Mahakarya Sang Pemenang

Suasana Normal



Suasana Normal

0Tiga pemain berdiri berdampingan di kantor Twain seolah mereka adalah murid sekolah yang baru saja melakukan hal yang salah dan sedang mempersiapkan diri mereka untuk menerima kemarahan pria yang berada di hadapan mereka.      

Di lapangan latihan tidak jauh dari sini, tim yang sedang berlatih kelihatannya sedikit tidak fokus. Meski mereka ada disana secara fisik, tapi benak mereka ada di tempat lain. Pikiran mereka mungkin berada di kantor manajer yang kecil ini.      

Twain mengabaikan tiga pria yang berdiri di depannya. Dia memandang ke bawah sambil sibuk mengutak atik kamera video digital di tangannya. Peralatan itu memiliki layar tampilan kecil yang menunjukkan video dimana dirinya diguyur air oleh Ribery. Suara tawa terdengar di dalam rekaman itu. Dia bahkan bisa mengenali beberapa orang dari suara mereka yang familiar.      

Dia menolehkan kepala dan memandang ke arah lapangan latihan diluar jendela.      

"Ini benar-benar ramai dengan semua orang ikut terlibat." komentarnya.      

Tidak ada yang bisa menantang otoritas Tony Twain di Wilford. Bahkan ketua klub, Edward Doughty, juga tidak bisa melakukannya. Saat ini, boss bisa menafsirkan insiden ini sebagai sebuah provokasi terhadap otoritasnya.      

Ribery memandang Twain, yang kembali melirik ke arah kamera video digital yang diutak atiknya. Dia tidak peduli dengan hukuman yang akan diterimanya nanti. Dia tidak bertindak asal-asalan dengan memainkan lelucon pada manajer. Dia memiliki alasannya sendiri. Tapi maukah boss memahaminya?     

Seperti biasanya, George Wood menunjukkan ekspresi datar. Tidak jelas apakah dia merasa takut atau tak peduli. Sebaliknya, Eastwood tampak paling cemas diantara ketiganya.      

Pria Romani itu mengintip Wood lalu melirik Ribery dan kelihatannya semua orang tampak tenang, jadi dia tidak lagi mengintip. Bagaimanapun juga, dia sadar dengan konsekuensi atas perbuatan mereka. Selain itu, ada dua orang lain yang menemaninya, jadi dia tidak perlu mengkhawatirkan tentang apapun. Meski dia akan dikirim ke tim cadangan, mereka bertiga pasti dikirim bersama-sama. Bersama Chimbonda dan Bendtner, yang sudah ada disana, suasananya akan cukup ramai.      

Twain mengutak atik kamera video itu untuk waktu yang lama sehingga membuat mereka bertanya-tanya apakah dia sedang berusaha mencari cara untuk menghapus video di dalamnya.      

"Ah, aku telah mengamatinya cukup lama dan menemukan satu masalah..." kata Twain kepada tiga pria yang berdiri di hadapannya sambil mengangkat kamera video digital di tangannya. "Dari sudut pandang penonton, ini sangat lucu."     

Eastwood terkejut dan ekspresinya segera menunjukkannya. Ribery hanya tersenyum seperti biasa. Sementara George Wood... dia masih tidak menunjukkan ekspresi apapun di wajahnya.      

Twain memandang ketiga pria itu dan matanya mengamati ketiga wajah mereka secara bergantian lalu akhirnya berhenti di wajah Ribery yang tersenyum lebar.      

"Franck, kau yang punya gagasan ini, bukan?"     

Ribery tidak langsung menjawabnya. Sebaliknya, dia bertanya, "Apa yang membuatmu mengira kalau itu gagasanku, bos?"     

"Orang yang kaku seperti George tidak akan memiliki ide gila seperti ini. Sementara Freddy..." Twain memandang ke arah Eastwood dan melanjutkan, "ekspresinya membuatnya terlihat seperti kaki tangan. Tapi kau, Franck, kau tampak terlalu percaya diri,"     

Ribery tersenyum. "Kau benar-benar membuktikan dirimu sebagai boss. Itu memang gagasanku." Dia mengakuinya dengan penuh percaya diri.      

※※※     

Ribery sama sekali tidak berniat untuk menyembunyikan fakta itu. Kalau dia berniat menyembunyikannya, dia takkan menunjukkan wajahnya saat menumpahkan air dari atas sana. Dia bisa saja memanfaatkan kebingungan yang dirasakan bos untuk melarikan diri. Tapi dia tidak melakukanya, dia bahkan menjulurkan kepalanya untuk membiarkan Twain melihatnya sebelum dia menumpahkan airnya. Setelah airnya ditumpahkan, dia terus menjulurkan kepalanya, bersama dengan Wood, untuk membiarkan Twain menangkap basah mereka saat melakukan aksi itu.      

Eastwood bertanggungjawab menangani kamera video. Dia hanya tertangkap karena para penonton yang ada di belakangnya bersorak keras dan membuat posisinya terungkap.      

Dengan kata lain, Tim Pertama Forest, selain dua pemain yang dikirimkan ke tim cadangan dan Pepe yang sedang dalam pemulihan dari cedera serius, semua dua puluh tiga pemain ikut terlibat di dalamnya. Twain hanya memanggil tiga pemimpin utama ke kantornya sementara yang lainnya diperintahkan untuk meneruskan latihan di lapangan, tapi semua orang merasa gelisah. Saat mereka diberitahu untuk datang menonton pertunjukan itu, tidak ada yang menyebutkan kalau mereka akan tertangkap basah oleh boss. Sekarang mereka harus menghadapi kemarahan boss di akhir sesi latihan. Apa hukuman mengerikan yang akan diberikan oleh boss nanti?     

※※※     

Setelah dia mengkonfirmasi bahwa Ribery adalah otak dibalik semua ini, Twain tidak melanjutkan pidatonya. Dia kembali menatap ke arah rekaman yang ada di kamera video.      

Suara tawa terdengar dari speaker. Kualitas suara itu tidak terlalu bagus, tapi itu sudah cukup untuk bisa didengar dengan jelas.      

Dia tidak bisa melihat ekspresi orang-orang di belakang Eastwood, tapi dia bisa membayangkannya dari suara tawa mereka.      

Suara tawa lepas yang tak terbendung semacam itu sudah cukup lama tak terdengar di Wilford. Twain bisa memahami maksud dibalik perbuatan Ribery ini.      

Dia melambaikan kamera video yang ada di tangannya. "Aku akan menyita ini untuk sementara,"     

Keputusan itu bukan tak terduga, dan ketiga pria itu sama sekali tidak terkejut.      

"Yah, kalian bisa kembali ke lapangan," Dia melambaikan tangannya, yang membuat mereka tercengang.      

Eastwood tidak bisa menahan diri lagi dan bertanya, "Kau... err, kau tidak menghukum kami, chief?"     

Twain tersenyum. "Karena kalian suka sekali dihukum... tentu saja aku akan menghukum kalian. Tapi itu hanya terjadi setelah pertandingan berikutnya. Kita akan bermain melawan Besiktas dalam pertandingan tandang untuk penyisihan grup Liga Champions. Kalau kita kalah, seluruh tim harus dihukum."     

"Tapi, bagaimana dengan sekarang..."     

"Sekarang?" Twain menunjuk ke arah lapangan latihan di belakangnya. "Kembali kesana dan lanjutkan latihanmu. Sementara untuk Franck, terkait hukumanmu... kita akan membicarakan tentang itu setelah kau pulih dari cedera dan kembali ke tim."     

Ribery tersenyum ke arah Twain dan tidak mengatakan apa-apa.      

Ketiga pria itu berbalik dan meninggalkan kantor Twain.      

Twain masih mempelajari video itu. Dia harus mengakui bahwa pada saat air dingin itu membasahinya, dia langsung merasa marah. Kemarahannya masih mendidih saat dia tahu kalau seluruh tim ada di balik peristiwa itu. Dia ingin sekali memarahi otak di balik ide ini dan juga dua kaki tangan utamanya di kantor saat dia menangkap mereka dalam perjalanan ke kantor. Tapi, dalam perjalanannya menuju ke sana, dia mulai tenang dari kekesalannya dan akal sehat membuatnya berpikir tentang mengapa para pemain tiba-tiba melakukan ini.      

Semua orang tahu bahwa Tony Twain adalah raja yang memegang teguh kata-katanya di Wilford. Tidak ada yang berani menantang otoritasnya. Dia yakin takkan ada pemain baru di tim yang sangat tolol untuk percaya bahwa mereka akan bisa menantangnya dengan mudah. Belum lagi para pemain senior juga terlibat dalam insiden ini, jadi dia menganggapnya sedikit aneh dan mulai memikirkan tentang alasan mengapa ini terjadi.      

Saat dia menonton video itu lagi dan lagi, dia hampir tersenyum geli melihat penampilan kocaknya di depan ketiga pemain itu. Frase "tikus yang kecebur got" benar-benar menggambarkan penampilannya dengan sempurna. Sebagai akibatnya, saat dia ingin tertawa, tiba-tiba saja dia memahami makna yang sebenarnya dibalik insiden itu.      

Dia ingat pagi itu saat dia datang ke kantor dan Kerslake meletakkan cermin ke hadapannya untuk membuatnya menenangkan suasana hatinya. Lalu dia tersadar.      

Franck Ribery hanya berusaha membuat suasana di tim kembali normal, jadi dia menggunakan pendekatan yang sedikit lebih ekstrim. Suasana tim sebelum ini sangatlah rileks dan selalu ada pembicaraan dan tawa yang riang dimana-mana. Beberapa hari belakangan ini semuanya tegang, dan itu tidak normal. Masalah memang muncul di banyak tempat, tapi inti dari semua ini adalah Tony Twain. Kalau dia selalu terlihat muram, maka suasana di tim juga takkan jadi lebih baik.      

Dia merasa kalau dia sedikit terlalu keras selama periode ini. Meski masa-masa yang sulit memang membutuhkan banyak penanganan, saat ini mereka tidak berada di masa-masa sulit seperti itu. Mereka hanya mengalami beberapa pasang surut. Tidak ada gunanya menciptakan lingkungan yang penuh ketegangan. Mereka sebaiknya bersikap seperti biasanya. Kalau mereka cemas tentang media yang menyebarkan berita tak menyenangkan, biarkan saja mereka menyebarkannya. Sejak kebangkitan kembali Nottingham Forest, mereka sudah sering mendengar banyak berita tak menyenangkan.      

Oleh karena itu, dia tidak memberikan hukuman kepada tim. Meski dia dijadikan korban lelucon oleh seluruh tim, dia tidak merasa keberatan dan justru menganggapnya sebagai hal yang bagus. Karena dari suara tawa para pemain itu, dia bisa mendengar kalau mood mereka semua jadi lebih baik.      

Setelah suasana di tim kembali normal dan tim kembali bersatu, mereka akan bisa menghadapi lawan-lawan mereka di dunia luar. Menurut pandangannya, tak peduli seberapa kuat lawan mereka, itu tidaklah seburuk perselisihan internal. Itulah pola pikir mendalam yang dimiliki Twain, setelah tumbuh besar di sistem sosialis Cina – seperti yang pernah dikatakan oleh Ketua Mao, benteng itu paling mudah dihancurkan dari dalam. Stabilitas sebuah kerajaan dan dinasti harus dibangun di atas landasan persatuan internal.      

Dengan begitu, kalau ini bisa menormalkan suasana di dalam tim, maka dia sama sekali tidak keberatan menjadi badut untuk kali ini saja.      

※※※     

Para pemain menunggu dalam ketakutan hingga akhir sesi latihan pagi, tapi Twain tidak mengumumkan hukuman apapun, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.      

Ketiga pemain yang kembali ke lapangan mengatakan pada semua orang bahwa tidak ada hukuman untuk saat ini. Mereka hanya mengatakan bahwa kalau tim tidak bisa mengalahkan Besiktas dalam laga penyisihan grup Liga Champions, boss mengatakan kalau dia akan menghukum seluruh tim.      

Semua orang merasa lega.      

Para pemain bisa tampil riang tanpa kekhawatiran apapun dan jadi sedikit sembrono, tapi disisi lain Tony Twain tidak bisa melakukan itu sebagai seorang manajer. Konflik internal telah berhasil dilalui, tapi provokasi eksternal masih menunggunya.      

Pada konferensi pers sore hari itu, Twain membawa Eastwood untuk hadir bersamanya. Sejak awal, dia merasakan suasana yang tidak enak. Semua reporter memiliki senyuman samar di wajah mereka, seolah mereka telah menemukan sesuatu.      

Setelah Twain memberikan pandangannya untuk pertandingan babak penyisihan grup Liga Champions yang akan diselenggarakan, tiba giliran para reporter untuk mengajukan pertanyaan dan semua orang berlomba-lomba mengangkat tangan mereka.      

Twain mengerutkan kening dan tampak lebih bingung. Sejak kapan kelompok reporter ini bersikap sangat antusias?     

Dia menunjuk ke arah reporter yang terlihat enak dipandang agar berdiri dan mengajukan pertanyaannya.      

Segera setelah reporter itu membuka mulutnya, Twain langsung tahu.      

"Maaf, Tn. Twain, kami tidak melihat dua orang pemain, Chimbonda dan Bendtner di latihan pagi ini. Apa yang terjadi pada mereka?"     

Twain tidak langsung menjawab. Dia mengamati reporter lain dengan seksama dan menemukan bahwa pertanyaan yang diajukan oleh pria ini pastilah sama dengan pertanyaan reporter yang lain. Kelihatannya, para reporter ini telah menemukan jumlah pemain Tim Pertama yang tidak lengkap, jadi...      

Twain tidak ingin memberikan alasan untuk menutup-nutupinya atau mengabaikannya, karena dia tahu sejak para reporter memutuskan untuk mengajukan pertanyaan ini, mereka pasti sudah mengetahui beberapa hal.      

"Ah, mereka ada di tim cadangan. Apa ada masalah?" Twain masih berpura-pura tidak tahu apa-apa.      

Reporter itu melanjutkan, "Bukankah memang ada masalah? Dua pemain Tim Pertama tiba-tiba saja dikirim ke tim cadangan..."     

"Mereka bermain lebih baik daripada tim ketiga, jadi aku mengirim mereka ke tim kedua. Apa ada masalah?" Twain berpura-pura bodoh dan menolak menjawab pertanyaan itu secara langsung.      

Jawaban ini membuat banyak orang berada dalam kondisi antara ingin tertawa dan menangis, tapi tampak jelas bahwa para reporter itu sudah siap dan tidak mudah ditakut-takuti oleh Twain yang berpura-pura bodoh. Reporter lain mengangkat tangannya dan bertanya, "Tn. Twain, bukankah Anda menganggap kalau ini adalah hal yang aneh? Keduanya adalah pemain reguler di Tim Pertama. Kenapa mereka bermain di tim cadangan tanpa alasan yang jelas? Terlebih lagi, Bendtner baru saja mencetak hat-trick...."     

Twain tahu kalau dia tidak bisa lari lagi sekarang. Dasar sekelompok reporter ke**rat!     

Dia menyela pertanyaan itu dan berpura-pura baru teringat. Dia berkata, "Oh, maksudmu alasannya? Alasannya adalah mereka bersitegang saat latihan, jadi aku menyuruh mereka pergi ke tim cadangan untuk mendinginkan kepala mereka. Apa ada masalah dengan itu?"     

Orang-orang di depan panggung itu akhirnya mendapatkan jawaban yang paling ingin mereka dengar. Terdengar suara dengung yang ramai di galeri pers.      

"Karena kalian semua tidak punya pertanyaan lain, kita akhiri saja konferensi pers hari ini..." Twain bangkit berdiri dan baru akan pergi. Eastwood hanya ada disana untuk melengkapi latar belakang.      

Melihatnya bangkit untuk pergi, beberapa reporter mengabaikan prosedur mengangkat tangan dan langsung berdiri di kursi mereka.      

"Tn. Twain, mungkinkah konflik ini terjadi... karena hasil yang diperoleh tim belakangan ini? Selain itu, apa menurut Anda konflik semacam ini memberikan pengaruh negatif terhadap tim?" Reporter itu mengajukan dua pertanyaan dalam satu tarikan napas dan tidak memberikan Twain kesempatan untuk memotong ucapannya.      

Twain mengangkat bahunya setelah dia mendengar pertanyaan itu. "Bagaimana mungkin? Kurasa itu tidak akan memberikan pengaruh negatif kepada tim. Teman reporterku yang tahu banyak hal, apa kau berani bilang bahwa tim lain tidak mengalami gesekan-gesekan kecil selama latihan rutin mereka? Kau terlalu membesar-besarkan kejadian yang normal... Hey, tuan-tuan, bukankah kalian semua lulusan perguruan tinggi?"     

Disampingnya, Eastwood ingin tertawa saat dia mendengar chief mengejek media. Tapi, dia tidak bisa tertawa di hadapan begitu banyak reporter dan harus menahannya.      

"Masalah kuncinya adalah Nottingham Forest selalu memamerkan persatuan internalnya..."     

Twain sekali lagi memotong pertanyaan reporter itu untuk mengatakan, "tidak ada yang namanya masalah kunci. Aku senang melihat para pemain menunjukkan sisi jantan mereka selama latihan, yang menunjukkan bahwa program latihan kami memang berkualitas dan kompetitif. Apa kalian para reporter tidak punya pekerjaan lain selain berspekulasi tentang cerita dibalik kebangkitan Nottingham Forest yang ajaib sepanjang hari? Inilah kisah dibaliknya. Para pemain kami memperlakukan latihan rutin seperti pertandingan final, jadi kami selalu bisa tampil lebih baik daripada tim lain di pertandingan yang sesungguhnya."     

Eastwood memikirkan tentang apa yang dikatakan Twain pada mereka kemarin dulu dan mendengarkan apa yang dikatakan Twain kepada para reporter itu sekarang. Boss memang bisa mengatakan dua hal yang berbeda tanpa tersipu, dan bahkan terdengar sangat meyakinkan. Dia masih terus menahan tawanya.      

'Tentu saja, aturan tim tidak membiarkan hal itu terjadi, jadi meski mereka bersikap sangat jantan, mereka masih harus pergi ke tim cadangan dan menerima hukuman mereka karena melanggar aturan tim. Sebuah sistem pemberian reward dan sanksi yang jelas adalah salah satu alasan mengapa tim ini bisa sangat maju. Kalian tahu sendiri, ini adalah hal yang normal. Jadi, aku sama sekali tidak mengerti kenapa kalian sangat heboh karenanya."     

Beberapa reporter masih tidak menyerah dan mengangkat tangan mereka sambil berdiri untuk bertanya, "Jadi tim Forest saat ini memiliki suasana internal yang bagus?"     

Twain melihat mereka sekilas dan tidak menjawab bertele-tele. Dia hanya menggunakan satu kata. "Omong kosong."     

Para reporter sama sekali tidak menduga akan menerima jawaban seperti itu dan menatap kosong tanpa tahu apa yang harus mereka lakukan. Twain jelas tidak berniat untuk menjelaskan lebih lanjut pada para reporter yang masih belum puas. Tiba-tiba saja suasananya terasa dingin.      

Untungnya, Eastwood melangkah maju untuk membantunya. "Suasana di tim saat ini normal. Kami bahkan memainkan lelucon pada boss pagi ini. Aku tidak merasa ada yang aneh. Oh..." Dia memikirkannya dan menambahkan, "Kalian memang abnormal, selalu berpikir tentang menemukan berita konflik internal tim Forest..."     

Para reporter itu tidak menduga Eastwood akan membuat komentar yang tajam dan tidak ramah seperti itu dan mereka terkejut karenanya.      

Suasana menjadi kacau dan Twain segera memberikan komentar penutup. "Aku tidak peduli apa yang akan kautulis di surat kabar besok, itu kebebasan yang kau miliki. Tapi kalau kau ingin melaporkan fakta... Nottingham Forest adalah tim yang bersatu dan akan terus menang. Itulah kebenarannya. Itu saja untuk hari ini, terima kasih. Sampai jumpa."     

Dia dan Eastwood berjalan keluar dari aula itu satu per satu.      

"Chief, tim Turki itu sulit untuk dihadapi, belum lagi kita bermain di kandang mereka." Eastwood menyuarakan kekhawatirannya dalam perjalanannya kembali. "Kau berbicara dengan penuh percaya diri. Apa kau tidak takut kalau kita kalah?"     

Twain meliriknya sekilas. "Kau tidak beruntung kalau kau kalah."     

"Tapi media..."     

Twain menarik sudut mulutnya. "Aku yang akan mengurusi pers. Kau hanya perlu memikirkan tentang pertandingan, Freddy. Meski aku sangat berterimakasih karena kau membantuku di konferensi pers tadi, kuharap lain kali kau tidak melakukannya lagi. Akulah yang akan melakukan ini, kau hanya bertanggungjawab untuk berlatih dengan serius dan bertanding. Kau mengerti?"     

Eastwood tahu bahwa Twain melakukan ini demi kebaikannya sendiri, yang bisa dianggap sebagai semacam perlindungan. Meski Nottingham Forest seolah selalu berada di jantung permasalahan, para pemain jarang dilecehkan oleh media. Itu semua berkat Tony Twain.      

Dia mengangguk. "Baiklah, chief. Kami akan memenangkan pertandingan itu jadi kata-katamu bisa dibenarkan."     

Twain tertawa dan menepuk bahu Eastwood. "Itu benar. Kau lakukan itu saja."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.