Mahakarya Sang Pemenang

Siklus



Siklus

0Strategi apa yang paling sering digunakan Nottingham Forest?     

Mengajukan pertanyaan itu pada sepuluh, seratus atau seribu orang hanya akan memberikan satu jawaban yang sama.     

Sebuah tontonan yang tidak enak dilihat, pertahanan yang terlihat buruk, dan satu atau dua serangan balik tergantung keberuntungan mereka. Pertandingan berakhir, dan Forest menang.     

Selain terobosan tajam Ribery di sayap, pertandingan Forest sama sekali tidak punya apa-apa untuk ditampilkan.     

Mayoritas fans netral akan memihak Barcelona. Mereka berharap bisa melihat perwakilan artistic football – tim yang membuat mereka senang dan terhibur – menang dalam pertandingan. Mereka berharap bisa menggunakan kemenangan Barcelona untuk membuktikan bahwa masih ada tempat bagi sepakbola indah di dalam sepakbola modern. Atau, dengan kata lain, berharap sepakbola indah bisa dibangkitkan.     

Pada awalnya, Tang En berniat untuk adu serang dengan Barcelona disini. Dengan absennya Wood, Forest mungkin tidak akan bisa menang meski mereka terus bermain bertahan. Mereka mungkin justru dimaki karena penampilan mereka yang tidak menyenangkan untuk ditonton. Kalau mereka adu serang dengan Barcelona, mereka mungkin masih punya sedikit harapan. Namun, setelah media menggembar-gemborkan tentang "final antara artistic football dan utilitarian football," Tang En tiba-tiba berubah pikiran. Sekarang, dia ingin menggunakan pertahanan yang menjadi spesialisasi tim Forest saat melawan Barcelona. Hujan yang deras saat ini semakin mendukung keputusannya – lapangan saat ini tidak sesuai untuk permainan yang menggunakan teknik tinggi. Dengan keunggulan fisik mereka, Forest tidak perlu mencoba hal baru yang asing bagi mereka dan lebih memanfaatkan kelebihan mereka sendiri.     

Meski absennya Wood akan mempengaruhi pertahanan tim, Forest tidak berhasil sampai sini berkat penampilan Wood semata. Pepe dan Pique sama-sama memiliki bakat dan kemampuan mereka sendiri. Selain itu, ada pula Leighton Baines dan Chimbonda yang tekun dan giat serta kiper kelas dunia Edwin van der Sar. Dengan formasi seperti ini, mereka tidak bisa dianggap lemah tak peduli dimanapun mereka berada.     

Tentu saja, ini bukan berarti Tang En akan meminta tim untuk selalu menggunakan strategi bertahan di sepanjang pertandingan. Dia tahu kalau mereka hanya bertahan, maka mereka tidak akan bisa mendapatkan hasil yang diinginkannya. Sebuah pertahanan sejati dengan level tinggi dibangun diatas pondasi serangan tim. Sama seperti serangan yang perlu dibangun diatas pondasi pertahanan yang kokoh, sebuah pertahanan yang stabil akan membutuhkan sisi serangan tim untuk ikut menanggung beban dan menahan daya serang lawan.     

Jadi, sejak awal pertandingan, Nottingham Forest, yang unggul dalam bertahan, tanpa diduga melancarkan serangan bertubi-tubi ke gawang Barcelona, mengubah imej mereka yang biasanya lebih tenang.     

Jelasnya, Barcelona juga sama sekali tidak menyangka kalau Forest akan mengambil inisiatif untuk menyerang. Sejak pertandingan dimulai, mereka seperti tidak tahu harus melakukan apa. Lapangan yang licin semakin menambah kebingungan mereka. Semuanya seolah membuat mereka kehilangan pijakan.     

Dibandingkan dengan Barcelona, yang menggunakan banyak teknik dalam gaya permainan mereka, Forest lebih cocok bertarung dibawah kondisi cuaca seperti ini; strategi serangan mereka sangatlah sederhana dan cepat. Tidak ada terobosan rumit melalui lini tengah atau kombinasi give-and-go yang menakjubkan. Mereka hanya akan menggiring bola secara individu dan, dalam dua atau tiga operan, mengirimkan bola ke zona bahaya. Setelah itu, melakukan tembakan untuk mencetak gol. Berkat Viduka, Forest bisa menggunakan lebih banyak umpan atas dengan memanfaatkan tinggi badan para pemain dan sundulan mereka untuk mengendalikan bola. Selain itu, mereka juga bisa menyerang ke gawang secara langsung. Gaya bermain Forest sangat mengurangi dampak dari lapangan yang buruk.     

Kalau Barcelona punya kelemahan, maka itu adalah pertahanan mereka terhadap bola atas. Mungkin itu karena kelincahan kaki mereka yang luar biasa, membuat mereka malas berusaha keras dalam memperebutkan bola atas.     

Kebetulan sekali lawan mereka di pertandingan ini adalah Nottingham Forest, sebuah tim dari Inggris.     

"Ashley Young! Dia sangat cepat!" Di sayap kanan, Ashley Young menggiring bola dengan cepat. Lapangan yang licin seolah tidak berpengaruh baginya. Berhadapan dengan bek Belanda, Giovanni van Bronckhorst, tiba-tiba saja dia menendang bola lebih dari 10 meter ke depan dan segera berlari untuk menyusul bola. Pada saat Giovanni van Bronckhorst memutar badannya, itu sudah terlambat. Kecepatannya sama sekali tidak bisa menyaingi penyerang sayap tercepat kelima di Liga Utama Inggris; waktu lari jarak pendeknya untuk 100 meter adalah 10.97 detik. Pada saat pria Belanda itu berbalik, dia hanya bisa melihat punggung Young bergerak menjauh.     

Setelah berhasil melepaskan diri dari Giovanni van Bronckhorst, Ashley Young tidak memotong ke dalam. Melainkan, dia mengayunkan kaki dan mengoper bola ke tengah, sebuah umpan atas!     

Ini sesuai dengan yang diinstruksikan oleh Tang En. Para pemain Forest harus memainkan lebih banyak bola atas dan menggunakan kelebihan mereka ini untuk memberikan lebih banyak tekanan kepada Barcelona.     

Viduka melompat tinggi dari kerumunan pemain. Sebelum Puyol dan Marquez bisa menyundulnya, dia berhasil menyundul bola dan mengarahkannya ke gawang!     

"Victor Valdes! Penyelamatan yang indah!"     

Kiper nomer dua Spanyol itu berhasil menghalau bola sundulan Viduka keluar dari area gawang meski kejadian tadi sangat mengejutkan fans Barcelona hingga membuat semua orang berkeringat dingin.     

"Sejak awal pertandingan, tim Forest tidak memilih untuk bertahan. Sejak kick-off, mereka meluncurkan gelombang demi gelombang serangan terhadap Barcelona. Kali ini, mereka hampir berhasil mencuri gol!"     

Setelah tendangan sudut dilakukan, baik Pepe dan Pique bergegas masuk ke dalam kerumunan. Area di depan gawang Barcelona kembali kacau. Situasi kacau itu hanya berakhir setelah Puyol berhasil membuang bola keluar dari area itu.     

"Pertahanan Barcelona terhadap bola atas sangat kacau... kelihatannya manajer Twain sudah menemukan cara untuk menghadapi Barcelona."     

Siaran TV mengambil gambar Tang En dari jarak dekat. Dia sedang duduk di kursi manajer. Atap yang pendek sama sekali tidak memberikan perlindungan yang cukup terhadap hujan yang seolah ditumpahkan dari langit. Celana panjang Tang En sudah benar-benar basah dan kemejanya sudah setengah basah. Pada saat itu, tatapannya masih terarah ke lapangan, sepenuhnya terfokus kesana.     

Disampingnya, Rijkaard berdiri dari kursinya. Dia sedikit cemas melihat serangkaian ancaman di depan gawangnya. Alisnya bertaut saat dia meniup peluitnya dua kali, mengingatkan para pemainnya agar memperhatikan pertahanan di daerah sayap.     

※※※     

Pengingat Rijkaard sama sekali tidak berpengaruh. Lima menit berlalu. Barcelona, yang menjadi terkenal di seluruh dunia karena serangannya, sama sekali tidak bisa menunjukkan satu tembakan yang layak. Mereka benar-benar ditekan oleh serangan Forest yang bertubi-tubi dan kondisi lapangan yang buruk, membuat mereka tidak bisa tampil sesuai standar mereka yang biasa.     

Pikiran Tang En cukup sederhana. Mengambil kesempatan saat Barcelona masih belum bisa beradaptasi dengan lapangan, Forest akan mencetak gol dan membuat keunggulan itu menjadi peluang yang lebih besar bagi mereka untuk menang. Tentu saja, akan lebih baik kalau mereka bisa mencetak lebih banyak gol. Dengan membuat timnya unggul secara psikologis, mereka akan bisa mulai membuat Barcelona merasa cemas dan melakukan kesalahan sendiri.     

Ini adalah rencananya sebelum pertandingan. Semua orang merasa yakin dengan ini.     

Kalau pertandingan berjalan sesuai dengan rencana, maka itu akan membuat mereka lebih santai.     

Tang En tidak suka menyusun rencana pra-pertandingan untuk mengatasi berbagai permasalahan tim. Dia juga tidak percaya kalau lawan akan diam saja melihat pengaturan yang dibuat olehnya. Karenanya, dia lebih menyukai penyesuaian yang dilakukan secara langsung selama pertandingan.     

Penampilan Ashley Young di sayap kanan sangat luar biasa. Franck Ribery juga tidak kalah dengannya. Di sayap kiri, dia memilih untuk memotong ke dalam saat dia berhadapan dengan Oleguer. Setelah memperluas sudut tembaknya, dia segera mengayunkan kakinya dan menembakkan bola! Victor Valdes sangat fokus, tubuhnya melompat ke satu sisi untuk memblokir bola. Mereka berhasil mendapatkan tendangan sudut lagi!     

Fans Nottingham Forest di tribun penonton, meski kalah jumlah dari fans lawan, bersorak keras. Dibawah serangan gencar yang diluncurkan oleh tim Forest, fans Barcelona tampak terdiam.     

Tendangan sudut dilakukan. Saat bek Barcelona terfokus pada Pepe dan Pique di area penalti, Forest melakukan perubahan. Albertini tidak langsung mengarahkan bola ke area penalti, melainkan mengopernya ke Arteta, yang bergerak maju untuk menerimanya. Itu tendangan sudut yang pendek!     

Saat melihat Arteta menerima bola, semua bek belakang Barcelona segera bergerak maju, berharap bisa menciptakan jebakan offside. Dalam waktu singkat, pemain Spanyol itu mengoper bola ke tengah. Itu bukan bola atas melainkan bola dengan ketinggian sedang.     

Semua orang segera berlari menjauh, termasuk para pemain Forest yang cemas terkena offside. Saat sedang berlari cepat menghindari jebakan offside, Anelka tiba-tiba saja berbalik dan bergerak maju. Umpan Arteta datang tepat ke arahnya! Penyerang Prancis itu mengayunkan kakinya dan menendang bola ke depan, hampir bersentuhan dengan bek belakang Barcelona, Marquez.     

Komentator mulai berteriak. Fans sepakbola di stadion juga mulai berteriak sekuat tenaga.     

"Anelka! Sebuah pertarungan satu lawan satu!"     

Victor Valdes melangkah maju dengan berani. Dalam situasi dimana jarak mereka sangat dekat, dia menjatuhkan tubuhnya ke tanah untuk menyelamatkan bola. Setelah hampir bersinggungan dengan Marquez, Anelka hanya memiliki ruang gerak yang terbatas. Dia hanya bisa menggunakan tendangan melengkung. Bola mendarat di paha Victor Valdes, lalu bergulir menjauh dari garis gawang.     

Desahan nafas panjang terdengar bersamaan dari tribun.     

"Sayang sekali! Sampai saat ini, itu adalah peluang terbaik Forest! Barcelona ditekan hingga mereka nyaris tak bisa bernapas!"     

Anelka memegang kepalanya dengan kedua tangan, sangat menyesali kegagalannya memasukkan bola ke gawang.     

Tang En juga merasa sama menyesalnya seperti Anelka. Saat melihat Anelka menerobos Marquez, dia sudah berdiri dari kursi manajer, bersiap mengangkat tangannya untuk merayakan gol. Dia sama sekali tidak mengira kalau Victor Valdes bisa melakukan keajaiban seolah-olah dia sedang dibawah pengaruh narkoba. Kiper itu sedang mujur, dia berhasil menghadang beberapa bola Forest yang memiliki peluang besar untuk masuk ke gawang. Kali ini juga sama, dia berhasil menghentikan tembakan Anelka.     

"Ini sangat konyol. Dia harus menjalani tes urin setelah pertandingan!" Tang En kembali duduk di kursinya, melampiaskan kekesalan di hatinya.     

Kerslake, yang duduk disampingnya, menggelengkan kepala. "Jangan terburu-buru, Tony. Ini terlihat bagus bagi kita."     

"Sebelum kita bisa mencetak gol, aku tidak percaya pada apapun." kata Tang En dengan gigi terkatup sambil menatap ke lapangan.     

※※※     

"Kita harus menyerang!" Kapten lapangan Barcelona, Puyol, berusaha meningkatkan semangat timnya. "Kita tidak bisa membiarkan ini terus berlanjut. Ronaldinho!"     

Wajah pria Brasil itu tampak suram. "Aku tahu."     

"Pikirkan sesuatu. Kita harus memukul mundur mereka!"     

Ronaldinho memandang layar raksasa di atas tribun. Pertandingan telah berlangsung selama 14 menit. Barcelona masih belum bisa meluncurkan serangan yang pantas. Sebagai inti serangan tim, dia memiliki tugas dan kewajiban untuk mengubah situasi yang tidak menguntungkan ini.     

Dengan cepat, setelah menggiring bola melewati Arteta di lini tengah dengan tekniknya, Ronaldinho menyusun serangan pertama Barcelona yang cukup efektif. Saat bek belakang Forest terfokus pada Eto'o, Ronaldinho mengoper bola ke Giuly di sayap.     

Giuly menggunakan kecepatannya dan berhasil menerobos Leighton Baines. Setelah itu, dia mengayunkan kakinya dan menembakkan bola ke gawang dari sudut yang sempit.     

Edwin van der Sar juga sangat fokus. Menghadang bola dari sudut yang sempit itu, kedua tangannya menahan tendangan yang kuat itu sebelum kemudian memeluk bola dengan erat.     

"Ini adalah tembakan pertama Barcelona ke gawang Forest sejak pertandingan dimulai, di menit ke 15... sayang sekali. Barcelona yang perkasa terlihat tidak nyaman saat berhadapan dengan Nottingham Forest yang menggila."     

"Selain itu, ada hal lain yang membuat mereka tak terbiasa: lapangan dan cuaca. Tampak jelas bahwa lapangannya memang sangat licin. Sebelum menembak, kaki Giuly sedikit terpeleset. Sebenarnya, para pemain dari kedua tim memang sering terpeleset. Tapi hal ini memberikan dampak yang lebih besar terhadap para pemain Barcelona, yang banyak menggunakan teknik dan kombinasi bola bawah. Sementara itu, Nottingham Forest tetap menggunakan strategi memainkan bola atas, yang mengurangi dampak lapangan terhadap permainan mereka."     

Analisa komentator itu memang tepat. Tapi hal ini tidak bisa membantu Barcelona untuk mengubah situasi mereka yang kurang menguntungkan. Mereka tidak familiar dengan strategi sepakbola Inggris yang memainkan bola atas; mengendalikan bola di atas tanah adalah tradisi mereka. Tradisi yang sudah meresap ke dalam darah mereka. Mustahil untuk mengubahnya dalam jangka waktu sesingkat ini.     

"Tiba-tiba saja aku teringat. Sebelum pertandingan ini, ada beberapa media yang menganggap bahwa pertandingan ini adalah pertarungan final antara artistic football, yang diwakili Barcelona, dan utilitarian football, yang diwakili Nottingham Forest. Setelah menonton 15 menit pertandingan ini, aku sama sekali tidak melihat ada hubungan antara tim yang menekan Barcelona menggunakan serangan mereka dengan 'utilitarianisme'."     

Para komentator tertawa.     

Sebagai penonton, tawa mereka terdengar sangat rileks.     

Di dalam pertandingan, para pemain sama sekali tidak bisa mengendurkan kewaspadaan. Ini adalah pertama kalinya tim Tang En berhadapan dengan Barcelona. Sebelum ini, pemahaman mereka tentang tim itu hanya berasal dari Pique, rekan setim yang berasal dari Tim Pemuda Barcelona.     

Saat para pemain Forest mengira bahwa Barcelona hanya mampu berbuat sejauh ini, Giuly melakukan terobosan tajam dan menembakkan bola untuk memperingatkan mereka bahwa Barcelona bukanlah tim yang biasa-biasa saja.     

George Wood duduk di tribun VIP bersama dengan ibu dan ketua klub, menonton pertandingan bersama-sama. Hingga saat ini, dampak dari ketidakhadirannya di lapangan masih belum terlihat.     

Hal yang dikatakan Tang En sebelum pertandingan memang masuk akal. Forest bukanlah tim yang terdiri atas satu orang saja. Absennya satu pemain tidak akan memberikan pukulan fatal bagi tim.     

Kelihatannya memang seperti itu...     

※※※     

Di menit ke 18, saat Nottingham Forest terus menekan Barcelona, Barcelona tiba-tiba saja melakukan serangan balik dan mencuri bola di lini belakang.     

Pada saat Puyol mengoper bola ke Edmilson, enam pemain Barcelona bergegas maju. Mereka bergerak sangat cepat hingga Forest, yang sudah terbiasa dengan reaksi lambat lawan mereka, benar-benar terkejut dibuatnya.     

Kalau saja saat ini George Wood bermain bersama mereka, dia pasti akan mulai memberikan tekanan pada Ronaldinho. Tapi saat lini tengah Forest sedang bingung bagaimana harus bereaksi, Edmilson sudah mengoper bola ke Ronaldinho.     

"Ronaldinho mendapatkan bola, dan tidak ada satupun pemain Forest yang menjaganya!"     

Dampak absennya George Wood tampak jelas seketika itu juga.     

Karena Forest tidak memiliki pemain lini tengah yang berspesialisasi dalam bertahan, ada kekosongan yang cukup besar di depan bek tengah. Lini pertahanan tidak punya pilihan kecuali bergerak maju ke posisi lini tengah untuk bertahan. Dengan begitu, tercipta ruang kosong yang besar di belakang mereka.     

Tanpa ada siapapun yang menjaganya, Ronaldinho memilih untuk tidak mengoper bola. Dia terus menggiring bola ke arah gawang lawan, membuat Albertini dan Pepe bergerak mundur untuk bertahan. Setelah menjadi fokus perhatian semua lini pertahanan Forest, dia tiba-tiba saja berhenti bergerak dan mengoper bola.     

Eto'o berlari maju dengan tiba-tiba dari arah diagonalnya. Saat semua orang memperhatikan Ronaldinho, takut dengan keajaiban yang akan diciptakannya, tidak ada seorangpun yang menyadari Eto'o. Kali ini, Ronaldinho hanyalah umpan.     

Eto'o bergerak maju dari belakang Pepe. Ronaldinho baru saja menghindari tekel Arteta dari belakang dan memberikan umpan langsung.     

"Sebuah pertarungan satu-lawan-satu! Umpan langsung dari Ronaldinho berhasil menembus lini pertahanan Forest! Ini bukan offside!"     

Menonton adegan ini dari kursi manajer, mata Tang En tiba-tiba membesar, pupilnya mengecil saat pantatnya terangkat dari kursi.     

Semua itu terlalu familiar.     

Sialan!     

Terobosan indah Eto'o dengan sukses membalikkan posisi offside-nya. Saat dia menerima bola, tidak ada bek Nottingham Forest di dekatnya.     

Membiarkan Eto'o bertarung satu lawan satu melawan kiper dan memiliki ruang kosong untuk akselerasi, hanya ada satu hasil.     

"Edwin van der Sar menyerang!" Sebenarnya, setelah melihat Eto'o bergerak maju dari belakang, kiper Belanda itu sudah memprediksikan situasi yang akan terjadi. Jadi, sebelum Eto'o menerima bola, dia sudah bergerak maju ke tepi area penalti.     

Kedua pria itu bertemu di garis batas area penalti. Edwin van der Sar berusaha menjatuhkan diri ke tanah untuk memblokir jalur bola, tapi Eto'o memanfaatkan kecepatannya dan menendang bola ke sisi kanan. Pada saat itu, Edwin van der Sar sudah kehilangan keseimbangan. Apa dia hanya akan diam saja saat melihat lawan melewatinya dan mencetak gol?     

Dia mengulurkan tangannya ke arah Eto'o, yang sedang melompat, berhasil menangkap pergelangan kakinya sebelum kemudian melepaskannya.     

Tapi sudah terlambat. Eto'o terjatuh ke dalam area penalti.     

Di dekatnya, Giuly hanya bisa melihat bola bergulir ke kakinya. Dia menendang bola ke dalam gawang yang kosong tanpa penjagaan. Tribun penonton dipenuhi sorakan supporter Barcelona.     

Tapi...     

"Pelanggaran!"     

Suara peluit wasit terdengar. Dia berlari ke arah kiper, Edwin van der Sar, sementara semua pemain Forest berlari ke arahnya. Mereka semua mengelilingi wasit, meminta belas kasihannya.     

Itu memang sebuah pelanggaran. Tapi keputusan apa yang akan diambil oleh wasit?     

Tanpa sadar, Tang En sudah berdiri dari kursinya.     

Dia melihat lagi adegan yang sangat familiar baginya, secara bertahap tumpang tindih dengan semua yang terjadi di lapangan tepat di depan matanya; Umpan Ronaldinho dan Eto'o yang berlari ke posisinya, bahkan tembakan Giuly setelah bola memantul juga tidak berubah. Dan sama seperti Arsenal, Forest memakai jersey tandang berwarna kuning di pertandingan ini. Satu-satunya perbedaan adalah Edwin van der Sar yang menggantikan posisi Lehmann.     

"Gol telah dianulir... kelihatannya wasit akan memberikan kartu bagi Edwin van der Sar... sebuah kartu merah! Ya Tuhan, pertandingan baru berjalan 18 menit dan Edwin van der Sar mendapatkan kartu merah! Menarik Eto'o hingga jatuh dengan tangannya di luar area penalti... wasit sama sekali tidak menunjukkan belas kasihan!"     

Sebenarnya, Edwin van der Sar tahu kalau hasilnya akan jadi seperti ini. Saat dia mengulurkan tangan untuk menarik Eto'o, dia sudah menyadari harga yang harus dibayarnya karena melakukan itu. Tapi, saat itu, pikirannya hanya dipenuhi keinginan untuk tidak membiarkan lawan mencetak gol.     

Pada saat itu, dia menutupi wajahnya dengan kedua tangan, berdiri terpisah dari kerumunan pemain. Sementara itu, rekan setimnya mengelilingi wasit dengan marah, menganggap hukuman itu terlalu berat. Ada pula pemain Barcelona yang mengelilingi wasit, ingin meminta alasan mengapa gol mereka dianulir; mereka tidak senang dengan itu. Para pemain Barcelona merasa bahwa hasil terbaiknya adalah gol tersebut diakui dan Edwin van der Sar dihukum dengan kartu merah.     

Karena marah, Tang En menendang sisi samping pelindung kursi manajer dan langsung menghancurkan pelindung angin itu...     

"Wasit keparat itu! Apa dia bahkan tahu tentang seni penegakkan hukum?! Bagaimana mungkin kami bisa terus bermain sekarang?"     

Saat dia sedang mengamuk, Kerslake pergi dan meminta kiper cadangan, Paul Gerrard, untuk melakukan pemanasan.     

Tak peduli betapapun marahnya Tang En, dia tidak bisa mengubah hasilnya meski dia melepas atap yang menaungi area teknis.     

Edwin van der Sar berjalan keluar dari lapangan dengan sedih. Babak final Liga Champions ketiganya berakhir begitu saja.     

Forest perlu memasukkan seorang kiper cadangan dan di saat yang bersamaan, mengeluarkan seorang pemain dari lapangan.     

Tang En memilih untuk memasukkan Paul Gerrard, dan mengeluarkan penyerang Anelka.     

Saat Ofisial Keempat mengangkat papan tanda pergantian pemain, Anelka, yang sedang berada di lapangan, tampak tidak percaya melihat dirinya dikeluarkan. Setelah memastikan kalau itu bukan kesalahan, wajahnya sejenak menjadi lebih gelap daripada langit malam Paris.     

Albertini berlari untuk menghiburnya dan mendesaknya agar lekas keluar dari lapangan, tapi Anelka menyeret kakinya sambil berjalan keluar lapangan. Tanpa melakukan tos dengan Paul Gerrard, bersalaman dengan manajer Tony, atau memberikan sapaan dalam bentuk apapun, dia langsung berjalan menuju ke ruang ganti.     

Saat Anelka melewatinya, Tang En tidak punya waktu untuk mempedulikan mood buruk Anelka. Dia menatap tajam wasit di lapangan yang sedang mengarahkan dinding blokade manusia agar bergerak mundur.     

Ini sama seperti yang diingatnya. Apa sejarah akan terulang kembali?     

Tanpa disadarinya, hujan mulai reda.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.