Mahakarya Sang Pemenang

Delapan Juta Bagian 2



Delapan Juta Bagian 2

Sehari setelah klub Fenerbahce mengumumkan tentang transfer Anelka, situs web resmi Nottingham Forest juga memunculkan foto besar Anelka dengan judul utama menyambut striker baru tim Forest yang luar biasa.     

Publikasi terang-terangan ini juga mengkonfirmasi kabar berita dari pihak Turki. Media Inggris mulai gelisah.     

Hampir semua orang memandang rendah transfer itu. Banyak orang mempertanyakan keputusan Twain.     

"... Aku hampir tidak bisa mempercayai mataku sendiri. Kupikir hari ini adalah 1 April. Anelka sudah kembali! Terkutuk! Maafkan ucapanku, tapi aku benar-benar tidak bisa memahaminya. Kenapa Twain memilih orang itu?"     

"Tony Twain pasti sudah gila karena memilih Anelka. Apa dia merasa ruang ganti pemainnya terlalu tenang?"     

"Apa bagusnya pemain Prancis itu? Masih ada banyak striker lain yang bisa mencetak gol sebaik dia, tapi memang ada beberapa striker sepertinya di dunia ini yang menjadi sumber sakit kepala bagi setiap manajer."     

"Maafkan aku, tapi kurasa Twain ingin menantang dirinya sendiri."     

"... Ini bagus. Kita bisa mengambil kesempatan ini untuk mengekspos perbuatan buruk Anelka di Inggris selama beberapa tahun terakhir. Tapi jangan harap kita akan mewawancarai Anelka."     

"Aku ingin tahu kenapa Anelka memilih kembali ke Inggris setelah baru setengah musim. Sepertinya dia tidak bahagia di Turki. Tapi kurasa kalau dia tidak mengubah karakternya dan memecat dua agennya itu, dia tidak akan bisa merasa senang dimanapun."     

"Jujur saja, aku benar-benar merasa ragu dengan keputusan Tony Twain. Awalnya, aku sangat mengantisipasi musim baru tim Forest, tapi sekarang aku sudah berubah pikiran ..."     

Twain menunjukkan koran-koran itu di hadapan Dunn dan mengeluh. "Aku tidak pernah bilang aku mau membeli orang Prancis itu, dan sekarang akulah yang disalahkan atas keputusan Allan."     

"Tapi media tidak tahu apa yang terjadi di antara kalian berdua."     

Twain jelas tahu itu. Setelah dia berjalan mondar-mandir di dalam ruangan, dia pergi ke atas untuk mengambil laptop dari kamarnya.     

"Apa yang kau lakukan?" Dunn bertanya dengan bingung.     

"Aku akan menulis artikel untuk kolomku dan menegur para bajingan media itu!" Twain menggertakkan giginya saat dia menekan tombol power.     

"Kau akan menegur mereka karena apa? Memarahi mereka karena tidak tahu apa yang terjadi antara kau dan Alan, dan mengarang cerita?"     

"Tidak, aku akan menegur mereka karena semua keraguan, kritik, dan omong kosong mereka tentang Anelka."     

Dunn merasa sangat terkejut mendengar jawabannya sampai-sampai dia berhenti menonton videonya. Dia berdiri dan melangkah ke belakang punggung Twain dan melihatnya membuka sebuah dokumen.     

"Kau tidak..."     

Twain tahu apa yang akan dikatakannya, jadi dia mengangguk. "Ya, aku memang tidak suka dengan dua saudara lelaki agen si penyerang Prancis itu, dan berdasarkan hubungan mereka, aku juga tidak suka dengan penyerang Prancis itu. Tapi sekarang Anelka sudah menjadi anggota tim Forest, yang artinya dia adalah salah satu dari para pemainku. Aku tidak akan pernah membiarkan media menjelek-jelekkan pemainku. Aku tidak bisa melanggar peraturanku sendiri terkait Anelka. Tidak boleh ada orang yang mengkritik pemainku, kecuali aku. Kalau seseorang ingin mendisiplinkan seekor anjing, itu semua akan bergantung pada tuannya, kan?"     

Dunn mengerutkan kening dan berpikir sejenak, "Apa kau marah pada media karena mereka meragukanmu?"     

Twain mengangkat bahu. "Berpikirlah sesukamu." Lalu dia berhenti bicara dan jari-jarinya mulai bergerak dengan cepat diatas keyboard.     

※※※     

Keesokan harinya, Nottingham Evening Post menerbitkan teks lengkap dari kolom Twain, yang sepenuhnya menyangkal keraguan dan omong kosong media tentang Anelka. Tapi, di mata banyak wartawan olahraga profesional, tujuan artikel itu bukanlah untuk menyangkal media melainkan untuk menunjukkan sikap Twain. Dia berada di pihak Anelka.     

Sebagai jurnalis yang paling dekat dengan Twain, Pierce Brosnan menyadari pandangan Twain tentang transfer ini. Karena itu, setelah menerima artikel itu, dia sangat terkejut dengan sikap Twain yang berbalik 180 derajat.     

Kalau itu tentang menjaga anak buahnya sendiri ... Brosnan merasa bahwa penjelasannya itu agak terlalu dibuat-buat.     

Seperti halnya Brosnan, Edward Doughty juga merasa kalau ini aneh. Sore ini akan dilangsungkan konferensi pers untuk menyambut bergabungnya Anelka dengan tim Forest. Dia merasa perlu untuk menanyakannya secara langsung kepada Twain.     

Menghadapi pertanyaan itu, Twain tersenyum misterius. "Terlepas dari apakah aku menyukai Anelka atau tidak, dia sudah ada di sini. Aku tidak bisa meminta Fenerbahçe untuk mengambil lagi pemainnya hanya karena aku tidak menyukainya. Bukan begitu cara kerjanya, kan?"     

Edward mengangguk setuju.     

"Karena dia sudah ada di sini, aku jelas tidak akan mendudukkannya di bangku cadangan hanya karena aku tidak menyukainya atau mengirimnya ke tim cadangan. Itu akan membuang-buang uang klub. Jadi aku akan menggunakannya dengan baik dan membiarkan dia menunjukkan kemampuan terbaiknya."     

Edward masih terus mengangguk. Bahkan seorang idiot pun bisa memahami maksudnya ini. Tapi dia masih tidak mengerti apa hubungan antara hal ini dengan pertanyaannya tadi.     

Melihat Edward yang masih bingung, Twain berdehem. "Semua yang dikatakan sebelumnya adalah omong kosong. Aku akan mengatakan yang sebenarnya, Edward. Ada pepatah di Cina: 'tangan besi di sarung tangan beludru,' yang artinya menggunakan metode lembut dan keras pada saat yang bersamaan. Wortel dan tongkat harus digunakan untuk berurusan dengan Anelka. Satu metode tunggal tidak akan efektif. Kau harus memberitahunya bahwa manajer mempercayai dan mendukungnya. Pada waktu yang bersamaan, aku harus memberitahunya bahwa kalau dia bermaksud untuk menggunakan ini untuk bersikap kelewatan di dalam tim, tidak akan ada hal bagus yang menantinya. Dan sekarang, sebagai hadiah selamat datang, aku membuatnya merasakan kehangatan tim dan dukungan manajer untuknya. Dan nanti..." Twain mengedipkan matanya.     

※※※     

Pada konferensi pers sore itu, Twain menunjukkan apa yang disebutnya "antusiasme" di depan semua orang. Dia memuji kemampuan Anelka dalam mencetak gol, yang menyebabkan sakit kepala bagi para pemain bertahan lawan, tapi dia tidak menyinggung temperamen Anelka yang juga sama menyusahkannya. Singkatnya, kalau seseorang mendengarkan pidato Twain di konferensi pers itu, dia akan mengira bahwa ini adalah pembelian transfer tim Forest yang paling penting di musim panas ini. Anelka adalah harapan masa depan tim Forest.     

Brosnan menggelengkan kepalanya saat dia mendengarkan semua itu. Berdasarkan pemahamannya tentang Twain, kalau sikap Twain tampak sangat jelas dan sedikit membesar-besarkan pujiannya terhadap seseorang, itu artinya orang tersebut tidak akan bisa tinggal dengan mudah di dalam tim.     

Tapi, Anelka, yang tidak terlalu mengenal Twain, tidak mengetahuinya. Dia merasa sangat senang dengan dukungan dan kepercayaan yang ditunjukkan oleh si manajer.     

Bisa kembali ke jantung dunia sepakbola dan memiliki manajer tim baru yang mendukungnya membuatnya banyak bicara selama konferensi pers. Tentu saja, dia juga berbicara tentang niat awalnya untuk bergabung dengan tim Forest:     

"Tim Forest adalah tim yang sangat giat. Manajer Twain juga seorang pelatih yang sangat cakap. Dia sudah mengatakan padaku tentang banyak tujuan hebatnya. Kuharap aku bisa membantunya mencapai semua itu."     

Hampir semua wartawan memutar mata mereka. Siapa yang bisa mempercayai kata-kata Anelka?     

Apa dia benar-benar mempercayainya sendiri?     

Saat Twain dan Anelka berdiri di akhir konferensi, memegang kaus tim Forest nomor 39 untuk sebuah foto kelompok, para wartawan melihat senyum yang menyilaukan di wajah Twain dan kemudian melihat senyum Anelka yang sedikit malu-malu tapi tampak percaya diri; mereka semua tahu bahwa akan ada pertunjukan bagus dari tim Forest musim ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.