Mahakarya Sang Pemenang

Beban Kereta Perang



Beban Kereta Perang

0Setelah babak kedua dimulai, Chelsea memanfaatkan kick-off mereka untuk meluncurkan serangan sengit melawan tim Forest. Niat Mourinho sudah jelas – tidak melonggarkan tekanan terhadap lini pertahanan belakang tim Forest, tidak memberikan kesempatan bagi tim Forest untuk melakukan serangan balik, dan untuk mempertahankan ritme pertandingan tetap berada di tangan mereka.      

Kalau Chelsea dibiarkan melakukan itu semua, tim Forest pasti akan sangat tertekan. Twain tidak ragu bahwa kalau mereka bermain dibawah tekanan dari Chelsea, mereka pasti akan segera kebobolan gol.      

Kalau mereka tidak ingin membiarkan Chelsea menyerang sesuka hati, mereka juga harus menciptakan semacam kekacauan di lini pertahanan belakang lawan.      

Mereka harus menyerang balik.      

Itu adalah arah dan pemikiran tim Forest untuk babak kedua. Tak peduli seberapa buruk situasinya, mereka harus menemukan cara untuk menyerang balik.      

Serangan mereka didasarkan pada pertahanan mereka, dan pertahanan mereka bukan hanya sekadar berusaha untuk tidak kebobolan gol. Pertahanan mereka memiliki peranan yang lebih besar untuk dimainkan.      

Pique memenangkan perebutan bola atas saat melawan Drogba. Dia menyundul operan Chelsea keluar dan bola itu mendarat di ruang terbuka tepat di depan kotak penalti. Chelsea dan tim Forest sama-sama memiliki peluang untuk mendapatkan bola ini.      

Lampard bergegas maju, sama halnya dengan George Wood.      

Pada akhirnya, Lampard berhasil tiba lebih dulu dan menendang bola lambung. Tapi, George Wood menggunakan tubuhnya untuk menghadang bola lambung yang kuat itu dari dekat.      

Setelah terdengar suara teredam, bola memantul tinggi dan terbang ke depan.      

Ribery berlari dari sayap ke lini tengah untuk menghentikan bola sebelum Makalele tiba disana. Dia tidak berbalik untuk menggiring bola. Dia langsung mengoper bola ke Ashley Young, yang berlari di sayap.      

"Serangan balik Nottingham Forest memang benar-benar cepat!"     

Kecepatan Ashley Young memang cepat, tapi Ashley Cole juga tidak lambat. Dia bersaing ketat dengan Ashley Young dalam hal kecepatan. Tanpa bola, dia masih bisa mengimbangi kecepatan Young, yang membawa bola.      

Tubuh kedua pria itu saling berbenturan selama berlari dan tidak ada yang ingin mengalah. Cole mengukur jarak antara dirinya dan bola yang ditendang Young dan tiba-tiba saja menyekop dengan kakinya. Dia tidak menduga kalau gerak kaki Young lebih cepat daripada kakinya, dan Young berhasil mendorong bola menjauh sebelum dia bisa menyentuhnya. Kaki Cole dengan mantap menendang sisi samping kaki Ashley Young.      

Ashley Young tersandung dan terjatuh ke tanah seperti kuda liar yang kehilangan pusat gravitasinya.      

Suara peluit tajam dari wasit segera terdengar.      

"Pelanggaran! Ya Tuhan, itu tadi tendangan yang keras!"     

Energi yang kuat dari benturan itu telah mendorong Young keluar dari lapangan. Dia jatuh jungkir balik dan baru berhenti dekat papan iklan di pinggir lapangan. Ashley Cole, yang melakukan pelanggaran, langsung melompat bangkit dan melambaikan tangannya ke arah wasit lalu berlari menghampirinya, untuk mengisyaratkan kalau itu tadi tak disengaja.      

"Kartu merah!" Twain melompat bangkit dari kursinya dan mengacungkan tinjunya ke arah wasit saat dia melihat Ashley Young terlontar keluar lapangan.      

Wasit hanya mengeluarkan kartu kuning dari sakunya.      

"F**K!" maki Twain.      

Dunn meliriknya.      

Dokter tim, Fleming sudah berlari menghampiri dengan kotak pertolongan pertama. Ashley Young terjatuh di luar lapangan, jadi mereka tidak perlu menunggu ijin dari wasit untuk melakukan perawatan.      

Sebelum pergi, Fleming berkata pada Twain, "Kau sebaiknya pergi dan menyuruh Lennon melakukan pemanasan, Tony."     

Komentarnya itu memperburuk suasana hati Twain.      

Fleming adalah dokter yang berpengalaman. Kalau dia sudah mengatakan itu, bisa jadi cedera yang dialami Young bukan cedera ringan. Dia memang sudah menduganya karena bagaimana mungkin Young akan baik-baik saja setelah ditendang di bagian samping kakinya saat sedang berlari kencang?     

Dunn sudah pergi untuk menginstruksikan Aaron Lennon agar melakukan pemanasan.      

Terjadi kekacauan di lapangan. Para pemain Forest berkerumun di sekeliling wasit dan Ashley Cole, meminta agar hukumannya dipertimbangkan kembali. Para pemain Chelsea berdiri diantara mereka saat kedua pihak mulai saling dorong.      

"Wasit memberikan kartu kuning pada Cole, yang memicu kemarahan para pemain Forest. Mungkin mereka ingin Ashley Cole diusir dari lapangan dengan kartu merah?"     

"Ganti saja pertanyaanmu itu dengan kalimat definitif. Sepertinya pelanggaran ini cukup buruk kalau dilihat dari apa yang terjadi. Kalau wasit langsung mengusir Cole dengan kartu merah, itu takkan jadi masalah... Tentu saja, tak jadi masalah juga kalau dia memberinya kartu kuning. Keputusan ada di tangan wasit. Mungkin dia tidak ingin merusak kesenangan mereka yang menonton pertandingan ini?"     

Komentator yang lain tertawa. "Tidak ada banyak kesenangan yang bisa dilihat di game ini. Mengusir seorang pemain keluar dari lapangan untuk merusak keseimbangan mungkin justru lebih menarik untuk pertandingan ini."     

※※※     

"Dengarkan aku, man. Aku tidak bermaksud, hey, aku benar-benar tidak bermaksud... Aku hanya mengincar bolanya..." Ashley Cole berusaha menjelaskan apa yang telah terjadi kepada rekan tim nasionalnya dan juga kapten tim Forest, George Wood. Dia menunjuk ke arah Young, yang masih terbaring di tanah, dan menirukan bentuk bola.      

Wood memandangnya dengan ekspresi dingin dan tetap diam. Cole tidak tahu apakah dia menerima penjelasannya barusan, jadi dia berlari untuk menjelaskan pada Young, yang masih terbaring di tanah, untuk menunjukkan niat baiknya.      

Sebenarnya, setelah dia menyekop Ashley Young, dia benar-benar gugup karena dia takut wasit akan memberinya kartu merah. Karena dia lolos dengan hukuman ringan, tentu saja dia harus menunjukkan niat baik.      

"Ini jelas pelanggaran yang bisa langsung diberi kartu merah!" beberapa pemain Forest yang mengelilingi wasit memprotes dengan suara keras. "Kami kehilangan satu orang, tapi dia hanya menerima kartu kuning sebagai peringatan?"     

Saat itulah orang-orang baru ingat untuk mengecek cedera spesifik Ashley Young dan beberapa orang mulai mengelilinginya.      

"Fleming, bagaimana kondisi Young?"     

Fleming mendongak menatap para pemain yang tampak cemas dan tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya menggelengkan kepalanya.      

Saat van Nistelrooy melihat itu, dia segera keluar dari kerumunan dan membuat sinyal pergantian pemain ke arah area teknis.      

Ashley Young memegang pergelangan kakinya sambil berbaring kesakitan di tanah. Dia telah cedera di pertandingan yang penting. Meski hasil pemeriksaan masih belum keluar, kemungkinan terburuknya adalah Young mungkin harus melewatkan pertandingan semifinal leg kedua melawan Chelsea dan bahkan mungkin melewatkan pertandingan final – kalau tim Forest berhasil mencapai babak final.      

Semua orang bisa membayangkan betapa menyakitkannya bagi para pemain profesional ini untuk absen di pertandingan-pertandingan sepenting itu.      

George Wood telah melewatkan babak final musim lalu. Dia telah menggunakan energinya yang tersimpan saat itu untuk pertandingan musim ini dan berlatih dengan keras. Sepertinya dia melampiaskan penyesalannya karena tak bisa berpartisipasi di babak final dengan berlatih keras.      

Tidak ada yang punya energi untuk berdebat dengan para pemain Chelsea. Ashley Young sudah cedera. Perkelahian tidak akan membuatnya bangkit berdiri dan bisa melanjutkan pertandingan.      

Twain melihat isyarat yang dibuat van Nistelrooy. Dia memaki dan memanggil Lennon yang sedang melakukan pemanasan.      

"Lennon, saat kau turun ke lapangan, tekan Ashley Cole dengan keras. Dia punya kartu kuning. Jangan takut padanya. Tekan dia. Kalau kau mundur, kau hanya akan memberinya apa yang dia mau. Semakin keras kau menekannya, dia takkan tahu apa yang harus dilakukan. Dia takut diusir dari lapangan..."     

Lennon mengangguk untuk menunjukkan bahwa dia mengerti.      

"Satu hal lagi. Katakan pada Chimbonda untuk berpartisipasi aktif dalam serangan tim, serta katakan pada Ribery. Bilang padanya untuk berlari ke sisimu. Fokus serangan seluruh tim dipindahkan ke sayapmu."     

"Baik, chief."     

"Pergilah!"     

※※※     

Fleming memberikan pertolongan pertama pada Ashley Young di pinggir lapangan sebelum kemudian dia ditopang oleh dokter tim sambil berjalan terpincang-pincang kembali ke bangku pemain cadangan.      

Twain menjabat tangannya dan berkata, "Sayang sekali, Young. Kau hampir saja bisa menerobos pria itu. Seandainya kau berhasil menerobos akan ada bidang luas di belakangnya."     

Ashley Young memaksakan diri untuk tersenyum tapi tidak mengatakan apa-apa.      

"Kembalilah ke ruang ganti dan ganti pakaianmu." Twain melambaikan tangannya dan mengirimnya pergi.      

Kondisi di lapangan telah kembali pulih seperti semula. Setelah ofisial keempat mengecek paku di sepatu Lennon, dia mengijinkannya masuk ke lapangan. Dia berlari ke lapangan dan memberitahu semua orang tentang instruksi taktis Twain, membuat tim memfokuskan serangannya pada Ashley.      

"Hehehe." Ribery tergelak. "Chief membuat keputusan yang sangat bagus. Karena wasit tidak mengeluarkannya, kita akan melakukannya sendiri."     

Semua pemain lain mendukung kata-katanya itu.      

"Tunggu, bagaimana kalau mereka juga mengubah fokus pertahanan ke sana juga?" tanya Leighton Baines.      

Van der Vaart meliriknya dan menganggap pertanyaannya itu bodoh, "Kalau begitu, kita akan membuat bola berada di sisi yang sebaliknya. Selalu ada satu sisi yang lebih lemah."     

"Tapi kalau kau juga pergi ke kanan, siapa yang ada di kiri..." tanya Baines lagi, yang segera sadar kalau semua orang sedang menatap ke arahnya. "Eh, aku?"     

"Apa ada orang lain yang lebih sesuai untuk itu?" van der Vaart balas bertanya padanya.      

"Tapi bukankah bos bilang kita harus menstabilkan pertahanan kita dulu?"     

"Boss juga bilang untuk menyerang balik dengan agresif."     

Baines masih belum bisa merasa tenang. "Kalau Chimbonda maju dan aku juga maju, setelah lawan merebut bola dan menyerang balik, kita hanya punya dua bek tengah dan George... kurasa itu terlalu beresiko."     

Apa yang dikatakannya memang masuk akal. Kalau mereka menekan lawan terlalu intens, lawan bisa merebut bola dan menyerang balik, yang akan menjadi bencana.      

Wood, yang selama ini tetap diam, melangkah maju dan berkata, "Aku akan melakukannya."     

Tidak ada yang paham apa yang dimaksud olehnya, jadi tidak ada yang bereaksi selama sesaat.      

"Baines tidak boleh maju. Selama tim menyerang, aku akan pergi ke sayap kiri kalau memang dibutuhkan. Kalau aku kehilangan bola, aku akan langsung mundur untuk bertahan. Dan kalau memang perlu, lini depan bisa melakukan pelanggaran."     

Semua orang menoleh ke arahnya.      

"Apa ada yang keberatan?" tanya Wood saat dia melihat tidak ada yang menjawab.      

Ribery segera menggelengkan kepalanya. "Tidak!"     

"Aku juga tidak."     

"Tidak, tidak."     

"Kalau begitu semuanya sudah jelas. Bersiaplah untuk menendang bola."     

Semua orang bubar.      

Tendangan bebas tim Forest di lini depan tidak langsung memasuki kotak penalti melalui umpan silang yang panjang. Ribery mengoper bola ke van der Vaart dan tim Forest bermaksud mengorganisir positional play.      

Setelah mereka mengoper bola ke sayap kiri, tim Forest tiba-tiba menendang bola kembali ke sayap kanan dengan umpan panjang. Lennon menangkap bola dengan indah dan berhadapan dengan Ashley Cole.      

Cole tahu kalau van der Vaart ada di sampingnya. Sambil mengawasi Lennon, dia juga harus mewaspadai koordinasi apapun antara van der Vaart dan Lennon.      

Lennon mengangkat kaki kanannya dan terlihat seolah ingin mengoper bola.      

Apa itu operan satu-dua?     

Saat pusat gravitasi Cole bergeser, Lennon tiba-tiba mendorong bola dalam garis lurus sambil berlari kencang – sebuah terobosan.      

Cole sama sekali tidak menduga bocah itu akan memaksa menerobos dan berlari cepat tanpa ragu. Pada saat dia bereaksi, Lennon sudah melesat melewatinya seperti angin, dia akan menerobos...      

"Terobosan yang indah! Kecepatan Nottingham Forest di sayap mungkin yang tercepat di Liga Utama Inggris. Franck Ribery, Petrov, Ashley Young dan Aaron Lennon, ciri khas mereka semua adalah kecepatan."     

Setelah menerobos, Lennon mengoper bola dan van Nistelrooy menerima bola untuk menembakkannya ke gawang!     

Sayangnya, sudutnya terlalu lurus dan mudah ditangkap oleh Cech.      

Setelah Cech berhasil menangkap bola, dia melompat dan berteriak pada Ashley Cole agar rekannya itu lebih fokus. Dia tidak senang melihat bek belakangnya bisa diterobos dengan mudah oleh lawan.      

Cole mengabaikan kekesalan Cech. Dia telah meremehkan bocah di hadapannya itu. Dibandingkan dengan "raja assist EPL" Ashley Young, Lennon hanya bisa dikatakan sebagai bintang harapan. Di arena sepakbola Inggris yang suka mempromosikan diri sendiri; bintang harapan seperti bocah itu adalah hal yang umum.      

Ayo, nak. Aku tidak akan melepaskanmu kali ini! kata Ashley Cole pada dirinya sendiri sambil menatap Lennon.      

※※※     

Tim Forest berhasil bangkit kembali, tapi pemain yang kini berhadapan dengan Ashley Cole adalah pemain yang lebih tajam dan lebih berpengalaman, Ribery.      

Cole berhasil memaksa Ribery ke sayap sambil berusaha membuatnya keluar dari garis gawang, tapi dia sama sekali tidak menduga kalau Ribery akan mengait bola dan mendorong bola-yang-hampir-keluar-batas itu melalui celah diantara kedua kaki Cole!     

Sebelum Cole bisa berbalik, Ribery sudah berlari kencang untuk melepaskan diri darinya. Itu terobosan lagi!     

Setelah dia berhasil melewati Cole, Ribery tidak memilih untuk mengoper. Dia masih terus bergerak ke dalam, bermaksud meluncurkan serangan langsung.      

Carvalho memaki dan terpaksa bergerak maju dan menghadangnya. Celah di belakangnya diserahkan kepada rekan setimnya.      

Ribery masih ingin menerobos, tapi hanya ada sedikit ruang baginya untuk bermain di area penalti. Carvalho bertahan dengan tenang dan memaksa bola keluar dari garis gawang.      

Tim Forest mendapatkan tendangan sudut.      

"Tim Forest berulang kali meluncurkan serangan dari sayap kanan mereka, dan mereka telah berhasil melewati Ashley Cole dua kali berturut-turut!"     

Mourinho bangkit dari kursinya. Dia jelas tahu bahwa Twain memfokuskan serangannya di wilayah Cole tapi dia masih tidak ingin mengganti Cole. Meski dia memasukkan pemain baru, dia tidak yakin hal itu akan bisa membantu Chelsea untuk meredam serangan lawan yang kontinyu. Caranya memperbaiki kekurangan ini adalah dengan mengandalkan dukungan pertahanan dari seluruh tim.      

"Terry!" Dia berteriak dari pinggir lapangan. Saat Terry memandangnya, dia menunjuk ke arah Cole dan berkata, "Bantu disana!"     

Dia tidak perlu memperjelas apa yang dia inginkan agar kapten tim, Terry, tahu apa yang harus dia lakukan. Dia mengarahkan lini pertahanan belakang untuk condong ke kiri. Tim Forest ingin menekan Ashley Cole yang memiliki kartu kuning. Mereka tidak boleh membiarkan lawan sukses melakukannya.      

Setelah fokus pertahanan Chelsea terfokus pada sisi Cole, serangan tim Forest mengalami kegagalan. Mereka tidak bisa menembus sayap beberapa kali dan hanya bisa berkeliaran diluar.      

Setelah van der Vaart mendapatkan bola, dia berhadapan dengan sayap kiri Chelsea yang dijaga ketat. Dia melihat sayap lain yang kosong.      

Eh?     

Pria Belanda itu mengerutkan kening. Pria itu, Leighton Baines, takut meninggalkan lini belakang tak terjaga, jadi dia tetap di belakang. Tapi bagaimana dengan George? Bukankah dia bilang kalau dia akan pergi ke sayap kiri untuk membantu saat dia akan menyerang? Dimana dia sekarang? Tidak ada orang disana!     

Saat perhatiannya teralihkan, Essien mendorong bola menjauh dari kaki van der Vaart!     

Sial!     

Van der Vaart ingin berbalik untuk merebutnya lagi, tapi dia sudah terlambat. Meski begitu, dia berbalik dan mencoba menyusul.      

Dia baru berlari dua langkah sebelum kemudian berhenti, karena bola Essien direbut oleh George Wood. Dua pria itu bersaing dengan aksi cepat mereka dan pemenang akhirnya adalah Wood yang secara fisik lebih kuat. Essien berusaha merebut tapi Wood masih berhasil mempertahankan bola.      

Van der Vaart kembali mundur untuk membantu Wood yang mengoper bola padanya.      

"Barusan kau dimana?" tanya van der Vaart saat menerima bola, "Aku mencarimu saat bolaku direbut..."     

"Aku bersiap untuk berlari." jawab Wood singkat. Setelah mengatakan itu, dia berlari ke sayap kiri.      

Melihat punggungnya, van der Vaart hanya bisa mengangkat bahu tanpa daya dan merasa sedikit lega.      

Sekali lagi dihadapkan pada sayap kanan yang ramai, van der Vaart melirik lini tengah, yang terlihat beresiko. Dia hanya bisa mengoper bola ke sayap kiri dan dia menendang bola kesana dengan umpan panjang.      

Saat dia mengoper bola, Wood tidak teralihat di bidang pandangnya.      

Apa dia benar-benar akan muncul disana? Setelah dia menendang bolanya, van der Vaart merasa sedikit menyesal.      

"Sebuah umpan panjang, tapi tidak ada pemain Forest disana... Ah, tunggu dulu!"     

Sosok berwarna merah melesat melewati kamera televisi.      

Itu adalah George Wood.      

Dia muncul di tempat bola mendarat, tapi cukup sulit menghentikan bola saat sedang berlari kencang. Belum lagi saat itu bola sudah sangat dekat dan masih cukup tinggi.      

Tembakan van der Vaart sedikit terlalu lebar. Haruskah dia membiarkan bolanya keluar?     

Tidak ada kata "batalkan" dalam kamus Wood.      

Dia melompat tinggi sambil berlari dan menghentikan bola dengan dadanya di dekat tepi lapangan.      

"Dia menghentikan bolanya dengan indah tapi..."     

Makalele muncul di depan Wood.      

Banyak orang tidak menduga hal ini, termasuk van der Vaart yang mengoper bola ke Wood. Dia mengira ada ruang terbuka disana. Selama Wood bisa menghentikan bola, tidak akan jadi masalah baginya untuk menyesuaikan diri, mengoper atau menggiring bola sesuai keinginannya. Bagaimanapun, tidak akan ada yang mengikutinya selama sesaat.      

Dia sama sekali tidak menduga kalau Makalele sudah menunggunya.      

Mourinho bersandar ke kursinya. Penyesuaian Twain tepat sesuai dengan yang telah diantisipasinya. Sekarang mereka akan melihat siapa yang lebih kuat, Makalele, yang ahli dalam bertahan atau pemain penyerang setengah-matang itu.      

※※※     

Bola dihentikan saat posisinya masih agak tinggi. Makalele menunggu di tepi lapangan agar bola bisa sedikit turun sebelum dia merebutnya. Bagaimanapun juga, untuk menghentikan bola, Wood sudah melompat dari luar lapangan, jadi dia tidak cemas.      

Sialan, kenapa bolanya tinggi sekali... Makalele memandang ke arah bola yang meluncur turun. Karena van der Vaart menendang bola terlalu keras, Wood tidak terlalu peduli kalaupun dia harus memakai teknik yang menggunakan dadanya untuk menghentikan bola agar tidak keluar batas lapangan. Bola itu berhenti dan langsung memantul ke atas dan ke bawah. Ketinggiannya masih sedikit diatas rata-rata.      

Ketinggian itu sesuai untuk...      

Makalele sudah siap untuk melompat dan menyundul bola keluar, tapi seseorang melompat lebih dulu daripada dirinya. Sebuah sosok gelap menghalangi sebagian besar langit diatas kepala Makalele.      

Dia melihat wajahnya dengan jelas...      

George Wood.      

Bajingan ini, kapan dia datang... Makalele berubah pikiran di menit-menit terakhir. Dia tidak bersaing dengan Wood dalam menyundul bola. Dia hanya perlu memblokir jalurnya!     

Dengan sedikit putaran tubuhnya, dia menjaga agar Wood tetap berada diluar lapangan. Dia tahu Wood ingin menyundul bola ke dalam lapangan. Selama dia berada di posisi ini, setelah Wood menyundul bolanya ke dalam lapangan, bola itu masih akan jadi milik Chelsea. Dia tidak cemas tentang kehilangan kendali atas bola.      

Wood melompat di udara dan menyundul bola ke dalam lapangan. Makalele melihat bola yang terbang masuk dan melepaskan Wood untuk mengejar bola. Kalau dia masih disana dan bertahan, maka itu akan jadi pelanggaran saat blocking...      

Berusaha bersaing dengan Wood dalam hal kecepatan, Twain tersenyum saat dia melihat adegan ini dari luar lapangan.      

Robben akan menjadi pesaing yang lebih baik!     

Wood menggunakan tenaga penuh saat dia menyundul bola. Dia tahu Makalele sudah menunggunya di bawah sana. Kalau sundulannya terlalu ringan, Makalele hanya perlu mengambil dua langkah sebelum bisa merebut bola. Karenanya, dia menyundul bola cukup jauh tapi tidak sampai jatuh ke kaki pemain Chelsea di belakang dan Makalele tidak akan bisa merebutnya dengan mudah.      

Setelah dia mendarat, Makalele sudah berlari tiga langkah di depannya yang jaraknya sekitar tiga meter jauhnya.      

George Wood terlihat seperti cheetah yang siap menerkam di belakang mangsanya. Dengan raungan pelan, otot-ototnya dipenuhi energi dan dia melesat seperti anak panah.      

Tanpa perlu menolehkan kepalanya, Makalele merasakan ada bahaya yang mendekatinya dari belakang. Dia tahu kalau dia tidak akan unggul jika bersaing kecepatan dengan Wood, tapi dia bisa menggunakan pengalamannya untuk memblokir jalurnya. Selama kau terblokir, kau pasti harus melambat tak peduli seberapa cepat kau berlari.      

Bola masih memantul di hadapan keduanya, membuat kedua pria itu saling berebut untuk mendapatkan bola.      

Makalele bergerak ke samping dan memblokir jalur Wood. Tapi sebelum dia bisa menjejakkan kakinya, dia merasakan benturan kuat di punggungnya, dan dia terhuyung sejenak setelah terhantam...      

Wood bisa tahu dari postur lari Makalele kalau dia akan berusaha memblokir posisinya. Kalau dia terblokir, dia tidak punya pilihan lain kecuali melakukan pelanggaran. Dia mengandalkan kebugaran fisiknya yang kuat dan mencoba mengubah arah ke kiri untuk menghindari jalur ini. Dia tidak mengurangi kecepatannya dan terus bergerak maju ke arah bola.      

Meski begitu, tenaga dorongnya ke depan masih mengenai Makalele.      

Di dunia sepakbola, Makalele dari Prancis memang berbeda. Dia tidak bagus dalam menyerang dan dia juga tidak kuat. Tingginya hanya 1.7 meter, tapi kemampuannya bertahan di lini tengah bisa dikatakan berada di peringkat tiga besar dunia. Pengalamannya yang luas, skill bertahannya yang luar biasa, dan penilaiannya yang akurat adalah skill unik yang membuatnya tak tertandingi di dunia sepakbola. Dengan adanya Makalele di lini tengah, terdapat sebuah gerbang besi tak tertembus yang membuat lini pertahanan belakang dan kiper merasa tenang.      

Chelsea yang berhasil memenangkan gelar Liga Utama selama dua musim berturut-turut erat kaitannya dengan intersepsi Makalele yang bekerja tak kenal lelah di lini tengah. Keberadaannya berhasil meminimalkan ancaman terhadap lini pertahanan belakang Chelsea.      

Tapi kali ini, gerbang besi itu terbuka.      

Langkah Makalele yang terhuyung tak bisa menahan keseimbangannya. Saat dia melihat Wood akan melewatinya, dia melemparkan tubuhnya ke samping, bermaksud menghalangi langkah Wood ke depan.      

Sebagai akibatnya, semua orang melihat pemandangan yang aneh. Makalele dengan putus asa berpegangan pada pinggang Wood, tapi Wood tidak berhenti. Dia menyeret Makelele bersamanya sambil terus berlari ke depan, meski kecepatannya terpengaruh.      

Wasit meletakkan peluit di bibirnya dan merasa ragu untuk meniupnya atau tidak. Apa situasi ini bisa dianggap mengambil keuntungan dari lawan?     

Wood akhirnya berhasil mencapai bola dan dia tidak peduli meski dia masih menyeret Makalele. Dia mengayunkan kakinya sambil berlari!     

"Dia lagi! George Wood – apa bolanya... apa bolanya masuk?"     

Dari kursi komentator, dia melihat bola melesat seperti peluru meriam ke arah gawang Chelsea. Cech melemparkan tubuhnya untuk menyelamatkan gawang, tapi jaring di belakangnya masih bergetar. Dia hampir saja berteriak "bolanya masuk lagi!" Untungnya, ketenangannya di saat-saat kritis telah berhasil menyelamatkannya dari terlihat konyol.      

Cech berbaring di tanah dan mendongak menatap jaring yang bergoyang. Bolanya kini kini bergulir pelan di depan papan iklan. Dia merasa seolah dia baru saja lolos dari kematian.      

Bola itu tidak masuk ke dalam gawang. Tendangan Wood melenceng sekitar empat puluh lima derajat. Tembakan itu membuat orang-orang Chelsea terkejut hingga berkeringat dingin.      

Saat dia melihat bola mengenai sisi gawang, Wood mengibaskan tangannya dengan frustasi. Dia menoleh untuk memandang Makalele yang terbaring di tanah, dan pria itu juga balas menatapnya.      

Apa anak ini monster? Makalele menatap tajam Wood, seolah berusaha melihat menembusnya dan mengetahui struktur fisiknya untuk tahu apakah makhluk di hadapannya ini memang manusia atau sesuatu yang lain.      

Stamford Bridge tampak terkejut dengan apa yang barusan terjadi dan tenggelam dalam keheningan singkat. Tidak ada yang tahu apa yang harus dilakukan setelah melihat serangan itu. Apa mereka seharusnya mencemooh atau memberinya tepuk tangan?     

Wood memandang Makalele tapi tidak membantunya bangkit berdiri. Dia hanya berbalik dan berlari menjauh.      

Kalau bukan karena gangguan itu, dia pasti punya pilihan yang lebih mudah. Menyeret pria itu telah membuatnya harus menembak dengan buru-buru. Tadinya dia ingin mengoper bola ke rekan setimnya karena dia tahu kekurangannya dalam menembak.      

Itu adalah serangan yang gagal karena dia tidak berhasil mencetak gol.      

Tapi siapa yang tahu jenis serangan seperti apa barusan itu bagi para fans yang menonton di tribun, di depan televisi dan bagi mereka yang ada di lapangan??     

Tenggelam dalam lamunan, Dunn tiba-tiba saja disadarkan oleh suara tamparan ringan. Disampingnya, Twain memukul pahanya dan memamerkan giginya dalam senyum lebar. "Kita bisa menang!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.