Mahakarya Sang Pemenang

Para Pemuda Wilford



Para Pemuda Wilford

0Dunn masih belum menjawab emailnya, dan Twain tahu kalau menunggunya menjawab akan terlalu lama. Staf pelatih Tim Pertama saat ini masih libur dan dia tidak bisa melakukan apa-apa sendirian.      

Dia memikirkan tentang tim pemuda Forest. Dia sudah lama sekali tidak kesana. Meski laporan tentang tim pemuda selalu dikirimkan ke mejanya setiap beberapa waktu sekali, meninjau data laporan tidaklah sama dengan mengunjungi lapangan latihan untuk mengamati secara langsung.      

Kalau rencana stadion baru Allan dan Edward akan diterapkan, dia tidak akan memiliki dana untuk transfer pemain di musim baru. Kalau dia masih ingin berkompetisi dengan tim kuat lainnya di pasar transfer dalam mendapatkan pemain bintang, dia akan tampak kurang percaya diri tanpa adanya dukungan finansial yang kuat. Twain ingat saat Wenger si "Professor" harus mengencangkan ikat pinggangnya saat masih membangun Stadion Emirates yang baru. Kalau Arsenal bisa melengkapi timnya dengan para pemain yang dikembangkan oleh sistem pelatihan tim pemuda mereka sendiri, kenapa Nottingham Forest tidak bisa melakukan hal yang sama? Level pelatihan tim pemuda Nottingham Forest juga bisa dianggap sebagai yang terbaik di Inggris.      

Mereka mungkin tidak bisa menghasilkan Bale atau Wood kedua, tapi setidaknya mereka akan bisa menghasilkan beberapa pemain cadangan yang bagus, kan?     

Dengan gagasan ini, Twain langsung pergi ke kompleks tim pemuda di sebelah utara Wilford.      

Tidak seperti Tim Pertama, tim pemuda sudah mulai berlatih. Selain itu, kamp sepakbola yang dibuka untuk berbagai sekolah sudah berjalan. Sebelum dia melangkah masuk, Twain sudah mendengar suara tawa dan suara peluit.      

Dia memakai kacamata hitam dan diam-diam bersembunyi di bawah naungan sebuah pohon untuk mengamati dengan tenang. Dia tidak ingin langsung menghampiri manajer tim pemuda, Ian Greenwood. Dia memutuskan untuk mengamati sendiri lebih dulu.      

Ada sejumlah orang disekitar lima lapangan latihan di kompleks latihan pemuda. Kebanyakan diantara mereka adalah orang tua dari anak-anak yang sedang bermain bola di lapangan, sementara yang lainnya adalah para perekrut dari klub lain.      

Sama seperti Southampton yang tidak bisa menghentikan Twain dari merekrut Bale, Nottingham Forest juga tidak bisa menghentikan perekrut dari klub lain untuk datang kemari dan mengambil pemain mereka.      

Kompleks latihan tim pemuda sangatlah ramai, yang tidak terjadi sepanjang musim karena banyak anak tersebar ke berbagai sekolah atau kamp latihan di area lain. Kamp-kamp latihan itu tidak terlalu besar. Setiap kamp latihan hanya memiliki sekitar lima puluh anak dengan delapan pelatih. Kamp latihan bukanlah bagian dari tim pemuda reguler Nottingham Forest. Anak-anak yang tertarik dengan sepakbola bisa menerima latihan dasar di kamp. Lalu, selama empat hari terakhir tiap bulan, mereka akan mengumpulkan semua anak-anak ini ke Wilford dan melakukan latihan intensif serta kompetisi. Manajemen tim pemuda akan memilih anak-anak berbakat dari semua kamp itu dan menandatangani kontrak magang dengan mereka. Dengan begitu mereka akan bergabung dengan tim Forest secara resmi.      

Saat itu musim panas, dan anak-anak dari berbagai kamp latihan, dipimpin oleh pelatih mereka, datang ke Wilford untuk berpartisipasi dalam kamp sepakbola. Mereka akan bermain bola bersama untuk menguji hasil latihan mereka. Kalau penampilan mereka luar biasa, mereka bisa dilihat oleh perekrut profesional atau dipromosikan ke tim pemuda reguler Nottingham Forest atau... terbujuk oleh perekrut tim lain dan lidah perak mereka.      

Yang paling muda dari anak-anak ini adalah enam tahun dan yang tertua berusia delapan belas tahun. Mereka akan bermain dalam kelompok yang sesuai dengan rentang usia mereka. Meski saat itu bising, semuanya berjalan tertib. Hal ini berkat sistem operasional di klub Nottingham Forest yang telah berusia lebih dari satu dekade.      

Dulu, Jenas, Michael Dawson, dan Andy Reid adalah idola anak-anak ini. Sekarang idola mereka adalah George Wood, Gareth Bale dan Wes Morgan, yang telah memenangkan gelar juara Liga Champions.      

Twain menonton permainan tiap kelompok usia, satu demi satu.      

Selama beberapa waktu, matanya masih belum tertarik pada anak manapun.      

Dia merasa sedikit kecewa. Dia tidak tahu apakah itu karena level pelatihan tim pemuda Forest tidak sebagus di Arsenal, Manchester United, Liverpool dan Chelsea, ataukah dia sudah terbiasa melihat para pemain bintang kelas dunia dan karenanya tidak bisa melihat potensi dalam diri anak-anak yang masih belum matang ini?     

Bagaimanapun juga, tidak semua anak memiliki bakat yang memukau seperti George Wood dan Gareth Bale dan bisa ditemukan dengan mudah di antara sekelompok besar anak-anak ini.      

Setelah satu sesi, Twain memutuskan untuk pergi mencari Ian Greenwood dan melihat apakah dia bisa merekomendasikan bibit pemain yang bagus.      

※※※     

Ian Greenwood sedang memimpin tim Forest U-18 dalam melakukan latihan rutin mereka. Para pemuda di kelompok usia ini adalah yang paling mendekati usia pemain sepakbola profesional. Beberapa diantara mereka bisa dipromosikan ke Tim Pertama Nottingham Forest kalau mereka beruntung. Mereka yang kurang beruntung hanya bisa pergi ke tempat lain untuk menemukan jalan lain atau menjadi pemain cadangan.      

Sepakbola profesional tidaklah sehebat yang dibayangkan oleh banyak orang, dengan peluang terbuka dimana-mana, dan seseorang bisa menjadi pemain bintang hanya dengan bermain bola.      

Selain bakat, seseorang juga membutuhkan keberuntungan untuk bisa mencapai sukses.      

George Wood dan Gareth Bale adalah produk terbaik dari sistem pelatihan tim pemuda Forest sejauh ini. Kesuksesan mereka telah mendapatkan perhatian klub-klub papan atas. George Wood telah dihubungkan dengan beberapa rumor transfer dan Gareth Bale juga memiliki rumor tentang banyaknya klub yang ingin mendapatkannya.      

Kesuksesan mereka telah meningkatkan tekanan yang dirasakan Ian Greenwood.      

Kedua pemain itu ditemukan dan dibentuk oleh Tony Twain saat dia masih menjabat sebagai manajer tim pemuda. Greenwood bisa dikatakan masih punya andil dalam membina Bale, tapi George Wood yang lebih mengesankan sepenuhnya dikembangkan oleh Twain.      

Setelah kedua pemain ini, ekspektasi untuk tim pemuda Forest sangatlah tinggi. Antisipasi yang kontinyu terhadap output bakat dan pemain hebat dari tim pemuda tidaklah mudah untuk ditangani.      

Semua orang ingin memiliki 'anak-anak Busby' di tangan mereka, serta 'angkatan 92 asuhan Ferguson', tapi kombinasi dari berbagai faktor akan diperlukan untuk bisa mengumpulkan sejumlah besar pemain jenius di sebuah kelompok usia tertentu.      

Kelompok U18 yang saat ini diasuh Greenwood memiliki beberapa bibit yang bagus. Kalau sekarang adalah empat tahun yang lalu, mereka pasti akan langsung dipromosikan ke Tim Pertama dan bermain sebagai pemain utama, tapi sekarang...      

Sebenarnya, level pelatihan di tim pemuda Forest tidak bisa mengimbangi kemajuan yang dibuat oleh Tim Pertama Forest. Ini bukan berarti standar tim pemuda Forest mengalami penurunan, hanya saja Tim Pertama berkembang terlalu cepat...      

Twain telah meminta klub untuk meningkatkan dana bagi kompleks pelatihan tim pemuda, yang jelas bukan permintaan asal-asalan. Dia sangat menyadari ketidakkonsistenan antara kedua tim ini. Tidaklah mustahil bagi Tim Pertama untuk memperlambat lajunya dan menunggu tim pemuda agar mengejar ketinggalan. Satu-satunya cara untuk itu adalah dengan membuat tim pemuda meningkatkan standar mereka ke level yang sangat tinggi. Seperti halnya klub Chelsea pimpinan Abramovich, dia mengucurkan uang untuk membangun kamp pemuda yang paling modern, membeli peralatan terbaik, menggunakan gaji tinggi untuk menarik dan merekrut pelatih tim pemuda terbaik dari berbagai tempat, dan kemudian mengontrak tim pemuda terbaik dan menarik minat pemain jenius muda yang luar biasa dari berbagai tempat. Kombinasi dari semua faktor ini telah membuat tim pemuda Chelsea melompat ke peringkat empat teratas dan bisa mengimbangi laju tim pemuda klub veteran lainnya seperti Manchester United, Arsenal dan Liverpool.      

Ian Greenwood tidak tahu bahwa klub tidak memiliki rencana untuk menginvestasikan lebih banyak dana ke tim pemuda dalam waktu dekat. Jenis mood seperti apa yang ditunjukkannya kalau dia tahu?     

Ada beberapa pemain yang melihat Tony Twain berjalan ke lapangan latihan dan mereka menyapa manajer legendaris yang telah dipromosikan dari tim pemuda itu dengan senang.      

Suara-suara itu menarik perhatian Greenwood, yang menoleh dan melihat Twain. Dia melemparkan peluitnya ke asistennya dan berjalan menghampiri.      

"Tony, senang melihatmu datang kemari," katanya setengah bercanda.      

Saat Twain adalah kepala di kompleks latihan ini, Ian adalah salah satu pria bawahan Twain. Setelah Twain pergi dan asisten manajer Twain, Kerslake, dipromosikan menjadi manajer tim pemuda, dia menjadi asisten pelatih Kerslake. Lalu saat Dunn menjadi manajer dengan pengetahuan profesional dan skill melatihnya yang luar biasa, dia kembali menjadi asisten Dunn. Dunn hanya tinggal selama satu musim sebelum kemudian ditransfer ke Tim Pertama oleh Twain untuk bekerjasama secara langsung sebagai asisten manajernya. Setelah bertahun-tahun menaiki tangga karir, Ian Greenwood akhirnya menjadi manajer tim pemuda.      

"Aku disini untuk melihat hasil kerjamu." Sebagai atasan, Twain tidak perlu berbicara basa-basi.      

"Kukira Tim Pertama hanya membeli pemain dari luar." Karena mereka memiliki hubungan kerja sejak lama, Greenwood tidak harus berbicara terlalu sopan saat menjawabnya.      

Twain tersenyum pahit. "Bagaimana mungkin bisa semudah itu? Pemain yang kita inginkan mungkin tidak akan datang meski kita punya uang dan pemain yang ingin bergabung belum tentu pemain yang kita butuhkan."     

Greenwood menatap Twain dan tiba-tiba saja memikirkan sebuah kemungkinan. Dia bertanya dengan ragu-ragu, "Ermm, Tony. Apa karena kau tidak punya uang jadi kau datang kemari untuk mencari yang murah?"     

"Hey!" Twain melotot ke arahnya. "Apa kau mendengar sendiri apa yang baru saja kaukatakan. Apa yang kau maksud dengan mencari yang murah?! Mereka adalah harapan masa depan tim kita!" seru Twain sambil menunjuk ke arah para pemuda yang sedang bekerja keras dan tampak serius saat melakukan latihan. "Tapi..... Anggaranku sedikit ketat belakangan ini."     

Greenwood tertawa.      

"Banyak hal yang terjadi diluar sana. Apa kau melihat ada yang bagus?" Dia menunjuk ke arah latihan U18 yang dilakukan di ujung utara kompleks dan di bagian paling dalam. Disana jauh lebih tenang daripada di bagian luar.      

Twain menggelengkan kepala. "Terlalu banyak orang. Aku tidak bisa menemukan apa yang kumau dalam waktu singkat. Tapi bukankah orang-orangmu juga ada disana? Mereka tidak mengatakan padamu sesuatu yang menarik?"     

"Akan membutuhkan beberapa hari sebelum kita tahu soal itu."     

"Yah... Baiklah, langsung saja. Apa ada seseorang yang bisa kau rekomendasikan ke Tim Pertama disini?" tanya Twain.      

Greenwood melirik sekilas ke arah Twain, dengan sudut bibir sedikit terangkat. "Kau harus menemukanya sendiri, Tony."     

Ini lagi!     

Permainan kecil tradisional ala Paul Hart telah dilestarikan diantara para pelatih Forest.      

Twain melotot ke arah Greenwood dan kemudian berdiri di pinggir lapangan untuk mengamati dengan seksama.      

Perhatiannya terpaku pada seorang pemuda jangkung. Itu bukan karena anak itu bermain dengan bagus. Orang-orang selalu memperhatikan mereka yang memiliki fisik mencolok lebih dulu, baik itu pria dan wanita.... Misalnya, pemuda itu sangatlah jangkung sehingga mustahil untuk tidak melihatnya.      

Dia bersiul dan berkata pada Greenwood, "Anak itu pasti sekitar enam kaki tiga inci, kan?"     

Greenwood menggelengkan kepalanya. "Tidak, enam kaki tujuh inci."     

Twain terkejut.      

Enam kaki tiga inci berarti sekitar 1.94 meter dan enam kaki tujuh inci berarti lebih dari dua meter.      

Dia kembali memperhatikan pemuda bertubuh besar itu. Dia lebih jangkung daripada semua orang lain di lapangan. Dua meter bukan hal yang main-main.      

"Berapa usianya?"     

"Tujuh belas tahun."     

"Hmm..." Twain terus mengamati.      

Pemuda raksasa itu bermain sebagai bek tengah di lapangan. Dia sedang berlatih melakukan sundulan kepala karena tinggi tubuhnya memberinya keunggulan dalam bola atas. Umumnya, pemain dengan tinggi badan sejangkung ini biasanya tidak bisa melompat dengan baik, karena struktur tubuh mereka menentukan bahwa mereka tidak bisa melompat terlalu tinggi. Tapi, pemuda itu melompat dengan sangat baik.      

Setelah dia selesai melatih sundulan kepala, dia mengikuti rekan-rekan setimnya untuk melakukan lari mundur.      

Dia juga tidak lamban.      

Twain sedikit tertarik pada raksasa bola atas ini, yang tidak lamban dan bisa melompat dengan baik. "Siapa namanya?"     

"Aaron Mitchell. Saat ini dia adalah inti pertahanan belakang tim. Kualitas fisiknya luar biasa, tapi kekurangannya juga tampak jelas – skill tekelnya sangat buruk. Sundulan kepalanya tidak terlalu bagus untuk seseorang sejangkung dirinya."     

Twain mengangguk. "Biarkan dia berlatih selama dua tahun dan perhatikan hasilnya. Kalau memang memungkinkan, dia bisa dipinjamkan keluar untuk berlatih. Tubuhnya adalah berkah untuknya, sementara untuk kemampuannya... sebaiknya kita melatihnya pelan-pelan."     

Kedua pria itu melepaskan pandangan dari raksasa jangkung itu dan mencari target berikutnya.      

Asisten pelatih tim pemuda jelas tahu apa yang sedang dilakukan oleh Twain di pinggir lapangan.      

Dia tidak berkonsultasi dengan manajer tim pemuda, Ian Greenwood, sebelum dia memutuskan untuk mengubah rencana latihan dan memisahkan para pemain menjadi beberapa tim untuk bertanding di lapangan.      

Sejak dia menjadi kepala pelatihan tim pemuda, Twain telah menanamkan sebuah prinsip untuk kompleks pelatihan tim pemuda Forest yakni 'semuanya harus menggunakan standar pertandingan aktual'. Setiap tim memiliki fitur-fitur dan tradisi-tradisi yang unik. Tradisi tim Forest saat ini adalah 'hasil dan kompetisi lebih dulu'. Oleh karena itu, para pemain muda di pelatihan tim pemuda juga bermain sesuai dengan standar sebuah pertandingan. Kalau sundulan kepala yang penuh gaya dari seorang pemuda berhasil mendapatkan sorak-sorai penonton, Twain tidak akan mempertimbangkannya. Tidak ada manajer yang akan memberikan kesempatan bagi pemain manapun untuk bermain seperti itu di dalam sebuah pertandingan. Dia menuntut agar pelatihan juga memasukkan unsur-unsur sebuah pertandingan. Sebuah pelatihan yang tidak memiliki unsur pertandingan tidaklah bernilai di matanya. Ini artinya meski mereka harus berlari memutari lapangan, semua orang harus melakukannya sambil menggiring bola.. Dari tim pemuda ke tim pertama, prinsip pelatihan semacam ini selalu diikuti dan terfokus pada latihan dengan bola, kompetisi dan konfrontasi.      

Twain merasa senang dengan perubahan yang terjadi di lapangan. Dia bisa langsung mengamati dan memahami kemampuan komprehensif para pemain – teknik mereka, kualitas psikologis, stamina dan kondisi kompetitif mereka. Baik itu kelebihan maupun kekurangan, semuanya akan terekspos di dalam pertandingan.      

Setelah pertandingan dimulai, seorang pemain segera menarik perhatian Twain. Pandangannya selalu mengikutinya.      

Dia memakai jersey tim pemuda Forest nomer 10.      

Dia menggiring bola dan menerobos lawan dengan bola di sayap kanan lapangan dan tidak ada yang bisa menghadangnya. Kadang-kadang dia akan berlari ke tengah untuk melakukan tembakan panjang, tapi kelihatannya dia lebih suka bergerak di sayap karena ada terlalu banyak pemain betahan lawan di lini tengah yang membuatnya sulit baginya untuk menerobos. Daerah sayap tidak sesulit itu.      

Skillnya sangat bagus. Dia suka melewati lawannya dan dia bisa berlari cepat.      

Pemain bertahan lawan seringkali harus mengepungnya dengan dua atau tiga orang pemain. Kalau dia berhadapan dengan satu lawan, dia pasti langsung bisa melewatinya tanpa ampun.      

※※※     

"Hey, Addy! Kau licik!" bek belakang yang bertahan terhadap pemain nomer 10 ini mengeluh saat dia berlari mendekat. "Meski manajer Tim Pertama ada di pinggir lapangan, kau tidak perlu bermain sekasar itu, kan?"     

Pemain nomer 10 itu tersenyum. "James, kalau kau bisa menghentikanku, bukankah kau akan bisa memberikan kesan yang mendalam pada si manajer?"     

Lawannya membeku sesaat. "Kau benar juga... Ah!"     

Saat perhatiannya teralihkan, pemain nomer 10 itu melewatinya seperti seekor ikan yang licin, dan dia mendorong bola untuk menerobos dengan indah.      

"Kau bajingan licik, Adriano!"     

※※※     

"Pemain nomer 10 itu, siapa namanya?" Twain menunjuk ke arah pemain di lapangan dengan bibirnya yang mengerucut.      

"Moke, Adriano Moke. Dia memiliki skill terbaik di tim. Meski dia masih terlihat kurang dewasa, dia berkembang dengan cepat."     

Twain mengangguk. Anak itu memang cemerlang dan berani. Dia tahu kalau Twain sedang menonton dari pinggir lapangan, jadi dia menunjukkan penampilan yang aktif.      

Tapi, sayang sekali posisi yang dimainkannya berada di sayap kanan. Untuk saat ini, Tim Pertama sudah memiliki Ashley Young dan Aaron Lennon di posisi itu. Juli nanti, akan ada Beckham yang pasti membuatnya semakin padat. Bisa jadi tidak akan ada posisi untuk anak itu dalam beberapa tahun ke depan.      

Twain merenungkannya sesaat. "Bisakah dia memainkan posisi lain?"     

"Dia bisa bermain dengan baik di lini tengah, tapi... dia lebih suka bermain di sayap kanan, dan teknik kaki kirinya bisa cukup mengejutkan jika dibandingkan dengan kaki kanannya. Selain posisi gelandang kanan dan penyerang-tengah, dia tidak bisa beradaptasi dengan posisi lain.      

Twain menggeleng kecil. Dia tidak akan bisa melakukannya. Dia bisa membentuknya untuk menjualnya. Di satu sisi, dia bisa menghasilkan uang untuk klub dan di sisi lain... dia takkan menghambat perkembangan anak itu.      

Twain dan Greenwood menonton dari pinggir lapangan untuk waktu yang lama. Dia mengamati beberapa pemain dan kemudian bertanya pada Greenwood tentang situasi spesifik para pemain itu sebelum dia mengambil keputusan apapun.      

Hasil akhirnya: dia tidak menemukan pemain yang bisa ditransfer langsung ke Tim Pertama, tapi dia melihat ada beberapa potensi yang bagus diantara para pemuda itu. Kalau mereka dibimbing dengan baik, dengan sedikit keberuntungan, para pemain itu akan mampu menjadi pemain yang dirotasikan di masa depan untuk Tim Pertama Forest, dan mungkin menjadi pemain utama di tim level menengah lain di Liga Utama.      

Dia berpikir kalau inilah kenyataannya. Bagaimana dia bisa menemukan banyak pemain jenius yang akan mengejutkan seluruh dunia? Pertama-tama, dia tidak punya uang dan kedua, dia tidak punya kekuasaan. Apa yang bisa digunakannya untuk bertarung melawan Arsenal, Manchester United, Liverpool dan Chelsea dalam mendapatkan pemain muda berbakat?     

Pelatihan tim pemuda Arsenal milik Wenger sudah terkenal, dan banyak jenius muda lebih suka pergi ke Arsenal untuk dilatih dibawah tangan si Professor daripada pergi ke tim lain. Tapi apakah mereka tahu bahwa tim pemuda Arsenal memang mengumpulkan para pemain jenius dari seluruh dunia, dan kalau mereka tidak tampil luar biasa, kapan giliran mereka akan tiba? Semua orang ingin menjadi Francesc Fabregas yang berikutnya. Tapi apakah akan semudah itu? Saat Theo Walcott pertama kali bergabung dengan Arsenal, dia adalah sensasi di Inggris dan Eropa. Dan sekarang? Fabregas adalah inti lini tengah Arsenal dan Walcott hanyalah pemain cadangan. Dalam pandangan Twain, Walcott hanya bisa berlari cepat dan tidak bisa bermain dengan menggunakan kepalanya. Dia hanya tahu bagaimana caranya bermain dengan menggunakan kecepatannya.      

Dia memutuskan untuk membiarkan para perekrut berkeliaran dan pergi ke tim pemuda klub lain dan menggali anak-anak muda yang masih belum menjadi pemain berbakat yang terkenal. Mungkin dia akan memperoleh keuntungan yang tak terduga.      

Twain meninggalkan tim pemuda dengan tangan kosong. Setelah menonton pertandingan, dia mengobrol dengan para pelatih tim pemuda dan kemudian melangkah pergi. Para pemuda di Wilford Utara merasa sangat kecewa karena dia tidak memanggil siapapun untuk berbicara secara pribadi. Semua orang tahu kalau manajer Tim Pertama jarang sekali berkunjung. Mereka mendapatkan peluang untuk tampil di hadapannya dan hasilnya adalah tidak ada seorangpun yang bisa menarik perhatiannya.      

Ini sangat membuat frustasi.      

Twain menepukkan tangannya sambil melangkah pergi. Greenwood pasti akan sakit kepala. Greenwood bertanggungjawab untuk menghibur hati para pemuda yang terluka itu. Dia harus membiarkan mereka mengembangkan kembali tujuan mereka dan terus berlatih keras.      

※※※     

Apa yang tidak diketahui oleh para pemuda itu adalah Twain memiliki beberapa pemain yang menjanjikan di benaknya, tapi mereka masih terlalu muda dan tidak bisa langsung menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya.      

Di siang hari, Twain berkeliling untuk menginspeksi tim cadangan, dan kali ini dia memilih kiper cadangan.      

Paul Gerrard sudah pensiun. Edwin van der Sar sudah tua, tapi dia masih bugar. Kalau segalanya berjalan baik, dia masih bisa bermain selama satu musim lagi. Tapi siapa yang bisa memprediksikan masa depan? Untuk berjaga-jaga kalau dia cedera, atau penampilannya sedang menurun, Akinfeev harus mengambil alih tugasnya. Akan lebih baik bagi Tim Pertama untuk berjaga-jaga dengan tiga kiper, jadi mereka takkan merasa malu kalau tidak ada yang bisa menjaga gawang.      

Twain sering mengalami hal seperti ini saat dia bermain video game. Dulu dia berpikir bahwa menemukan kiper cadangan adalah hal yang merepotkan: seorang pemain dengan kemampuan yang bagus takkan bersedia dijadikan seorang pemain cadangan dan sebagai manajer, dia tidak menginginkan pemain dengan kemampuan pas-pasan. Hasilnya adalah dia selalu memiliki dua kiper saja untuk pertandingan di sepanjang musim. Kalau keduanya cedera, dia harus menggunakan pemain manapun untuk menjaga gawang... Untungnya, itu hanya video game. Kalau itu terjadi dalam kenyataan, dia pasti merasa sangat malu.      

Musim lalu dia merasa cemas tentang dimana dia bisa membeli kiper cadangan. Pada akhirnya, Dunn menyelesaikan masalah ini dan mengatakan bahwa Paul Gerrard adalah kiper cadangan yang bagus. Pemain cadangan yang bagus itu harus melewatkan turnamen liga di sepanjang musim karena tengkoraknya retak setelah insiden yang terjadi dalam pertandingan melawan Reading di bulan Oktober.      

Setelah itu tim Forest memainkan sisa pertandingan dengan dua kiper. Satu adalah kiper utama dan yang lainnya adalah kiper muda yang kembali ke Tim Pertama dari tim cadangan – Dale Roberts yang baru berusia dua puluh tahun.      

Setahun yang lalu, dia masih berada di tim U19 sebagai kiper yang tak berpengalaman, tapi cedera yang dialami Paul Gerrard memberinya peluang untuk bergabung dengan Tim Pertama dan merasakan sepakbola profesional yang sesungguhnya. Dia tumbuh dengan cepat selama setahun, dan penampilannya di pertandingan piala domestik membuat staf pelatih mengakui kemampuannya. Karenanya, dia akan menggantikan Paul Gerrard di musim baru nanti sebagai kiper ketiga.      

Dia adalah anggota baru pertama tim Forest di musim yang akan datang dan sebenarnya dia tidak bisa dianggap "baru"... Dia dipindahkan untuk sementara ke Tim Pertama pada musim lalu dan sekarang dia benar-benar kembali kesana.      

Perekrutan tim Forest masih belum dimulai secara resmi, tapi Twain sudah mulai bergerak.      

Daftar pemainnya pada dasarnya sudah dikonfirmasikan. Mereka hanya perlu menghubungi agen si pemain.      

Musim baru sudah akan dimulai, dan liburan para pemain dan para pelatih sudah hampir berakhir. Hari-harinya yang dihabiskan tanpa melakukan apa-apa dan membosankan hampir usai.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.