah kesalahannya. Dia tidak berhak untuk memaki dan menyumpah.     

Sejak awal, situasinya sangat mirip. Itu membuatnya mengira kalau pertandingan ini akan berjalan sesuai dengan apa yang ada di dalam ingatannya. Bahkan, dia menganggap kalau ini bukanlah hal yang buruk. Keunggulannya terhadap lawan terletak pada fakta bahwa dia memiliki ingatan sebelum dia bertransmigrasi. Dia tahu apa yang akan terjadi di bagian akhir pertandingan, jadi dia bisa menerapkan strategi untuk mengatasinya sejak awal. Itulah sebabnya mengapa dia meminta tim bertahan dengan sangat ketat terhadap Eto'o dan Larsson sambil mempertahankan sayap mereka; dua gol Barcelona diawali dan dicetak dari sayap.     

Tapi kecerdikannya ini seperti senjata makan tuan. Kesuksesannya berasal dari ingatan transmigrasinya, dan kegagalannya juga sama... Hal yang diketahuinya sebelum ini telah membatasi ruang lingkup pemikirannya, dan dia tidak bisa melampauinya. Pada akhirnya, dia dikenalikan oleh ingatannya sendiri.     

Dia bersandar ke kursi dan menatap langit. Dia tiba-tiba saja tersadar. Menurut ingatannya, pertandingan final ini tidak diawali dengan hujan. Di babak pertama, sama sekali tidak ada setetes air hujan yang turun dari langit. Hujan deras baru mulai terjadi di babak kedua...     

Kepalanya sakit dan dia memijat pelipisnya.     

Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?     

※※※     

Di menit ke-71, Rijkaard melakukan pergantian pemain terakhir, memutuskan untuk mempertaruhkan semuanya. Lima menit kemudian, di menit ke-76, Ronaldinho menerima umpan dari Larsson dan melepaskan tembakan jarak jauh yang berhasil membuat timnya menyamakan skor.     

Setelah itu, momentum Forest seolah menghilang dengan cepat. Saat menerima pukulan berat semacam ini, Forest yang sebagian besar diisi para pemain muda, tidak sanggup pulih dengan cepat.     

Albertini sudah mengalami berbagai gelombang pasang surut di sepanjang karir profesionalnya. Tapi saat ini, dia tidak bisa melakukan apa-apa kecuali menyemangati timnya dengan kata-katanya; dia sudah terlalu lelah dan tidak lagi bisa berlari. Bertanding dengan hanya 10 pemain, mereka harus berlari lebih jauh untuk mengkompensasinya. Rasa tanggungjawab membuat Albertini berlari lebih jauh daripada pemain lainnya. Chimbonda sudah jatuh ke tanah, kakinya kram, sementara Albertini juga sudah beberapa kali hampir merasakan kram.     

Dalam situasi ini, berteriak dengan suara keras kepada rekan-rekannya agar mereka tidak menyerah adalah upaya yang sia-sia. Stamina semua orang sudah mencapai batas mereka. Siapapun bisa meneriakkan beberapa kata penyemangat, tapi itu tidak akan bisa mendorong semangat juang mereka semua.     

Kalau George Wood ada di lapangan, dia tidak akan meneriakkan kata-kata penyemangat. Tapi dia bisa menggunakan aksinya yang berlari tanpa henti untuk memicu kegilaan yang tersembunyi di lubuk hati rekan setimnya. Seringkali, tindakan lebih kuat daripada kata-kata; melakukannya selalu lebih baik daripada mengatakannya.     

Sayang sekali. Pada saat ini, orang yang bisa membuat seluruh tim berbuat gila sedang duduk di tribun VIP. Dia menonton pertandingan bersama ibunya dan ketua klub.     

※※※     

Kalau dipikir secara logis, bahkan setelah Barcelona menyamakan skor, tim Forest belum pasti kalah. Mereka masih bisa mengulur waktu hingga mencapai babak tambahan dan adu penalti. Dengan begitu, meski akan ada banyak orang yang tumbang karena kram, itu masih lebih baik daripada kalah dalam kurun waktu 90 menit. Tapi kebobolan gol telah memberikan pukulan psikologis yang berat terhadap para pemain muda Forest.     

Semua kerja keras mereka yang dilakukan tanpa mempedulikan tubuh mereka sendiri, bertarung habis-habisan... semua itu untuk apa? Bukankah itu semua untuk mempertahankan keunggulan satu gol melawan Barcelona?     

Sekarang setelah keunggulan mereka sudah hilang, tidak ada yang sadar bahwa mereka bisa mengulur waktu hingga babak tambahan dan adu penalti. Mereka hanya terus bermain, teralihkan dan termenung seolah-olah telah kehilangan jiwa mereka.     

Selain bertahan secara spontan, mereka sama sekali tidak tahu apa yang bisa mereka lakukan; mereka tidak lagi punya kemampuan untuk menyerang dan tidak ada stamina yang tersisa. Apa lagi yang bisa mereka lakukan kecuali bertahan?     

Tang En tidak berharap Barcelona akan mengulur waktu hingga babak tambahan. Berdasarkan status fisik timnya saat ini; babak tambahan hanya akan mengulur kekalahan mereka selama 30 menit.     

Dia perlu meningkatkan serangan. Saat ini, bertahan tidak terlalu berguna.     

Dia memanggil Bendtner dari bangku pemain cadangan.     

Dia baru akan menggunakan kuota terakhirnya untuk menyesuaikan lini depan. Tang En bermaksud mempertaruhkan semuanya. Dia tidak lagi peduli dengan hal-hal bodoh seperti bagaimana pertandingan itu berjalan di dalam ingatannya. Dia hanya tahu kalau pertandingan mencapai babak tambahan, tim Forestnya akan tamat.     

Dia membutuhkan satu gol.     

"Nicklas. Tidak perlu melakukan pemanasan. Kau akan masuk sekarang, kita sudah kehabisan waktu. Ingat, didalam sana kau harus mencetak gol. Cobalah dengan segala cara dan dapatkan satu gol! Aku tak peduli metode apa yang kaugunakan, selama kau bisa mencetak gol! Kalau kau ingin menggunakan tanganmu untuk mencetak gol, jangan biarkan wasit keparat itu melihatmu! Kalau kau ingin berpura-pura jatuh dan mendapatkan tendangan penalti, buatlah agar terlihat nyata!"     

Saat Tang En meraih Nicklas Bendtner untuk memberinya pengarahan akhir, Barcelona kembali meluncurkan serangan. Ronaldinho dan Deco melakukan taktik wall pass di depan area penalti. Saat semua orang mengira Ronaldinho akan menggunakan tekniknya untuk memasuki area penalti, dia justru memberikan umpan diagonal. Kali ini, targetnya adalah Eto'o, yang bergerak memotong ke tengah dari sayap.     

"Eto'o – Eto'o! Gol lagi! Gol lagi – Ya Tuhan, mereka berhasil memasukkan dua gol dalam kurun waktu lima menit, mereka berhasil membalikkan keadaan!"     

Tribun penonton tiba-tiba saja dipenuhi gelombang sorakan, membuat Tang En terlompat kaget di tepi lapangan.     

Asisten manajer David Kerslake, yang berada di belakangnya, membanting papan taktis yang dipegangnya dengan marah.     

Tang En menoleh ke tepi lapangan dengan mata melebar. Dia melihat para pemain Barcelona melakukan perayaan gol yang gila-gilaan. Mereka saling bertumpukan, menindih Eto'o yang berada paling bawah. Sementara itu, para pemain Forest berdiri seperti patung kayu di tengah lapangan.     

"Ke**rat... Ini konyol!"     

Para pemain di bangku pemain cadangan menutupi wajah dan memegangi kepala mereka, tidak ingin melihat lawan mereka bersorak gembira.     

Bendtner berdiri di samping Tang En dan merasa ragu, bertanya, "Boss... apa kau masih... ingin aku pergi kesana?"     

Tang En memutar kepalanya untuk memandang ke arah lapangan dan menggertakkan giginya. "Ya!"     

Lalu dia kembali memandang Bendtner. "Apa kau masih ingat apa yang barusan kukatakan?"     

Bendtner mengangguk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.