Mahakarya Sang Pemenang

Inti Real Madrid



Inti Real Madrid

0Selama jeda turun minum, situasi yang harus dihadapi Guti di babak kedua masih hanya bisa dibayangkan olehnya. Sebenarnya dia bisa merujuk ke pertandingan sebelumnya untuk tahu apa yang harus dia lakukan, tapi tidak satupun dari tim-tim itu seperti Nottingham Forest, dan manajer dari tim-tim itu bukanlah Tony Twain.      

Setelah babak kedua dimulai, dia segera memahami situasinya. George Wood masih ada disana untuk mengawasinya, tapi para pemain yang mengganggunya digantikan oleh orang lain, seperti misalnya van der Vaart.      

Guti telah memutuskan bahwa dia tidak akan marah tak peduli bagaimana Wood berusaha memprovokasinya. Sebaliknya, dia ingin menemukan cara untuk mengusir Wood dari lapangan. Tapi, situasi saat ini jauh berbeda dari yang dibayangkan olehnya. Tim Forest menginstruksikan mereka untuk bergantian dalam memprovokasinya, membuat pelanggaran, ataupun melakukan aksi-aksi kasar yang berada di ambang batas antara pelanggaran dan tidak, serta melakukan kecurangan-kecurangan yang tidak dilihat oleh wasit.      

Dia hampir tidak bisa bangkit berdiri beberapa kali. Dia ingin sekali membalas dan langsung pergi meninggalkan mereka, tapi dia tahu bahwa pembalasan yang dilakukannya itu akan membuatnya terkena kartu merah, jadi setelah dia memikirkannya lagi, dia tidak melakukannya.      

Dia sudah membuat banyak kemajuan dalam mengendalikan emosinya.      

※※※     

Pertandingan dilanjutkan dengan serangan Real Madrid masih diatur oleh Guti. Saat Guti diserang oleh para pemain Nottingham Forest, para pemain Real Madrid yang lain mengambil alih pekerjaan Guti. Diarra berpartisipasi dalam serangan tim. Meski level serangannya adalah yang paling lemah dibandingkan dengan keempat gelandang Real Madrid, dialah yang paling aktif karena dia adalah gelandang bertahan dan memiliki lebih banyak peluang untuk mendapatkan bola.      

Ini cukup luar biasa. Diarra seharusnya berorientasi pada pertahanan, tapi dia bergerak maju ke depan area penalti tim Forest dan tidak mundur lagi. Kadang-kadang dia juga terlihat berada di sayap kanan. Semua hal yang dilakukannya berkaitan dengan serangan tim dan saat tim Forest menyerang balik, Diarra masih berlari pelan dari lini depan. Kecepatan larinya tidak bisa dianggap cepat dan bersama dengan postur larinya, dia terlihat seperti orang yang tidak bisa berlari cepat, yang membuat banyak orang merasa cemas.      

Sneijder adalah seorang gelandang yang sangat komprehensif, tapi menurut Twain, tidaklah mudah membuat Sneijder mengambil tanggungjawab dalam mengatur serangan tim.      

Tanpa tahu kenapa, Twain selalu mencemaskan Sneijder saat dia melihat pria itu bermain bola. Dia khawatir dengan kesalahannya yang tak terduga. Dia selalu terlihat seperti tidak bisa mengendalikan bola. Aksi-aksinya selalu besar dan terlihat gegabah. Tugas utamanya sebagai gelandang di sayap kiri Real Madrid adalah untuk membantu dalam serangan tim dan mendukung pertahanan. Dia ada disana untuk memberikan assist. Dia sedikit terintimidasi saat Nottingham Forest mencoba menekannya dengan kuat di sayap kiri.      

Di sisi lain, posisi Robinho lebih fleksibel. Dia bisa langsung pergi ke kiri atau ke kanan, yang membuatnya menjadi sumber sakit kepala Twain, karena skill individunya memang luar biasa. Dia bisa menjadi sebuah faktor penting untuk memecahkan kebuntuan dalam pertandingan.      

Secara keseluruhan, Real Madrid lebih unggul dalam pertandingan ini dan Nottingham Forest masih didominasi pertahanan.      

※※※     

Twain mengamati Guti dan menemukan bahwa pria itu memang sangat marah, tapi dia tidak mau meledak marah, yang juga membuatnya frustasi. Kalau Guti benar-benar bisa mengendalikan emosinya, maka dia akan menjadi orang yang tidak beruntung.      

Karena sejumlah pelanggaran telah meningkat, peluang untuk mendapatkan kartu menjadi lebih tinggi. Mereka tidak boleh mendapatkan lebih banyak kartu.      

Tapi, Twain masih belum bisa mengubah keputusannya karena meski dia menyuruh mereka untuk memprovokasi Guti, Nottingham Forest juga harus berjaga-jaga terhadap Guti dalam hal taktik formal. Mereka tidak boleh memberinya terlalu banyak ruang untuk bergerak, atau umpan-umpan langsungnya akan bisa mengoyak pertahanan tim Forest.      

Dua belas menit setelah babak kedua dimulai, van der Vaart akhirnya mendapatkan kartu kuning. Dia diberi kartu kuning oleh wasit karena dia mendorong Guti dari belakang. Terdengar cemoohan kesal di tribun Bernabeu. Para fans menganggap wasit sudah terlambat dalam memberinya kartu kuning. Menurut standar mereka, George Wood seharusnya sudah dikeluarkan dari lapangan di babak pertama, atau di sepuluh menit babak kedua, dan tim Forest seharusnya hanya ditinggalkan dengan satu kiper, Edwin van der Sar.      

Guti masih belum meledak marah dan bahkan menunjukkan senyum di wajahnya. Entah dia mengolok van der Vaart atau Tony Twain, yang memberikan gagasan itu.      

Twain duduk di area teknis sambil mengerutkan kening.      

Tempat pelanggaran yang dilakukan van der Vaart tidaklah ideal bagi tim Forest: dua puluh lima meter dari gawang dan di sisi kiri depan area penalti.      

Setelah dijaga ketat oleh pemain Nottingham Forest selama hampir enam puluh menit, Sneijder, yang selalu membuat kesalahan, berdiri di depan bola. Dia memakai jersey nomer 23. Pemilik asli nomor jersey itu sedang berdiri diantara dinding manusia di hadapannya, dengan tangan di dada, menatap gugup pemain nomer 23 Real Madrid yang baru dan ada di hadapannya.      

Sejak Beckham dan Roberto Carlos meninggalkan tim, pilihan pertama Real Madrid dalam melakukan tendangan bebas adalah bocah Belanda ini.      

Bagi Sneijder, periode awal musim ini sempurna. Dengan banyak gol, kemenangan, tembakan panjang dan tendangan bebas yang dilakukannya untuk Real Madrid, khususnya setelah dia berhasil menjebol gawang Villarreal dengan tendangan bebas, dia disebut-sebut sebagai "Beckham baru."     

Sneijder tidak suka dengan sebutan itu karena itu terdengar seolah dia hanyalah pengganti Beckham. Dia adalah Sneijder, bukan pengganti siapapun.      

Sneijder berdiri di depan bola, menatap tajam ke depan. Guti berdiri di sampingnya, dan semua orang tahu kalau dia melindungi Sneijder.      

Dinding manusia itu dibentuk dibawah perintah Edwin van der Sar untuk memblokir sudut gawang terdekat. Lalu Edwin van der Sar bergerak mundur ke sudut terjauh.      

"Sneijder sudah siap menembak..."     

Peluit wasit terdengar, dan sebelum komentator selesai berbicara, dia melihat Guti berlari ke arah bola. Dinding manusia tim Forest tetap tidak bergerak karena mereka tahu kalau itu adalah gerak tipu, dan pria Belanda di belakangnya adalah penendang yang sesungguhnya.      

Guti tidak berlari melewati bola. Dia berhenti sejenak di depan bola dan mengayunkan kaki kirinya....     

Twain melompat berdiri dari kursinya dan berteriak keras, "F**k..."     

Sneijder berdiri di belakang Guti dan tidak bergerak sedikit pun. Dia hanya melihat Guti menendang bola dan mengirimkannya melewati dinding manusia yang terpana dan bola itu jatuh ke sudut gawang yang terdekat.      

Edwin van der Sar sama sekali tidak mengira kalau Guti akan menjadi si penendang, jadi dia tidak merespon. Dia hanya menolehkan kepalanya untuk melihat bola masuk ke dalam gawang.      

Saat dia menoleh dan melihat bola memasuki gawang, Guti mengepalkan tinjunya dan bersorak. Sneijder baru akan menghampirinya dan memeluknya, tapi dia hampir saja tersikut. Rasa marah yang dirasakan Guti setelah dilecehkan terus menerus akhirnya bisa terlampiaskan. Dia seperti pusat letusan gunung berapi; berbahaya untuk mendekatinya saat ini.      

Raul adalah orang pertama yang bergegas dan memeluknya, menghentikan lava panas yang seolah keluar dari dalam diri Guti.      

Gol ini terlalu penting bagi Real Madrid.      

"Guti! Guti! Guti!" Sorakan membahana terdengar di tribun Bernabeu. Mereka meneriakkan nama wakil kapten tim dan melompat dari kursi-kursi mereka.      

Seperti mereka, Schuster dan pemain lainnya bergegas keluar dari area teknis Real Madrid dengan lengan terangkat tinggi. Setelah menyamakan skor, sebuah beban berat akhirnya terangkat dari pundaknya.      

Gawang mereka akhirnya kebobolan, tapi Twain tidak merasa marah. Dia hanya berdiri di pinggir lapangan dan menggelengkan kepalanya.      

Kelihatannya Guti yang sekarang lebih ulet daripada bayangannya dan tetap tak tergoyahkan meski menghadapi provokasi itu. Twain merasa kalau dia harus melepaskan pengaturan yang diinstruksikan kepada para pemainnya selama jeda turun minum. Wood bisa menghadapi Guti sendirian. Lebih banyak pemain yang ikut berurusan dengan Guti hanya akan merusak irama permainan mereka sendiri.      

Memanfaatkan kesempatan saat lawan sedang merayakan gol, Twain memanggil Wood ke sisinya.      

"George, pergilah kesana dan katakan pada mereka kalau Guti adalah milikmu dan hanya milikmu." Dia menunjuk ke arah Wood sambil berbicara kepadanya.      

Wood mengangguk.      

"Kalau kau harus melakukan pelanggaran, paling baik melakukannya dekat lingkaran tengah. Kalau dia berada didepan kotak penalti, cobalah untuk membuatnya memunggungi gawang kita sebagai strategi pertahanan utama. Kau tahu apa yang harus kaulakukan."     

Wood masih terus mengangguk.      

"Jangan berikan tendangan bebas di zona bahaya. Sebuah tendangan bola mati adalah metode yang sangat penting untuk merobek pertahanan yang solid. Katakan pada mereka untuk lebih berusaha dalam serangan balik. Kita harus mencetak gol lagi selagi masih ada kesempatan."     

"Oke." Wood baru akan berbalik dan berlari ke dalam lapangan, tapi Twain kembali menghentikannya.      

"Berhati-hatilah agar tidak mendapatkan kartu, George."     

Wood menggerutu dan kemudian berbalik untuk berlari kembali ke lapangan.      

Twain berjalan kembali ke area teknis dan duduk. Dia mengangkat bahunya ke arah Dunn dengan pandangan tak berdaya.      

Dunn berusaha meyakinkannya, "Ini bukan apa-apa. Kita sudah punya satu gol tandang dan hasilnya masih imbang. Secara keseluruhan, kita lebih unggul."     

Twain menggelengkan kepalanya. "Aku ingin meninggalkan Bernabeu dengan kemenangan..."     

"Pertandingan masih belum berakhir." Dunn hanya bisa terus memberinya semangat.      

Twain terdiam. Dia mengarahkan pandangan ke lapangan untuk kembali fokus pada pertandingan.      

※※※     

Wood kembali ke lapangan dengan instruksi terbaru dari Twain. Guti menyadari bahwa para pria yang mengeroyoknya telah pergi. Hanya George Wood yang dibiarkan berada di hadapannya. Dia menoleh ke arah area teknis Nottingham Forest. Dia tahu kalau ini pasti perintah dari manajer.      

Apa akhirnya dia sadar bahwa tidak ada gunanya menyuruh banyak orang untuk menghalangiku? Guti tersenyum.      

Ya, selama sesaat, dia ditekan keras hingga tidak bisa memberikan umpan langsung. Selain bisa melakukan umpan silang dan umpan balik, sisanya hanyalah kesalahan-kesalahan. Tapi karena itu kau tidak bisa mencegahku mendapatkan tendangan bebas, bukan? Jangan mengira bahwa karena Real Madrid dulu memiliki Figo, Roberto Carlos, Beckham, Zidane dan sekarang ada Sneijder, tidak ada orang lain yang bisa melakukan tendangan bebas. Justru memang niatku agar kau mengeroyokku. Dengan begitu banyaknya pelanggaran, aku jelas akan bisa sukses melakukan tendangan bebas meski hanya satu kali.      

Tapi Guti tidak bisa tertawa. Meski hanya sedikit pemain yang melecehkannya, peluangnya tetap tidak mengalami peningkatan. Tujuan utama George Wood bukan lagi berusaha memprovokasinya, melainkan menjaganya.      

Sebagai seorang jenius pertahanan yang terkenal, Guti menderita dibawah penjagaan ketat Wood. Kalau mereka berada jauh dari gawang, Wood akan merebut bola sebanyak yang dia bisa. Saat dia tidak bisa merebut bola, dia tidak ragu menggunakan pelanggaran yang tak kentara untuk menyelesaikan pertarungan. Kalau mereka berada dekat di area penalti, dia akan menggunakan gangguan-gangguan kecil dan tidak berani bertindak keras. Hal ini memaksa Guti memberikan bola ke rekan setimnya. Kalau Guti harus bertanding sendirian dengan Wood, itu akan sesuai dengan keinginannya, tapi Guti takkan pernah bisa menang meski mencobanya berulang kali.      

Saat Real Madrid ingin menyerang dan mengoper bola ke Guti dari lini belakang, Guti sudah terbiasa menolehkan kepalanya sebelum dia menerima bola untuk mengamati posisi rekan setim dan lawan, jadi dia bisa memutuskan apa yang harus dia lakukan setelah dia menerima bola. Tapi Wood akan mengambil kesempatan ini untuk tiba-tiba merebut bola. Beberapa kali dia berhasil merebut bola yang seharusnya menjadi milik Guti dengan menggunakan metode ini.      

Dia membuat Guti hanya bisa terfokus pada melindungi bola saat akan menerima operan, dan baru kemudian memikirkan tentang bagaimana dia akan mengatur serangan. Sebagai akibatnya, serangan Real Madrid menurun drastis.      

Robinho adalah seorang pemain yang bagus, tapi dia masih belum bisa menjadi pengatur serangan tim. Dia berjuang keras melawan dua bek belakang tim Forest di sayap. Sayangnya, dia hanya sedikit membantu serangan Real Madrid. Beberapa orang suka melihatnya mempertontonkan skill yang indah saat menghadapi bek lawan, tapi dalam pandangan Twain, penampilan semacam itu tidak ada gunanya. Kecuali dia bisa menerobos dalam satu garis lurus, dia hanya membuat gerakan tidak jelas diluar batas pertahanan lawan. Tak peduli betapa indah aksinya, itu tidak jauh berbeda dari aksi badut sirkus.      

Gerakan Robinho sudah jauh lebih praktis daripada saat dia baru datang ke Real Madrid, tapi sisi sok pamer ala Brasilnya masih tetap ada. Terkadang, saat dia terlalu memperhatikan kelincahan kakinya, timnya telah kehilangan peluang untuk menyerang. Selain itu, gerakan-gerakannya rumit, tidak sederhana dan praktis seperti gerakan Messi. Messi bisa dikarakterisasikan dengan satu kata: cepat. Gerakan cepat dan irama bermain yang cepat adalah skill yang paling praktis di arena sepakbola modern.      

Twain tertawa setiap kali dia melihat Robinho mulai melakukan aksi gunting saat dia akan menghadapi Bale atau pemain bertahan lainnya. Kalau bek-ku bisa ditipu dengan beberapa gerakan yang mereka tahu itu palsu, maka Nottingham Forest takkan menyebut dirinya sebagai "seorang juara Eropa melalui pertahanan." Daripada mengerahkan seluruh upayamu dalam melakukan itu bukankah akan lebih baik kalau kau bisa menghindar, merebut dan mengoper bolanya?     

Saat orang-orang melihat Robinho bermain bola untuk yang pertama kalinya, orang-orang akan memujinya sebagai "penerus Pele" tapi di mata Twain, kemajuan Robinho dalam beberapa tahun terakhir cukup sedikit, masih beberapa tahun cahaya jauhnya dari harapan semua orang.      

Setidaknya Robinho bukanlah seseorang yang perlu ditakuti di pertandingan ini.      

※※※     

Setelah Guti mencetak gol, dia mendapatkan perhatian penuh dari George Wood, Robinho terjebak dalam bertarung sendirian, permainan Sneijder cukup datar dan dia sudah sibuk antara menyerang dan bertahan, dan Higuain tak tahu apa yang harus dia lakukan dan sering melakukan kesalahan saat tim Forest menjaganya dengan ketat dan melakukan tekel.      

Hanya Raul yang bekerja keras seperti biasanya, tapi dia tidak bisa mendapatkan bola karena kurangnya dukungan yang efektif dari lini tengah. Selama bertahan, rasa tanggungjawabnya membuatnya bergerak mundur hingga area penalti. Banyak yang ragu tentang berapa banyak energi yang bisa digunakannya untuk berpartisipasi dalam serangan tim. Tentu saja, tidak ada yang meragukan kerja kerasnya tapi bekerja terlalu keras saat bertahan mungkin akan mempengaruhi permainannya saat menyerang.      

Sementara untuk Marcelo dan Ramos, Schuster tampaknya takut terhadap serangan sayap tim Forest, jadi dia tidak meminta mereka untuk mendukung serangan.      

Real Madrid sudah kehabisan ide saat harus berhadapan dengan Nottingham Forest yang terus bertahan.      

Dan bagaimana dengan Nottingham Forest? Ada beberapa peluang untuk melakukan serangan balik, tapi mereka tidak berhasil mewujudkannya. Dengan serangan gencar dari Real Madrid, mereka bahkan tidak punya peluang untuk melawan.      

Pada saat pertandingan berakhir, skornya adalah 1:1.      

Skor ini pasti membuat Schuster merasa kesal, tapi dia tidak menunjukkannya. Dia hanya berdiri di pinggir lapangan selama beberapa saat, kemudian berjalan ke samping dan berjabat tangan dengan Twain. Dia melangkah ke terowongan pemain dengan kepala tertunduk.      

Setelah mendapatkan satu gol tandang dan hasil imbang, Twain juga tidak menunjukkan wajah senang. Dia merasa sedikit enggan - dia berharap dia bisa menang, tapi sayangnya dia hanya nyaris menang.      

Dengan penuh penyesalan, Nottingham Forest meninggalkan ibukota Spanyol itu dan terbang kembali ke Inggris untuk mempersiapkan diri menghadapi leg berikutnya. Bahkan di kandang mereka sendiri, Twain tidak percaya diri mereka akan bisa mengalahkan Real Madrid. Kelihatannya mereka masih harus melakukan sesuatu pada Guti...      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.