Mahakarya Sang Pemenang

Tak Terduga



Tak Terduga

0Mungkin setelah pertandingan berakhir, Twain akan ingat untuk menjelaskan kepada Anelka tentang kenapa dia yang digantikan, dan bukan Viduka atau pemain lainnya.     

Karena tim Forest bersikeras memainkan bola atas, Viduka sangat dibutuhkan karena sundulannya yang bagus. Menjadi penyerang tengah yang kuat dan kokoh, Anelka tidaklah cocok untuk tugas ini. Delapan belas menit setelah pertandingan dimulai, sebagian besar tugas Viduka adalah mendukung Anelka dan menunggu kesempatan untuk memberikan assist dalam mencetak gol.     

Mungkin dalam pertandingan lain, imej Viduka adalah dia ada disana untuk membantu Anelka, sama seperti hubungan antara bunga dan daun. Anelka adalah bunga dan Viduka adalah daun. Tapi dalam pertandingan ini, dimana sangatlah penting untuk menembus gawang Barcelona melalui bombardir bola atas, Viduka menjadi bunga dan Anelka menjadi daun yang hijau.     

Twain jelas tidak akan mengeluarkan Viduka yang menjadi titik serangan utama dan juga tidak akan mengganti pemain manapun di lini pertahanan. Empat pemain lini tengah sudah seimbang dan diperlukan untuk menahan lini tengah Barcelona yang sangat kuat. Hilangnya satu pemain disana akan menghancurkan keseimbangan itu. Setelah mempertimbangkannya masak-masak, dia hanya bisa mengganti Anelka.     

Dan masalahnya terletak disana.     

Itu sebuah paradoks.     

Hanya Anelka yang bisa diganti.     

Tapi Anelka tidak ingin dikeluarkan dari lapangan. Dia menganggap dirinya sebagai pemain inti dan layak menjadi No. 1. Absennya Eastwood selama sembilan bulan telah memberinya peluang untuk menjadi pemain inti dalam serangan tim. Dia menjadi pemain inti dan membuktikan dirinya dengan semua gol yang dicetaknya dalam pertandingan. Manajer juga telah mempercayainya. Bahkan ketika Eastwood, pemain favorit manajer, kembali dari pemulihan, dia masih belum bisa menggoyahkan posisi Anelka sebagai pemain utama. Dia juga sudah menggunakan gol-golnya untuk membayar kepercayaan manajer pada dirinya.     

Semua itu terlihat luar biasa, bekerjasama sepenuh hati dengan manajer dan tim yang terjun ke dalam berbagai kompetisi. Bersama-sama mereka menciptakan serangkaian legenda: Peringkat kedua di Liga Utama Inggris dan babak final Liga Champions...     

Anelka mendapatkan penghargaan sebagai striker kedua terbaik di Liga Utama. Dia juga menempati peringkat keempat dalam kualifikasi striker terbaik di Liga Champions. Kalau tim Forest berhasil mengalahkan Barcelona dalam "kemenangan tak terduga" di pertandingan ini, dia akan menerima trofi Liga Champions-nya yang kedua. Kali ini, dia tidak akan dilupakan. Dia adalah pemain inti di dalam tim dan layak mendapatkan pujian atas kemenangan mereka. Karirnya akan bangkit kembali, dan itu akan menjadi puncak karirnya yang kedua...     

Masa depan yang indah.     

Tapi semua ini, prospek yang indah ini dihancurkan oleh pergantian pemain yang tiba-tiba saja terjadi.     

Dalam sebuah pertandingan penting, di stadion kandang tim yang pernah dia wakili, di hadapan semua orang Paris yang pernah mengejeknya, setelah pertandingan baru berjalan selama delapan belas menit, manajer menggantinya.     

Inilah yang dipahaminya dari pergantian pemain yang dilakukan sang manajer: dia bukanlah pemain penting di benak sang manajer dan bisa dikorbankan atau digantikan kapan saja.     

Karena temperamennya yang eksentrik, Anelka tidak akan memperhitungkan faktor-faktor yang ada dibalik pergantian pemain itu. Dia hanya tahu kalau dia telah digantikan dan dibuang di pertandingan yang penting.     

Dia berjalan melewati Twain dengan wajah muram. Dia tidak berjabat tangan dengan manajernya. Dia tidak berusaha berkomunikasi atau menganggukkan kepala. Dia melewati manajernya begitu saja, pria yang dulu pernah disebutnya sebagai 'pria yang paling dikaguminya' dalam sebuah wawancara, berjalan langsung menuju terowongan pemain, dan menghilang dibalik semua keramaian stadion.     

Saat dia kembali ke ruang ganti, Anelka mengeluarkan ponsel dari lokernya dan menghubungi agennya alih-alih mandi dan mengganti pakaiannya.     

Tidak ada kamera televisi yang merekam apa yang terjadi saat itu, dan setelah pertandingan, Anelka tidak akan menyinggungnya kepada siapapun, termasuk Twain.     

Sambil memegang ponselnya, Anelka meminta bantuan kakak lelakinya. "Aku mau pergi dari sini."     

※※※     

Sepuluh menit kemudian, saat Anelka sudah berganti pakaian dan kembali ke pinggir lapangan, Twain ingat untuk melihatnya sekilas dan kemudian kembali mengarahkan pandangannya ke lapangan. Dia sedang tidak mood memikirkan tentang reaksi dan perasaan Anelka tentang pergantian pemain itu.     

Tim Forest masih kekurangan satu pemain dan dia harus mengubah strateginya. Dia harus memindahkan posisi penembak lebih ke belakang dan berjuang untuk menstabilkan pertahanan. Dia harus tetap menggunakan strateginya untuk bertahan di pertandingan ini, setidaknya hingga mereka mencapai babak tambahan dan adu penalti.     

Nottingham Forest memulai gelombang serangan mereka setelah Edwin van der Sar diusir dari lapangan. Paul Gerrard, yang baru saja dimasukkan, bukanlah pemain yang meyakinkan.     

Komentator Inggris tampak kaget saat mendengar kiper cadangan itu dimasukkan. Dibalik eksterior tim Forest yang kuat terdapat kelemahan yang sangat fatal: pemain cadangan mereka terlalu lemah.     

Paul Gerrard belum pernah diturunkan lebih dari empat kali dalam satu musim. Penampilan Edwin van der Sar yang konsisten turut membentuk prestasi tim Forest saat ini dan sekaligus juga menghambat perkembangan kiper cadangan. Pada saat ini, Twain tidak memiliki pilihan lain kecuali membiarkan Paul Gerrard yang tidak berpengalaman, yang sama sekali tidak punya pengalaman di Liga Champions, untuk menjadi kiper tim Forest dalam menghadang tembakan pemain Barcelona.     

"Paul Gerrard, ini adalah penampilan pertamanya di Liga Champions UEFA musim ini," Setelah mengatakan itu, komentator Inggris itu menghela nafas panjang. "Kurasa dia tidak akan bisa menciptakan keajaiban dan menjadi terkenal dalam satu pertandingan. Catatan karirnya sangat kurang. Kurasa tak peduli apapun hasil pertandingan ini, Manajer Twain harus mempertimbangkan dengan serius tentang kiper cadangannya. Sebagai runner-up di Liga Utama, mereka memiliki kiper kelas dunia, Edwin van der Sar, tapi sangatlah tidak bisa diterima jika kiper cadangan mereka selevel EFL Championship."     

Barcelona memanfaatkan kesempatan ini untuk melancarkan sebuah serangan sengit ke area penalti tim Forest. Dalam sepuluh menit, penampilan dan situasi kedua tim benar-benar berlawanan jika dibandingkan dengan sepuluh menit yang lalu. Barcelona berhasil melakukan tujuh tembakan ke gawang Forest, sementara Nottingham Forest sama sekali tidak berhasil melakukan tembakan satu kali pun.     

Tim Spanyol itu menunjukkan kepada semua orang tentang penampilan tim Barcelona yang sesungguhnya. Dan komentator Catalonia mengolok tim Forest. "Mereka ingin menunjukkan pada kita tentang sepakbola Inggris yang sebenarnya... Ha!"     

Viduka bergerak mundur untuk berfungsi sebagai bek tengah dan menggunakan sundulan kepalanya untuk membantu menyingkirkan ancaman terhadap gawang. Bagaimana mungkin mereka berharap tim Forest bisa menyerang? Sepuluh pemain berkumpul di area penalti untuk memblokir semua serangan Barcelona. Hujan telah membasahi seluruh tubuh mereka dan jersey tandang mereka yang berwarna kuning sudah ternoda coklat dan hijau oleh lumpur dan rumput. Dengan tiga warna itu saling berbaur, mereka tampak menyedihkan.     

"Para pemain Barcelona sudah mulai beradaptasi dengan lapangan. Koordinasi dan giringan bola mereka yang menakjubkan sangat indah untuk ditonton. Inilah Barcelona yang kita kenal!" seru komentator dengan penuh semangat.     

Saat itu, Ronaldinho menerobos masuk ke depan area penalti dan mengacaukan lini pertahanan Forest. Itu adalah situasi yang sulit. Sayangnya, tembakannya memantul ke tiang gawang di menit-menit terakhir. Meski begitu, penampilan Barcelona masih mendapatkan pujian dari mayoritas fans mereka. Mereka tidak serewel sebelumnya. Bagaimanapun juga, mereka lebih unggul satu pemain daripada tim Forest dan kiper cadangan Forest bukanlah pemain yang kuat. Masih ada lebih dari lima puluh menit tersisa dalam pertandingan ini. Mereka masih punya cukup waktu untuk mencetak gol, unggul dan menang.     

Karenanya, setelah sepuluh menit menembak membabi buta, mereka melihat bahwa seluruh tim Forest telah terpukul mundur. Kini area gawang mereka tertutup rapat dan sulit untuk ditembus. Barcelona yang berpengalaman mulai melambatkan irama serangan mereka. Alih-alih terus menekan tim Forest, mereka sedikit bergerak mundur untuk memancing para pemain Forest dan mencoba mencari celah yang bisa dimasuki.     

Para pemain Barcelona tampak penuh percaya diri. Mereka memainkan sepakbola teknis yang menjadi kelebihan mereka dengan tenang. Mereka bolak-balik mengoper bola dan menunjukkan pemosisian cut-and-pass yang indah untuk memancing para pemain Forest agar keluar dari posisi mereka.     

Fans Forest merasa kesal saat mereka melihat Ronaldinho memamerkan skillnya di hadapan Arteta. Arteta bahkan tidak bisa menyentuh bola. Pada saat ini, semua orang merindukan pria yang sedang duduk di tribun penonton.     

Kalau saja dia ada di lapangan saat Ronaldinho mencoba memamerkan kelincahan kakinya, dia pasti akan disambut dengan paku sepatu bola milik Wood.     

Tanpa disadari, semua orang sudah terbiasa dengan keberadaan George Wood di lapangan.     

※※※     

Bagi Demetrio Albertini, pertandingan ini ditakdirkan untuk menjadi sebuah pertandingan final Liga Champions yang tak terlupakan di sepanjang hidupnya.     

Sebenarnya, sebelum lawan mereka di final diketahui dan setelah Forest berhasil lolos ke babak final Liga Champions, Albertini berharap agar lawan mereka di final adalah AC Milan. Dia ingin Adriano Galliani dan Carlo Ancelotti melihat standar yang bisa ditunjukkan olehnya dalam kompetisi tingkat tinggi.     

Mungkin, dengan begitu maka dia berharap bisa memberikan penghormatan bagi tim yang telah diwakilinya selama empat belas tahun dan menunjukkan yang terbaik selama absennya Wood di babak final.     

Namun, Barcelona telah mengeliminasi AC Milan.     

Sebelum pertandingan, Albertini telah mengantisipasi sulitnya babak final ini. Dia tahu tim Barcelona adalah tim yang seperti apa. Mereka adalah klub papan atas seperti halnya AC Milan. Tidak ada alasan untuk meremehkan mereka. Dan, dengan absennya Wood, dia harus berbagi tugas Wood dengan Arteta di lini tengah. Tapi saat Edwin van der Sar diusir dari lapangan, kesulitan pertandingan ini melampaui ekspektasi Albertini.     

Dia sudah terbiasa melihat George di sekelilingnya dan bermain bersamanya di dalam pertandingan. Saat Wood tidak ada di lapangan, dia dan Arteta benar-benar harus berjuang keras menanggung beban tugasnya, padahal sebelum ini Wood selalu melakukan semuanya sendirian. Jenis monster seperti apa dia itu? Bahkan, Albertini, yang sering berinteraksi dengan Wood, tertegun saat menyadari ini.     

Tapi sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk merenungkannya. Wood tidak akan tampil di pertandingan ini. Tak peduli apapun alasannya dan bagaimana tim berada dalam kesulitan, dia tidak akan tiba-tiba turun dari langit untuk menyelamatkan rekan setimnya. Dia sedang duduk di kursi tribun VIP, menonton pertandingan dalam diam.     

Pertandingan ini bukan milik Wood. Kalau benaknya masih dipenuhi pikiran tentang Wood, dia tidak menghormati sepuluh rekan setim lainnya.     

Ini adalah pertarunganku dan pertandinganku. Ini milikku, Demetrio Albertini.     

"Barcelona terus mengoper bola. Mereka sama sekali tidak terburu-buru bergerak maju. Nottingham Forest membuat formasi bertahan yang sangat rapat dan mereka tidak punya banyak peluang. Deco mengambil bola dan melakukan gerak tipuan untuk menerobos tapi malah mengoper bola ke Ronaldinho!"     

Saat suara komentator naik satu oktaf, sama halnya dengan suara sorakan di stadion.     

Pria Brasil dengan gigi tonggos itu adalah pemimpin dan bintang baru Barcelona. Semua orang merasa senang saat melihat bola berada di kakinya dan mereka tidak bisa melepaskan pandangan darinya saat mereka menantikan momen brilian yang bisa terjadi kapan saja untuk memukau mereka.     

Ronaldinho bersandar ke Arteta dan menggunakan sisi luar kakinya untuk menginjak bola, yang menjadi ciri khas gerakan Ronaldinho. Kelebihan yang dimilikinya adalah dia bisa membuat beragam jenis kombinasi gerakan. Baik itu operan atau menggiring bola, dia bisa menjauhkan bola dari kaki lawannya.     

Arteta bergerak untuk mencegat bola tapi dihalangi oleh dorongan Ronaldinho.     

Saat semua orang menantikan Ronaldinho kembali memamerkan skill teknisnya yang luar biasa, dan ketika Ronaldinho memandang sekeliling untuk mengamati posisi rekan setimnya, Albertini tiba-tiba saja keluar dari titik buta dan menyodok bola dari bawah kakinya dalam sekejap.     

Ronaldinho menoleh dan hanya sempat melihat punggung pemain Nottingham Forest nomer 4.     

"Albertini merebut bola dari kaki Ronaldinho dan tim Forest menyerang balik!... Dia tidak mengoper bola, dia menggiringnya dan terus bergerak maju..."     

Meski Ribery dan Ashley Young telah berlari ke depan dan Viduka juga sudah siap untuk menerima bola, Albertini tidak mengoper bola. Dia memilih untuk menggiring bola dan melakukan terobosan.     

Di hadapan Edmilson, Albertini hanya mendorong bola ke arah sayap. Pria itu langsung mendekat dan menempel ke Albertini untuk menghalanginya bergerak maju. Dia telah dipojokkan ke sudut mati tapi dia masih berusaha bergerak maju.     

Ashley Young melihat kaptennya berlari di depannya, dia merasa ragu sejenak, dan kemudian beralih ke tengah untuk memberikan dukungan dan perlindungan bagi kaptennya.     

Seperti yang diharapkan, para bek Barcelona, yang tadinya hendak bergerak ke sayap untuk merebut bola Albertini, melihat Ashley Young berlari ke tengah dan baik Marquez maupun Puyol memilih untuk tetap berada di tengah, sehingga membiarkan Edmilson dan van Bronckhorst menjaga Albertini.     

Tak peduli bagaimana lawan berusaha menghalanginya, Albertini dengan gigih terus menggiring bola ke sisi kiri area penalti Barcelona, yang dijaga oleh van Bronckhorst. Setelah dia dikepung oleh kedua pria itu, Albertini melambat, menjaga bolanya dan menunggu rekan setimnya untuk mendukungnya.     

Barcelona tidak ingin memberinya kesempatan itu. Van Bronckhorst mentekel Albertini hingga terjatuh.     

Wasit langsung meniup peluitnya menandakan pelanggaran.     

Van Bronckhorst mengangkat bahunya dan bergerak mundur. Albertini bangkit dari tanah dan memberi isyarat bagi rekan-rekannya untuk maju ke depan. Ini adalah peluang bagi tim Forest untuk menyerang. Mereka telah melatih taktik bola mati berulang kali untuk digunakan sebagai senjata utama melawan Barcelona.     

"Menit ke-38, tendangan bebas dari luar area penalti. Ini adalah peluang bagi Nottingham Forest dan Albertini, yang telah menggiring bola sejauh lebih dari 40 meter. Mari kita lihat bagaimana kelanjutannya."     

Komentator kembali terdiam dan para pemain dari kedua tim berkumpul di bagian dalam area penalti. Para pemain Barcelona sibuk bertahan sementara para pemain Forest berbaur di dalam area penalti, menunggu kesempatan untuk mencetak gol.     

Arteta ingin melakukan tendangan bebas itu, tapi Albertini menolaknya. Dia ingin menyelesaikan peluang yang telah diciptakannya sendiri.     

Para pemain Forest, Viduka, Pepe dan Pique, yang paling jago dalam menyundul bola, bergegas menuju bagian depan gawang. Tiba-tiba merasa paling menonjol, pemain Barcelona yang paling jangkung, Marquez, terjepit diantara mereka semua seperti hot dog yang malang.     

Ini adalah pelanggaran yang biasa terjadi, dan para pemain Barcelona merasa bahwa tim Forest yang sudah babak belur dan kekurangan pemain, tidak akan bisa melakukan apa-apa. Pertahanan di area penalti sedikit longgar dan dinding dua-orang di depan gawang juga tidak terlalu rapat.     

Albertini mengawasi situasi di dalam area penalti dan kemudian bergerak mundur untuk mempersiapkan diri melakukan tendangan bebas.     

Dia tidak bergerak mundur terlalu jauh untuk mengambil awalan. Melainkan langsung mengayunkan kakinya dan bola yang ditendangnya melewati dinding dua-orang yang tak ada gunanya lalu terbang ke arah gawang Barcelona.     

Saat bolanya terbang ke atas, para pemain bertahan Barcelona tidak berlari dengan cepat. Mereka hanya sempat melihat sesosok kuning melintas di depan gawang Barcelona!     

"Pepe! Ahh --- Oh Ya Tuhan! GOOOOL! GOOOOL! GOOOOOOL!!"     

Saat menghadapi serangan sundulan yang tiba-tiba dari bek tengah jangkung yang tiba-tiba muncul dari belakang, Valdes tidak berhasil bereaksi tepat waktu. Dia hanya melompat sedikit dan kemudian menoleh untuk melihat bolanya melesat masuk ke dalam gawang.     

Puyol tertipu dengan tendangan lengkung Albertini. Dia mengira bolanya akan bergerak masuk, jadi dia bergegas menuju ke arah gawang. Dia sama sekali tidak mengira kalau bola akan berbelok dan terbang keluar ke area pertahanan yang menjadi tanggungjawab Puyol. Saat dia melihat Pepe berlari dari belakang dan menyundul bola ke arah gawang, dia berbalik dan melompat ke belakang untuk memblokirnya, tapi itu sudah terlambat. Dia sekepala lebih pendek dari Pepe!     

"Pepe! Bek tengah asal Brasil yang membuat Tony Twain harus menggunakan klausul bakat luar biasa musim ini untuk mendapatkan ijin kerja dari FA. Twain akhirnya menuai hasilnya. Pepe telah membuktikan bahwa dia memang layak menjadi pemain dengan bakat luar biasa."     

"Dengan hanya sepuluh pemain, Nottingham Forest berhasil mencetak gol lebih dulu dan unggul atas lawannya! Ini sulit untuk dipercaya!"     

"Oleguer seharusnya bertanggungjawab karena tidak mengejar bola! Dia sama sekali tidak melihat Pepe berlari dari belakang dan sangatlah tidak bijaksana bagi Puyol untuk berkompetisi memperebutkan bola atas."     

"Aha! Inilah tim Tony Twain yang sebenarnya. Mereka tidak pernah menyerah! Saat tidak ada orang yang mengharapkan kemenangan mereka, mereka justru menunjukkan ledakan energi yang mengejutkan! Tim Inggris kita unggul atas Barcelona dengan skor 1:0! Dan mereka hanya memiliki sepuluh pemain!"     

Para komentator dari berbagai negara langsung ramai. Mereka telah menunggu selama tiga puluh delapan menit untuk gol pertama di babak final ini. Mereka sama sekali tidak menyangka kalau gol itu berasal dari Nottingham Forest yang babak belur, yang kekurangan satu pemain dan berada dalam situasi yang tidak menguntungkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.