Mahakarya Sang Pemenang

Selangkah Lebih Dekat



Selangkah Lebih Dekat

0Chen Jian dan dua teman mudanya akan memulai pelatihan selama satu tahun di tim pemuda Nottingham Forest. Hal-hal menarik yang bisa mereka pelajari dari pelatihan itu hanya akan terungkap setelah satu tahun.      

Wilford Utara tiba-tiba saja menjadi ramai. Hunan Television telah membentuk tim untuk mengikuti dan memfilmkan mereka. Mereka akan memproduksi tayangan untuk lima minggu, yang menunjukkan kepada para penonton tentang kehidupan sehari-hari dan pelatihan ketiga kontestan yang beruntung di Inggris dan Nottingham. Program acara realitas yang dilakukan di luar negeri sangatlah populer di Cina.      

Mereka akan pergi setelah satu bulan merekam film. Dalam beberapa hari setelahnya, tak akan ada lagi yang memperhatikan mereka karena lima minggu sudah cukup lama untuk melihat kehidupan mereka yang diulang-ulang. Menonton hal yang sama selama setahun akan sangat tak tertahankan...      

Media di Wilford Utara dengan segera kembali seperti semula. Kecuali media lokal Nottingham, tidak ada yang akan memfokuskan perhatian mereka pada pemuda-pemuda Cina itu. Niat Twain juga sebenarnya sama. Dia tidak bisa menghentikan para reporter Cina untuk mengerumuni ketiganya dan melaporkan beritanya dengan antusias, tapi dia bisa menggunakan taktik lain untuk meredam semangat tinggi para reporter itu dan kembali mendapatkan lingkungan yang tenang bagi para remaja itu.      

Twain sedikit menantikan bagaimana performa Chen Jian setelah menerima satu tahun pelatihan.      

※※※     

Tiga pemuda Cina itu membuat Nottingham Forest sibuk selama beberapa waktu. Karena Twain harus memimpin timnya berlatih dan bertanding ke berbagai tempat, Allan Adams sudah mendapatkan beberapa kerjasama dengan pihak Cina, jadi dialah yang paling sering berinteraksi dengan media Cina. Klub Sepakbola Nottingham Forest mengambil kesempatan ini untuk memperluas pengaruh mereka di Cina. Allan dan Edward mulai mempertimbangkan dengan serius rencana mereka untuk mengunjungi Cina musim panas tahun depan.      

Bagaimanapun, Beckham hanya memiliki kontrak dua tahun. Mereka harus mempercepat pengembangan pasar baru ini selagi dia masih berada di tim Forest sehingga mereka bisa memanfaatkan daya tarik komersilnya. Kalau tidak begitu, segera setelah kontrak itu habis, semuanya akan sia-sia kalau Beckham akhirnya pergi ke Amerika Serikat.      

Twain mengontrak Beckham dengan mempertimbangkan nilai kompetitifnya, sementara Allan lebih mempertimbangkan nilai komersilnya, yang bisa dianggap sebagai aspek krusial baginya.      

※※※     

Saat ketiga remaja Cina itu memulai penyesuaian diri yang sulit di Nottingham, Twain membawa timnya ke Milan.      

Dia mengira timnya akan menerima sambutan hangat yang gencar dari media Italia.      

Dia sama sekali tidak menduga bahwa media yang datang untuk menyambut mereka di bandara adalah media Inggris. Hanya ada sedikit sekali media Italia. Selain La Gazzetta dello Sport, tidak ada media Italia yang terlihat dan tentu saja tidak ada stasiun televisi Italia disana.      

Twain memikirkan tentang ini dan akhirnya paham. Dia tersenyum.      

Ini bagus sekali. Tadinya aku cemas timku tidak bisa mendapatkan ketenangan sebelum pertandingan dimulai. Sekarang semuanya akan baik-baik saja. Ah, tuan rumah Italia memang sangat pengertian.      

Media Inggris bergegas menghampiri dan Twain mengibaskan tangannya untuk menolak, "Tidak boleh ada terlalu banyak wawancara sebelum pertandingan. Ajukan saja pertanyaan kalian saat konferensi pers nanti."     

Reporter dari La Gazetta dello Sport tidak mempedulikan ini. Dia berteriak dalam bahasa Inggris, "Pak, seberapa besar kepercayaan diri Anda dalam memenangkan pertandingan melawan AC Milan?"     

Twain berpura-pura tidak mendengarnya dan berjalan menjauh. Beberapa pemain Forest dihentikan oleh media untuk melakukan wawancara singkat. Reporter Italia itu juga ikut bergabung disana.      

Dia menemukan Grosso, yang juga berkebangsaan Italia.      

Grosso perlahan telah kehilangan posisinya di tim Forest. Twain tidak senang karena dia tidak bisa beradaptasi dengan irama pertandingan liga Inggris, tapi pengalamannya masih bisa membantu tim ini di Liga Champions, khususnya saat mereka bermain melawan tim Italia seperti AC Milan – dia telah bermain di Inter Milan selama satu musim dan bukan orang asing lagi bagi rival sekotanya – dan karena itulah dia juga ikut dibawa ke AC Milan.      

Para reporter Italia berusaha mendekati Grosso dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan remeh seperti apakah dia akan diturunkan di dalam pertandingan.      

Grosso menggelengkan kepalanya. "Manajer masih belum merilis daftar starting lineup. Aku belum tahu apakah aku akan diturunkan."     

"Kehidupan di Inggris kelihatannya tidak bagus, ya?" reporter itu bertanya seolah-olah dia sedang berbicara santai.      

Grosso masih seorang pemain bintang dan sudah berpengalaman dalam menghadapi media. Dia segera waspada saat dia mendengar pertanyaan itu.      

Bagaimanapun juga, saat ini dia adalah seorang pemain Nottingham Forest dan akan berbicara dari perspektif Nottingham Forest. Posisinya di tim Forest memang sangat tidak stabil. Dia masih belum bisa beradaptasi dengan irama pertandingan di Liga Utama Inggris dan tidak bisa terus berpartisipasi dalam turnamen karena cedera dan penyakit ringan. Beradaptasi dengan turnamen liga yang baru jelas sulit dilakukan olehnya.      

Tapi, dia tidak bisa berkata jujur dengan menganggukkan kepala dan mengaku "ya". Nantinya, "ya" yang diucapkannya akan menjadi "seorang pemain besar di tim merasa kesal terhadap Tony Twain dan mengeluh dengan harapan bisa mendapatkan posisi utama" di koran esok hari.      

Grosso tidak bodoh. Dia memang ingin mendapatkan posisi yang stabil di tim, tapi dia tidak ingin dijadikan senjata oleh media.      

"Semuanya oke; semuanya baik-baik saja." Grosso menghindari pertanyaan itu.      

Reporter Italia itu kelihatannya tidak ingin melepaskannya begitu saja. "Apa oke itu artinya ada area-area yang tidak bagus?"     

"Itu artinya semuanya berjalan baik dan semuanya baik-baik saja."     

Setelah menghabiskan beberapa waktu dengan Twain, seseorang yang cerdas akan bisa belajar dari gaya bicaranya dan menggunakannya untuk melawan media.      

Grosso menolak memberikan celah bagi mereka untuk dibesar-besarkan. Setelah mengatakan itu, dia menemukan alasan yang sangat cocok untuk melepaskan diri dari para reporter.      

"Sudah waktunya untuk naik ke bus." Dia menunjuk ke arah pintu keluar dimana asisten manajer Kerslake berdiri dengan sebuah bus merah diparkir di belakangnya.      

Reporter Italia itu mengangguk dengan pasrah. Dia tidak berhasil mengorek sesuatu yang berharga dari Grosso. Kalau dia tidak bisa mengorek apapun dari sesama orang Italia, apalagi dari Tony Twain.      

Dia menggaruk kepalanya. Kelihatannya ini adalah perlakuan yang lebih baik daripada mengabaikan pertanyaannya.      

※※※     

Di konferensi pers sebelum pertandingan, Twain akhirnya bisa bertemu dengan para reporter Italia, yang tidak akan bisa menulis berita kalau mereka tidak hadir disana. Bos-bos media tidak akan membiarkan mereka bertingkah sesuka hati.      

Twain juga tidak berbicara atau bertindak berlebihan selama konferensi pers itu. Cara bicaranya normal: sebuah penilaian singkat tentang lawan dan mengakui bahwa bukan hal yang bagus untuk bermain imbang di kandang sendiri, tapi dia tidak menganggap bahwa itu artinya tim Forest akan mengucapkan selama tinggal pada turnamen Liga Champions musim ini.      

Tidak ada yang membuatnya meledak karena marah dan senyum di wajahnya membuatnya seolah perseteruan antara dirinya dan media Italia telah hilang sejak lama..     

Suasana di konferensi pers itu terasa harmonis dan ramah. Dia dan Ancelotti bahkan berjabat tangan saat mereka bertemu untuk pertama kalinya. Media ingin membesar-besarkan perseteruan antara kedua tim dan bahkan sempat memikirkan judul berita "Pertempuran Hidup dan Mati", tapi semua itu tidak ada gunanya. Manajer dari kedua tim tampaknya tidak terlalu peduli dengan gangguan media terhadap pertandingan.      

"Mereka berusaha membuatku kesal dan kehilangan ketenanganku, tapi aku tidak akan terpancing oleh mereka." kata Twain pada Dunn setelah dia turun dari panggung.      

Memang, dia tidak boleh kehilangan ketenangannya. Staf pelatih Nottingham Forest sudah menyusun taktik mereka untuk menghadapi AC Milan.      

Dianalisa dari situasi saat ini, AC Milan, yang berhasil memaksa tim Forest bermain imbang 0:0 pasti akan mencoba menyerang di kandang mereka sendiri, tapi bukan serangan skala penuh. Ancelotti tidak akan sebodoh itu untuk mempertaruhkan semuanya, tapi sudah bisa dipastikan kalau dia akan menyerang. Inilah yang perlu dimanfaatkan oleh Nottingham Forest.      

Semua orang tahu apa yang menjadi keunggulan Nottingham Forest – serangan balik defensif.      

Dalam pertandingan tandang di stadion San Siro yang terkenal, akankah Nottingham Forest berani membombardir area penalti AC Milan seolah-olah mereka bertanding di kandang sendiri?     

Berdasarkan gaya permainan Twain yang konservatif, dia akan meminta timnya memainkan serangan balik defensif dan melakukan serangan diam-diam yang didukung oleh pertahanan yang kuat.      

Siapapun yang telah mempelajari tim Forest dalam beberapa tahun terakhir akan setuju dengan ini.      

Karena itulah, Twain jelas tidak akan melakukan ini.      

Dia menginstruksikan timnya untuk menyerang gila-gilaan di pertandingan tandang dan berusaha mencetak gol lebih dulu. Apa yang akan terjadi nanti sudah bisa diperkirakan olehnya.      

"Coba saja jumlahkan total usia pemain lini pertahanan belakang mereka dan hasilnya adalah lebih dari dua ratus tahun. Ancelotti suka mempercayai pengalaman, jadi kita akan memberitahunya betapa tak bisa diandalkannya tubuh seorang pemain veteran. Kita akan menggunakan kecepatan dan kekuatan untuk menerobos. Kita akan mengolok fakta bahwa mereka hanya bisa berputar dengan lambat! Rebut bola di lini depan, selama bola berada di kaki mereka! Secara fisik, kita lebih baik daripada mereka! Dan kita lebih muda daripada mereka!"     

Twain memukul papan taktis dengan telapak tangannya.      

Untuk alasan inilah, starting lineupnya dipenuhi pemain muda. Striker yang diturunkan adalah Nicklas Bendtner dan Arshavin. Gelandang yang diturunkan adalah Ribery, Lennon, van der Vaart dan George Wood. Di lini pertahanan belakang, terdapat Pepe, Pique, Gareth Bale dan Rafinha. Pemain tertua dalam starting lineup ini adalah kiper mereka, Edwin van der Sar.      

Taktik Twain cukup sederhana dan tidak ada trik ajaib yang mengejutkan. Dia hanya menggunakan para pemain yang lebih muda daripada para pemain AC Milan, memiliki stamina dan kebugaran fisik yang bagus dalam menghadapi AC Milan, dan agar lawan menjadi lengah di awal pertandingan.      

Taktik ini sedikit beresiko, tapi itu lebih baik daripada terus bertahan untuk mendapatkan hasil imbang di pertandingan tandang. Sebuah pertandingan sepakbola seharusnya merupakan taruhan. Tak peduli seberapa bagusnya taktik yang sudah dipersiapkan, rencana itu tak bisa selalu dipertahankan dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi di sepanjang permainan.      

Twain memutuskan untuk memulai serangan dari sebuah titik awal yang baru, dimulai dari pengetahuan semua orang tentang kebiasaan tim Forest.      

※※※     

Para pemain AC Milan tidak mengira kalau Nottingham Forest akan menggunakan taktik segila itu di pertandingan tandang – menyerang, dan tidak hanya menyerang. Selain menyerang, ada lebih banyak serangan!     

"Kalau serangan kita tidak berhasil dalam lima belas menit, maka..." Twain tidak melanjutkan. Dia hanya menggelengkan kepalanya. Melakukan taruhan akan membutuhkan sedikit bumbu ketegangan untuk membuatnya lebih menyenangkan.      

Serangan Nottingham Forest memang gencar, tapi mereka masih belum bisa menembus lini pertahanan senior AC Milan. Ancelotti bukanlah seorang idiot. Sama seperti bagaimana Twain berhasil menipu pria itu di stadion City Ground, AC Milan berhasil menangkis serangannya kali ini di stadion San Siro.      

Menjadi tua memiliki keunggulannya tersendiri, seperti misalnya pengalaman di medan tempur yang tak ternilai harganya dan komando Maldini yang tak bercacat.      

Setelah lima belas menit, skornya masih 0:0.      

"Tony, apa yang akan terjadi selanjutnya..." tanya Kerslake.      

'Tetap menyerang seperti ini." jawab Twain tanpa menoleh dan terus mengawasi lapangan.      

Di akhir babak pertama, skornya masih 0:0.      

Selama jeda turun minum, Twain tidak mengkritik para pemainnya yang tidak berhasil mencetak gol di babak pertama. Melainkan, dia menyemangati penampilan para pemain dan mengatakan pada mereka agar terus bermain seperti ini di babak kedua nanti. Tidak ada perubahan khusus yang dilakukan.      

Kedua tim bertukar tempat untuk kembali bertarung di babak kedua. AC Milan mulai meningkatkan serangannya untuk mencoba mencetak gol.      

Ancelotti harus mengakui bahwa timnya memang sempat terpana melihat serangan kejutan Nottingham Forest di babak pertama dan sedikit tak responsif karenanya. Dia merenungkannya selama paruh kedua babak pertama, dan menyadari bahwa serangan tim Forest itu memang sengit tapi hampir tak ada gunanya. Serangan itu terlihat ganas, tapi tidak ada pertahanan kuat yang mendukung serangan itu. Itu lebih seperti serangan yang dihasilkan oleh dorongan energi sesaat. Seandainya mereka bisa terus mempertahankan serangan seperti itu, hasilnya pasti akan lebih menjanjikan.      

Setelah dia memahaminya, babak pertama sudah berakhir. Selama jeda turun minum, Ancelotti menginstruksikan timnya untuk sedikit lebih proaktif di babak kedua dan mulai menyerang dengan berani kapanpun mereka melihat ada kesempatan untuk menyerang. Mereka tidak perlu takut dengan adanya celah di lini pertahanan belakang karena mereka mungkin kurang di satu area tapi unggul di area yang lain. Selama AC Milan berani bergerak maju, serangan Nottingham Forest akan harus ditarik mundur dan ditangguhkan. Tekanan defensif di tim mereka sendiri juga akan mereda karenanya.      

Itulah yang terjadi. AC Milan meningkatkan serangan mereka di babak kedua dan menekan serangan lawan dengan serangan mereka sendiri. Pertandingan tampak menarik untuk ditonton.      

Kedua tim bertarung dengan sengit. Kaka tampil luar biasa dan Ribery, penerima Ballon d'Or, juga melakukan yang terbaik. Terdapat laporan media bahwa pertandingan antara kedua tim ini sebenarnya merupakan kelanjutan perseteruan antara penerima Ballon d'Or dan Pemain Terbaik Dunia FIFA. Masih ada beberapa orang yang menyesalkan bahwa Ribery hanya menerima Silver Ball untuk penghargaan Pemain Terbaik Dunia FIFA.      

Ini seperti duel antara dua pemain yang hebat. Mereka bermain dengan gemilang dan luar biasa, dan para penonton bersorak gembira. Tapi sebenarnya, tidak ada yang berhasil mencapai target mereka.      

Twain tidak berdiri. Dia juga tidak menyilangkan kakinya. Melainkan, dia meletakkan dagunya diatas telapak tangan kirinya dengan siku kiri bertumpu di pangkuannya dan mata terpaku ke arah lapangan. Kamera televisi sering disorotkan ke arahnya tapi mereka tidak bisa bisa melihat ekspresinya.      

Ancelotti sering bangkit berdiri dan berjalan mondar mandir antara pinggir lapangan dan area teknis.      

Dia tahu apa yang sedang dilakukan Twain, tapi tidak seperti di stadion City Ground, kali ini dia tidak bisa mengubah apa-apa. Dia telah menggunakan dua jatah pergantian pemain untuk menyerang dan dia tidak bisa membuat Maldini dan lainnya di lini belakang menjadi sepuluh tahun lebih muda.      

Dalam delapan puluh menit pertama, irama pertandingan dikuasai oleh tim Forest, dan itu berjalan sangat cepat. Fans sepakbola netral yang menonton di depan televisi bersorak gembira saat mereka menonton pertandingan ini. Fans AC Milan yang memahami sepakbola hanya bisa mengerutkan kening dalam diam.      

Para pemain AC Milan sudah tidak bisa berlari lagi.      

Para pemain Nottingham Forest – dari liga dengan ritme tercepat, Liga Utama Inggris – masih bugar dan baik-baik saja. Selain itu, yang lebih menakutkan lagi adalah Twain akhirnya bangkit berdiri dari area teknis dan memutuskan untuk mengganti pemain. Dia menggantikan van der Vaart, yang sedang tidak enak badan, dengan Petrov dan memindahkan Ribery ke tengah.      

Ancelotti mengangkat alisnya.      

Di menit ke 87, gaya pertahanan ala Italia AC Milan akhirnya runtuh.      

Maldini tidak bisa lagi menahan serangan kejutan yang berulang kali diluncurkan oleh Nottingham Forest – Lennon mengoper bola dari sayap, dan Bendtner bergerak maju ke arah mantan bek kiri terbaik dunia untuk menembakkan bola atas yang kuat.     

Dida menghentikan bola tak tidak berhasil menangkapnya, Ribery melanjutkannya dengan sebuah tendangan voli.      

Orang-orang di area teknis Nottingham Forest dan bangku cadangan segera bangkit dari kursi mereka dengan lengan terangkat.      

Twain dan Kerslake saling berpelukan dengan gembira. Mereka akhirnya bisa mencetak gol! Awan gelap yang menggantung di atas kepala mereka kini sudah tersapu bersih. Lebih baik lagi, itu adalah gol di menit terakhir. Kalau AC Milan tidak ingin tereliminasi, mereka harus mencetak dua gol berturut-turut dalam kurun waktu enam menit yang tersisa! Tapi hal itu takkan bisa dilakukan dengan mudah oleh para pemain AC Milan, yang telah dipaksa mengikuti ritme tim Forest di sepanjang pertandingan ini.      

Kenapa Twain bersikeras untuk melakukan serangan? Dia melakukannya untuk menyeret para pemain AC Milan yang sudah tua agar terlibat dalam pertarungan yang cepat dan menghabiskan energi mereka. Kalau para pemain yang berpengalaman itu tidak ada disana, gawang AC Milan pasti sudah bisa ditembus sejak lama. Tapi ini bagus juga, karena tidak ada waktu lagi bagi AC Milan untuk membalas.      

Setelah pertandingan dilanjutkan, AC Milan berusaha keras untuk menyerang dan tim Forest memainkan serangan balik defensif, membuat AC Milan tak bisa melakukan apa-apa.      

Pada akhirnya, di stadion San Siro, kandang AC Milan, Nottingham Forest berhasil mengalahkan rivalnya dengan skor 1:0. Mereka juga telah mengeliminasi tim yang dulu membawa harapan besar di pundak mereka dengan skor total 1:0.      

Stadion San Siro dipenuhi keterkejutan. Fans AC Milan di tribun bahkan ada yang menangis. Mereka tidak bisa menerima kenyataan bahwa AC Milan yang kuat harus terhenti di babak 16 besar, padahal tujuan mereka adalah bisa melaju hingga babak final lagi. Dan siapapun lawan mereka nanti, mereka akan bisa memenangkan gelar juara Liga Champions. Bagaimana mungkin mereka terhenti disini?     

Tony Twain merayakan kemenangannya dengan liar, benar-benar berbeda dengan ketenangannya selama pertandingan. Beberapa fans AC Milan mengira bahwa ini adalah sebuah provokasi, dan ada sedikit suara cemoohan dari tribun di dekat area teknis tim Forest.      

Tapi tidak banyak orang-orang AC Milan yang tertarik untuk mencemooh Twain dan timnya. Kegagalan mereka takkan bisa diubah. Mereka hanya bisa berharap bahwa penampilan tim di arena domestik akan bisa memuaskan mereka. Sebagian besar fans AC Milan meninggalkan stadion dengan kesal.      

Pada konferensi pers paska pertandingan, Twain, yang memenangkan pertandingan, tidak melanjutkan sarkasmenya. Dibandingkan dengan penampilannya sebelum ini di pinggir lapangan, sekarang dia tampak sangat tenang dan lembut.      

Kata-kata yang digunakan untuk mendeskripsikan Twain mungkin terdengar aneh bagi sebagian orang, tapi dia memang sedang bertindak seperti itu. Dia tersenyum dan menjawab semua pertanyaan, tanpa sedikitpun provokasi dalam nada suaranya, yang dianggap aneh oleh mereka yang mengenalnya. Apa Tony Twain dirasuki makhluk asing?     

Ancelotti tidak menduga kalau sikap Twain bisa begitu ramah. Dia bahkan mengambil inisiatif untuk memeluknya beberapa kali selama konferensi pers. Yang pertama adalah sebelum konferensi pers dimulai. Mereka saling menghampiri dan berpelukan singkat. Yang kedua terjadi di akhir konferensi pers. Twain kembali berinisiatif untuk memeluknya dan menepuk pundaknya, seolah sedang mencoba menghiburnya atas kekalahan itu.      

Hal itu sangat mengejutkan Ancelotti sampai-sampai dia mengira pria itu mungkin telah mengkonsumsi obat yang salah.      

Lalu Twain tersenyum dan meninggalkan lokasi dibawah tatapan heran semua orang.      

Tidak ada seorangpun yang tahu mengapa Twain tampak sangat senang, jadi mereka membahas dan berspekulasi tentangnya. Itu cukup sederhana. Nottingham Forest telah mengalahkan AC Milan dan selangkah lebih dekat dengan final Liga Champions. Bagi seorang juara bertahan, sangatlah sulit untuk mempertahankan gelar itu musim ini. Setiap langkah maju itu sangatlah menyenangkan.      

Twain hanya merasa gembira karena dia telah memenangkan pertandingan. Siapa yang tidak suka menang? Dia adalah seseorang yang menganggap kemenangan sebagai kehidupan.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.