Mahakarya Sang Pemenang

Perpisahan Michael



Perpisahan Michael

0Twain berdiri di depan pintu rumahnya setelah dia pergi selama sepuluh hari. Saat itu hujan gerimis, tapi dia tidak menggunakan payung, bukan karena dia ingin terlihat keren, melainkan karena dia tidak membawa payung – Siapa yang akan membawa payung saat pergi ke Brasil?     

Dia telah menghabiskan sepuluh hari di Brasil dan baru saja kembali.      

Sepuluh hari itu berlalu dengan cepat. Masa-masa yang menyenangkan memang selalu terasa singkat. Dia dan Shania memiliki liburan yang menyenangkan di Brasil, dimana mereka kembali bertemu dengan orang tua Shania lagi. Ibu Shania tampak senang dan puas dengan prestasi putrinya saat ini. Meski dia masih memperlakukan Shania seperti anak kecil, dia tidak lagi terlalu disiplin seperti dulu. Ayah Shania masih pendiam tapi dia akan berbicara dengan Twain secara pribadi untuk berterima kasih padanya karena telah merawat Shania dan memintanya untuk terus melakukan itu – sebagai orang tuanya, mereka tahu kalau Shania sudah pindah dari rumah bibinya di Newcastle dan tinggal di rumah Twain.      

Tapi, mereka tidak mengungkapkan rasa keberatan mereka.      

Saat Twain menemui mereka, dia merasa gelisah karena takut mereka akan menduga dia berperilaku tidak pantas terhadap putri mereka. Dari apa yang terlihat, dia sama sekali tidak tahu apakah orang-orang Brasil berpikiran terbuka tentang gaya hidup atau apakah mereka memang sangat mempercayai Twain...      

Di kemudian hari, saat keduanya sedang berjemur di tepi pantai, Twain bertanya pada Shania dengan nada bercanda, "Apa aku terlihat sangat tidak berbahaya bagi semua orang?"     

Shania tersenyum polos. "Karena ayah dan ibuku tahu kalau Paman Tony adalah pria yang baik."     

Twain merasa frustasi. Tapi setelahnya dia merasa lega.      

Pemandangan di Brasil sangatlah indah, dan orang-orangnya bahkan lebih cantik dan tampan. Matanya sibuk memandang kesana kemari. Pantai itu dipenuhi wanita Brasil yang cantik dan memakai bikini. Dia yakin orang tua Shania sangat mempercayainya karena orang-orang Brasil memiliki pemikiran yang sangat terbuka.      

Selain bersantai dengan Shania di Brasil selama sepuluh hari, Twain juga meluangkan waktu untuk mengenal para pemain berbakat di dunia sepakbola Brasil, dan dia menemukan seorang pemain jenius – Pato. Sayangnya, saat dia berusaha menghubungi agen Pato, agennya itu mengatakan bahwa Pato telah dihubungi oleh beberapa klub papan atas Eropa. Meski Nottingham Forest baru saja memenangkan Liga Champions UEFA, tidaklah mudah bagi mereka untuk terlibat.      

Selain itu, si agen juga mengatakan pada Twain bahwa diantara beberapa klub papan atas itu, AC Milan adalah klub yang paling dekat dalam negosiasi saat ini dan Pato sendiri juga ingin bermain di Milan.      

Twain hanya bisa menyaksikan tanpa daya bagaimana lawannya di final Liga Champions berhasil mencetak satu gol di pasar transfer.      

Twain menangani urusan Pato ini tanpa sepengetahuan Shania. Dulu dia pernah berjanji pada Shania bahwa dia takkan mencari pemain sepakbola saat mereka datang ke Brasil. Tapi, dia tak bisa menahan diri saat dia tiba disini, jadi dia harus merahasiakannya dari Shania dan melakukannya secara sembunyi-sembunyi.      

Karena dia tidak berhasil mendapatkannya, Twain berhenti memikirkan ini dan menghabiskan waktunya dengan tenang bersama Shania.      

※※※     

Sepuluh hari telah berlalu dalam sekejap mata. Shania masih tinggal di Brasil untuk menghabiskan waktunya bersama kedua orang tuanya, sementara Twain harus kembali ke Inggris dan mempersiapkan beragam rencana untuk musim yang baru.      

Rumah disampingnya tertutup rapat. Dunn juga tidak berada di Inggris, karena dia masih mengunjungi orang tuanya di Cina.      

Twain sadar bahwa kecintaan Dunn terhadap rumahnya memang berasal dari hati. Kalau bukan karena pekerjaannya disini, pria itu pasti akan pulang ke rumah setiap hari. Bagaimana mungkin Dunn kembali ke Inggris lebih awal saat dia hanya bisa pulang satu kali dalam setahun?     

Para pemain juga sedang bersantai dan pergi berlibur ke berbagai tujuan wisata terkenal. Twain adalah satu-satunya orang yang kembali lebih awal. Sebagai seorang manajer, dia harus mengambil tanggungjawab sebesar pujian dan kejayaan yang diterimanya di hadapan banyak orang. Dia tidak bisa beristirahat disaat orang lain melakukannya.      

Setelah meletakkan kopernya di rumah, Twain mengambil payung. Dia pergi ke pub Burns untuk mengambil anak kucing yang dititipkan disana.      

Dia tidak menyukai binatang kecil itu, tapi Shania sangat menyayanginya, jadi dia hanya bisa melakukan apa yang diminta Shania.      

※※※     

Burns sedang mengobrol dengan pelanggan di pub. Dia baru saja membuka pubnya, dan tidak ada banyak orang disana.      

Pintu kaca didorong terbuka dan Twain berdiri di pintu untuk menutup payungnya.      

"Hai, Tony, bagaimana Brasil?" Burns melihatnya dan mengangkat tangannya untuk menyapa. Suaranya membuat para pelanggan lain di pub memandang ke arah pintu masuk.      

"Cuacanya jauh lebih baik daripada disini." Twain mengibaskan butiran air di payungnya.      

"Siapa yang bertanya padamu tentang cuaca? Maksudku, apa wanita-wanita cantik disana menyilaukan matamu?" Setelah Burns mengatakan itu, sekelompok orang di pub tertawa.      

Twain juga tersenyum. "Kau sudah punya anak dan kau masih memikirkan tentang wanita –wanita cantik, Kenny?"     

"Aku khawatir dengan kehidupan cintamu." Tak mau kalah, Burns berkata, "Kau hampir empat puluh tahun. Jangan selalu menggunakan pelacur untuk mengurus kebutuhan fisikmu."     

Perdebatan kedua pria itu memicu tawa di dalam pub.      

Twain langsung menuju meja bar dan melambai ke Burns. "Itu akan datang kalau sudah saatnya. Berikan aku wiski dengan es batu."     

Saat Burns menuangkan minuman keras itu, Twain menoleh ke arah para pemabuk yang baru saja menertawakannya dan membalas, "Kelihatannya kalian semua punya banyak waktu luang."     

Salah satu pelanggan disana berdiri dan tersenyum lebar. "Kau benar, Tony. Turnamen liga masih belum dimulai dan kami merasa gelisah. Selain minum, aku tidak bisa memikirkan hal lain yang membuatku tertarik."     

Twain mengangguk, karena dia memang setuju dengan komentar itu. Dia juga pernah menjadi seorang penggemar dan dia tahu betapa sulitnya saat musim panas tiba, saat Liga-Liga Eropa sudah selesai dan tidak ada Piala Dunia.      

"Tapi kau bisa menonton Copa America ... atau AFC Asian Cup?"     

Semua orang tertawa, "Jangan bercanda, Tony! Musim lalu sangat luar biasa, dan sekarang aku tidak tertarik dengan pertandingan lain selain menunggu tim Forest memulai musim barunya!"     

"Ah, bagaimana rasanya jadi juara?" tanya Twain dengan senang.      

"Rasanya sangat menyenangkan!" seseorang menirukan kata-kata yang diucapkan twain dalam sebuah wawancara usai pertandingan final itu.      

Burns tersenyum dan hanya menonton mereka mengobrol. Dia meletakkan gelas di tangan Twain, bersama dengan sebuah amplop.      

"Michael menitipkan ini untukmu," katanya.      

Saat dia mendengarnya mengatakan itu, Twain berhenti mengobrol dan membuka amplop itu di meja bar.      

Itu adalah surat yang pendek.      

Di dalam surat itu, Michael Bernard berterima kasih pada Twain karena telah mewujudkan mimpinya selama dua puluh tujuh tahun, dan membuatnya tak lagi punya penyesalan.      

"Aku bersyukur karena memutuskan pergi ke Yunani dan benar-benar melakukannya, meski aku mendapatkan masalah dengan istriku karenanya. Karena aku menonton pertandingan dan menyaksikan pemandangan yang paling ingin kulihat, putraku dan tim kesayanganku menjadi juara Eropa. Apa ada yang lebih sempurna daripada ini?     

Keinginanku selama dua puluh tujuh tahun akhirnya terwujud dan aku tidak ingin meminta apa-apa lagi... Aku bukan lagi pria muda yang berdarah panas dan mudah merasa senang. Tony, aku tahu jalanmu masih panjang, dan tidak ada manajer yang akan berhenti setelah empat tahun. Tapi ini adalah akhir kisahku, yang sempurna. Bagian awal dan bagian akhirnya sempurna, dan tentu saja, dengan sedikit drama di tengahnya... Tapi kisah mana yang tidak punya drama?     

Aku sangat mencintai istriku. Mungkin kau takkan mempercayaiku saat aku mengatakan ini karena aku telah membuatnya sedih berulang kali, tapi aku sungguh-sungguh saat mengatakan ini. Setelah kehilangan putraku dan memenuhi keinginan terakhirku dalam sepakbola, Fiona adalah satu-satunya yang kupedulikan sekarang. Tujuan hidupku yang berikutnya adalah memberinya kehidupan yang bagus dan membuatnya bahagia.     

Maafkan aku karena tidak bisa minum dan menonton pertandingan bersama kalian lagi. Kuharap kau mau mengerti, Tony.      

Ada beberapa hal dalam hidup yang lebih penting daripada sepakbola.      

Terakhir, aku mendoakan kesuksesanmu dan tim Forest, dan aku akan terus mengawasi kalian, guys. John dan Bill adalah fans setia yang lebih gila daripada aku. Jangan mengecewakan mereka.      

Temanmu, Michael Bernard     

1 Juni, 2007"     

Twain melipat surat itu dan memasukkannya kembali ke dalam amplop. Dia menyesap minumannya dan kemudian bertanya, "Apa kau membaca surat ini, Kenny?"     

Burns menggelengkan kepalanya. "Itu untukmu, Tony."     

"Ya..."     

"Tapi kurasa aku bisa menebak apa yang tertulis di dalamnya."     

"Hmm?"     

"Setelah pertandingan final itu, Michael tidak langsung kembali ke Amerika Serikat. Dia mengikuti John, Bill dan lainnya kembali ke Nottingham dan menonton siaran langsung perayaan itu disini. Dia baru pulang keesokan harinya. Kami berbicara tentang banyak hal... Aku mengenalnya lebih lama daripada aku mengenalmu dan aku sudah mengenalmu cukup lama, Tony."     

Twain mengangguk.      

"Dia pasti mengatakan padamu kalau ada hal-hal yang lebih penting dalam hidup selain sepakbola, kan?"     

"Ya, dia mengatakannya."     

"Itulah yang dia katakan padaku."     

Twain tidak mengatakan apa-apa lagi, dan Burns juga tidak menimpali.      

Twain menghabiskan minumannya dan mengambil si kucing dari tangan Burns. Dia menjepit kucing itu di lengannya seolah-olah kucing itu adalah sebuah buku. Dia melambai pada para pelanggan reguler dan membuka kembali payungnya untuk melangkah keluar ke tengah hujan.      

Dia memahami Michael meski dia tidak menulis surat itu.      

Jujur saja, setelah dia membaca surat itu, dia berpikir seandainya Gavin tidak meninggal dunia, Michael tidak akan mengatakan "ada hal-hal yang lebih penting dalam hidup daripada sepakbola." Karena dia tidak akan tahu hal-hal apa yang lebih penting. Bagi Michael, putranya dan istrinya adalah hal yang lebih penting daripada sepakbola.      

Orang-orang selalu menunggu sampai mereka kehilangan sesuatu untuk memahami bahwa itulah yang paling penting.      

Twain berharap Michael takkan pernah mengerti tentang "hal-hal yang lebih penting daripada sepakbola" di sepanjang sisa hidupnya, karena itu artinya dia takkan kehilangan hal yang paling penting. Seandainya Gavin tidak meninggal dunia, dia tidak akan terpaksa pergi jauh ke Amerika Serikat, apalagi bicara konyol tentang melupakan sepakbola...      

Tapi... Twain menurunkan payungnya dan membiarkan hujan membasahi wajahnya.      

Aku bisa bepergian melalui ruang dan waktu, tapi aku tidak bisa mengubah waktu itu sendiri. Masa lalu hanya bisa menjadi masa lalu.      

Terlalu fokus pada pertanyaan-pertanyaan itu, Twain tidak sadar kalau dia telah menggunakan terlalu banyak tenaga dalam menjepit si kucing di lengannya. Kucing itu mengeong kesakitan.      

Suara itu mengganggu benak pikiran Twain. "Jangan berisik!"     

Seekor kucing tidak bisa memahami bahasa manusia, jadi kucing itu masih terus mengeong.      

"Hentikan! Hentikan atau aku akan memakanmu!" Twain memperkuat pegangannya.      

Kucing itu mengeong semakin keras...      

※※※     

Hari-hari yang dilaluinya tanpa Shania, Dunn, video game, riset taktis, latihan rutin, dan permainan di rumah sangatlah membosankan bagi Twain. Dia sudah terbiasa membuat dirinya sibuk. Dia tidak terbiasa menganggur tanpa melakukan apa-apa.      

Hanya ada kucing jelek itu yang berlarian dan bergerak berpindah-pindah ke seluruh rumah. Kucing itu akan terlihat di atas kulkas selama beberapa waktu, melompat di belakang televisi di waktu yang lain, lalu menyelinap ke atas ranjang untuk tidur siang setelahnya.      

Twain menendang kucing malas itu sebelum bangkit untuk duduk di ranjangnya.      

Saat itu masih fajar.      

Itu adalah hari yang baru dan tim masih belum kembali ke jadwal normalnya. Sebagian besar orang masih berlibur. Dia meluangkan waktu kemarin sore untuk pergi ke kompleks latihan dan tidak ada siapa-siapa disana kecuali penjaga keamanan di gerbang. Twain mengambil banyak rekaman video dan folder riset dari kantornya dan pulang ke rumah.      

Setelah mencuci muka, dia sarapan dengan makanan yang sederhana. Twain kembali ke kamarnya, menurunkan kucing yang berbaring di keyboard dan menyalakan komputer. Dia akan berselancar online untuk mencari kabar terbaru tentang transfer pemain di musim panas ini.      

Informasi di surat kabar sangat terbatas. Informasi online adalah berita yang bisa diperoleh paling cepat dan juga yang paling komprehensif.      

Dia tidak tahu bagaimana manajer lain menangani ini. Sebagai seorang penggemar yang sering menghabiskan waktu berselancar di dunia maya, dia masih sangat mengandalkan internet untuk beragam pencariannya meski identitasnya kini telah berubah.      

Twain memiliki perkiraan kasar di benaknya tentang penyesuaian untuk tim Forest selama musim depan. Karena timnya baru saja memenangkan gelar juara Liga Champions, dia tidak perlu melakukan perubahan besar-besaran di dalam tim. Hal semacam ini hanya perlu dilakukan pada tim yang menghadapi situasi sulit, seperti misalnya Real Madrid setahun yang lalu.      

Oleh karena itu, tim Forest tidak akan melakukan langkah besar tahun ini di pasar transfer pemain. Bergabungnya Beckham sudah cukup untuk mendapatkan perhatian media selama beberapa waktu. Twain tidak ingin mempermudah pekerjaan media dan memberikan topik untuk spekulasi mereka.      

Anelka jelas akan pergi dari tim. Tidak ada yang perlu diragukan lagi tentang itu, meski tidak ada tim yang menawar untuk Anelka. Tak peduli berapa banyak uang yang terlibat, Twain harus menyingkirkan striker yang berani menentangnya. Perasaan? Aku hanya mempertimbangkannya untuk pemain yang kusukai.      

Setelah Anelka pergi, mereka akan membutuhkan striker yang cepat dan memiliki kemampuan di lini depan. Terkait posisi ini, Twain sudah menemukan orang yang tepat untuk itu.      

Meski Albertini sudah pensiun, Twain juga tidak bermaksud membuat perubahan besar. Dia mungkin akan pergi ke tim pemuda untuk melihat apakah ada bibit bagus yang bisa ditransfer untuk dipupuk dan dilatihnya. Mungkin dia juga bisa mendapatkan beberapa pemain cadangan yang murah dan cocok dari tim-tim level menengah dan bawah. Wood sudah menguasai satu posisi di lapangan dan lagi kami masih punya pemain serba bisa, Sun Jihai.      

Kedua sayap sudah diisi oleh banyak pemain kuat jadi mereka tidak membutuhkan pemain baru disana. Apa yang perlu dipikirkan olehnya bukanlah membeli pemain baru, melainkan bagaimana mengatur kesempatan mereka untuk tampil di pertandingan.      

Kedatangan Beckham jelas akan memperburuk persaingan di sayap kanan dan lini tengah.      

Lini pertahanan belakang dan posisi bek kanan membutuhkan penguatan. Chimbonda tidak lagi bisa bertahan sepanjang musim sendirian. Lineup bek tengah sudah sempurna dan tidak membutuhkan tambahan lain. Sementara untuk posisi bek kiri... dia masih harus mengamati kabar dari pasar transfer.      

Twain memikirkan tentang hal ini sambil membaca berita online.      

Berita online yang ada di internet adalah bek kiri Argentina, Heinze berselisih paham dengan Manchester United dan akan bergabung dengan Liverpool meski harus menghadapi FIFA. Tapi Ferguson menolak dengan tegas. Twain bisa menduga alasannya dengan mata tertutup. "Kami tidak punya tradisi menjual pemain ke musuh bebuyutan kami."     

Dia ingin menghubungi Ferguson dan bertanya padanya berapa harga yang diinginkannya untuk Heinze. Tapi dia mengangkat telponnya lalu meletakkannya lagi, karena dia baru ingat bahwa tim Forest kini dianggap sebagai pesaing langsung Manchester United. Meski tim Forest tidak memenangkan turnamen liga musim lalu, siapa yang mau percaya bahwa Tony Twain, seorang pria yang menginginkan kemenangan dan gelar juara, tidak akan menghancurkan mimpi Manchester United dalam mempertahankan gelar juaranya musim depan?     

Sebaiknya dia tidak mencobanya... Twain meletakkan kembali teleponnya. Setelah menjual van Nistelrooy kepadanya, mungkin sekarang Sir Alex menyesalinya. Kalau dia masih menghubunginya untuk membeli pemain, bukankah sepertinya Manchester United telah menjadi basis logistik untuk tim Forest?     

Sebenarnya, Twain menganggap Leighton Baines tidak bisa lagi mengimbangi laju tim Forest. Dia masih bisa bermain di liga domestik tapi masih sedikit terlalu lembek untuk arena Eropa. Twain ingin menambahkan seorang pemain veteran berpengalaman untuk posisi bek kiri. Dia masih menilai tinggi Gareth Bale, tapi pengalamannya yang masih minim bukanlah hal yang bisa diselesaikan dalam semalam.      

Nama seorang pria tiba-tiba saja muncul di benaknya saat dia menelusuri situs web olahraga Inggris dan Cina tanpa tujuan di internet.      

Kenapa aku tidak membelinya?     

"Bek kiri Italia yang hebat," Fabio Grosso.      

Menurut kabar yang didengarnya, situasi pria itu sedang tidak baik di Inter Milan. Memori Twain tentang penampilan Grosso di Piala Dunia masih segar. Mengesampingkan komentar gila dari Huang Jianxiang, bek kiri itu punya kemampuan. Twain memutuskan untuk menghubungi klub Inter Milan.      

Dia menuliskan nama semua pemain yang ingin dibelinya di atas kertas dan kemudian mengetik semuanya ke dalam komputer untuk dikirimkan via email ke Dunn di Cina. Dia memberitahu Dunn tentang daftar kandidat pemainnya dan meminta pendapatnya. Mereka masih terus berhubungan menggunakan cara yang paling cepat dan paling murah ini. Twain ingin langsung menggunakan QQ untuk meninggalkan pesan, tapi Dunn mengatakan kalau itu terlalu informal saat harus membahas tentang pekerjaan. "Apa kau pernah melihat manajer yang menggunakan chat QQ sebagai alat untuk bekerja?" Twain mengerucutkan bibirnya. Hanya karena tidak ada yang menggunakannya, dia tidak boleh memakainya? Logika macam apa itu?     

Meski dia mengatakan itu, Twain masih menghormati permintaan Dunn dan mengiriminya email.      

Setelah melakukan ini, Twain bersandar di kursinya dan meregangkan punggungnya.      

Suara pekikan tajam si kucing terdengar di belakangnya. Dia merasakan ada benda berbulu diantara pinggang belakangnya dan sandaran kursi, mencoba melepaskan diri dengan panik.      

Twain menekannya lagi dan mengomel, "Rasakan itu! Kucing malas yang cuma bisa tidur dimana-mana!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.