Mahakarya Sang Pemenang

Angin, Hutan, Api, Gunung



Angin, Hutan, Api, Gunung

0Kedua kubu langsung memasuki bentuk permainan mereka sejak detik pertama.      

Tidak ada pemanasan, tidak ada coba-coba dan tidak ada kepura-puraan untuk membuat serangan tipuan. Dari sejak detik pertama, kedua belah pihak benar-benar memasuki bentuk permainan mereka. Setiap serangan diarahkan ke gawang untuk mencetak gol.      

Gerrard berusaha melakukan tembakan panjang dan hampir bisa menjebol gawang. Untungnya, Edwin van der Sar sangat fokus dan dia bisa memukul bola keluar. Saat menghadapi tembakan panjang Gerrard, dia tidak berani menangkap bola dengan kedua tangannya karena dia takut bola itu lepas.      

Tembakan panjang yang kuat itu langsung menghidupkan suasana di Stade Louis II.      

Twain duduk di area teknis dan di belakangnya adalah fans Red Army Liverpool. Suara sorakan yang menggemuruh mengisi setiap inci ruang di sekelilingnya dan menusuk gendang telinganya. Dia bahkan tidak perlu menggerakkan kepalanya karena dia sudah terbiasa mendengarnya setelah sekian lama. Dia hanya sedang memikirkan urusannya sendiri.      

Kelihatannya Liverpool sangat bernafsu untuk mengalahkan timnya. Satu-satunya pertanyaan saat ini adalah apakah itu rencana Benitez ataukah itu gagasan dari para pemain Liverpool sendiri.      

Dia menolehkan kepalanya untuk memandang ke arah area teknis Liverpool. Benitez sedang duduk di kursinya, dikelilingi oleh para asistennya. Twain tidak bisa melihat ekspresi Benitez atau mendengar apa yang mereka katakan.      

Tim Forest tidak pernah takut berhadapan dengan tim yang sangat ingin menang. Tim Forest justru sangat senang bertemu dengan tim yang meluncurkan serangan sengit sejak awal, mengepung dan membombardir gawang tim Forest, seolah-olah mereka tak sabar untuk menjebol gawang dengan dua atau tiga tembakan agar bisa segera unggul dari lawan.      

Dengan begini, serangan balik defensif akan sangat berguna.      

Twain memutuskan untuk menunggu dengan tenang selama beberapa menit ke depan dan mengamati niatan Liverpool yang sebenarnya sebelum kemudian mengambil keputusan.      

Lima menit setelah pertandingan dimulai, Liverpool memanfaatkan kickoff mereka untuk mengepung gawang tim Forest. Nottingham Forest menarik mundur lini pertahanannya dan membiarkan lawan bergerak maju untuk menyerang.      

Dinilai dari situasi ini saja, siapapun akan bisa menyimpulkan bahwa Nottingham Forest tampak pasif dibawah serangan lawan dan tampak menyedihkan saat menerima serangan kuat Liverpool, tapi para ahli tidak melihatnya seperti itu.      

Bagi mereka yang sudah familiar dengan tim Forest, ini adalah waktu yang paling berbahaya bagi lawan mereka.      

Seperti sebuah pegas, sebelum bisa memantul, pegas itu harus dikompresi oleh kekuatan eksternal. Data pantulnya akan sebanding dengan daya kompresinya. Kalau sebuah pisau tajam dipasang di bagian atas pegas ini, maka saat pegas itu memantul...      

Tiga lini pertahanan tim Forest merapat sedemikian rupa hingga semua orang bergerak mundur untuk bertahan kecuali Eastwood. Tak peduli seberapa sengit serangan Liverpool, ketiga lini ini tetap utuh.      

Ini seperti pegas yang dikompresi hingga mencapai titik ekstrim.      

"Serangan Liverpool sangat gencar, tapi lihatlah manajer Tony Twain. Dia tidak terlihat cemas. Tentu saja, gaya bermain tim Forest selalu merapatkan pertahanan mereka lebih dulu dan kemudian mencari peluang untuk menyerang. Ini bukanlah yang pertama kalinya mereka bermain dibawah tekanan serangan lawan." Ada sedikit sarkasme di balik nada suara si komentator. Tidak ada yang menyukai tim yang lebih menitikberatkan pada pertahanan dan bukannya pada serangan. Twain memang benar. Tim Forest memang tidak populer.      

※※※     

Twain tidak lagi harus berdiri di pinggir lapangan dan menggunakan isyarat tangan untuk mengingatkan para pemainnya tentang mencari peluang menyerang sambil mengamankan pertahanan. Sebagian besar pemain Forest sudah tahu apa yang harus mereka lakukan. Mereka yang tidak tahu adalah para pemain yang baru bergabung di musim panas ini. Dalam starting list tim Forest hari ini, hanya Beckham satu-satunya yang baru bergabung dengan tim.      

Baik itu saat di Manchester United ataupun di Real Madrid, kontak Beckham dengan bola selalu diarahkan untuk menyerang dan memperkuat serangan. Selain musim terakhirnya di Real Madrid, dia jarang memikirkan tentang fokus untuk bertahan di dalam pertandingan.      

Sejak dia datang ke Nottingham Forest, latihan untuk bertahan mendapatkan porsi yang lebih besar, dan pada awalnya dia harus beradaptasi dengan ini.      

Untungnya, dia bermain sebagai gelandang bertahan di Real Madrid. Meski kini dia dimainkan sebagai gelandang kanan, dia juga akan berpartisipasi aktif dalam pertahanan tim. Meski level kemampuan bertahannya termasuk rata-rata, sikapnya sudah benar dan itu sudah cukup.      

Twain membiarkan Beckham bermain sejak awal. Selain menghargai kemampuannya berlari yang tak ada habisnya dan profesionalismenya, dia juga harus mengandalkan kemampuannya dalam menendang bola mati dan memberikan operan dari sayap.      

Edwin van der Sar menerkam tembakan Torres dan menjaga bola tetap berada di bawah tubuhnya. Dia tidak akan memberikan peluang bagi pemain lawan untuk kembali menendang bola. Meski Akinfeev sudah bergabung dengan tim dari Rusia, kiper timnas Rusia nomer satu itu masih harus duduk di bangku cadangan selama beberapa waktu untuk beradaptasi dengan Liga Utama Inggris.      

Edwin van der Sar bangkit dan melemparkan bola ke Beckham yang berlari mundur untuk menerima. Para pemain penyerang tim Forest juga mulai bergerak maju. Ribery, van Nistelrooy, van der Vaart dan Eastwood semuanya berada di depan. Hanya Beckham yang berlari mundur ke depan kotak penalti sendiri untuk menerima bola.      

Ini adalah taktik serangan tim Forest yang baru: memanfaatkan umpan panjang Beckham yang akurat dan membantu rekannya melepaskan diri dari blokade gila-gilaan di lini tengah serta langsung menyerang ke belakang lini pertahanan lawan. Selain adanya resiko menempatkan striker mereka ke jebakan offside lawan, tidak ada lagi yang perlu dicemaskan.     

Beckham langsung berbalik setelah menerima bola untuk mempersiapkan diri memberikan umpan panjang. Tapi, dia didorong hingga jatuh oleh Gerrard.      

Suara peluit wasit menunjukkan bahwa Liverpool telah melakukan pelanggaran. Pelanggaran semacam ini tidak akan membuat Gerrard mendapatkan kartu kuning atau peringatan lisan, tapi aksinya itu telah menghentikan serangan balik tim Forest yang baru akan terjadi.      

Tim Forest mengirimkan tendangan bebas dari lini belakang dan umpan panjang Pepe disundul oleh bek tengah Liverpool yang berasal dari Denmark, Daniel Agger. Tim Forest sama sekali tak punya peluang untuk menyerang balik. Pada saat itu, zona tiga puluh meter Liverpool dipenuhi pemain. Tim Forest tidak punya metode untuk menembus pertahanan Liverpool selain mengoper bola kesana kemari sambil mencari celah untuk menembusnya.      

Twain mengerutkan kening. Sepertinya dia tahu apa yang direncanakan oleh Benitez.      

Kelihatannya para pemain Liverpool masih belum terbawa kemarahan mereka...      

Mereka menekan lawan saat menyerang dan mundur dengan cepat saat tiba waktunya untuk bertahan. Kalau tim Forest ingin menyerang dengan cepat, mereka harus menemukan cara untuk menundanya, meski itu artinya harus melakukan pelanggaran.      

Taktik mereka sudah jelas, dan para pemain melaksanakannya dengan tekad kuat.      

Kelihatannya ini akan menjadi pertandingan yang sulit.      

※※※     

Kalau pegas itu dikompresi lebih kuat lagi, daya pantulnya akan memberikan daya serang yang lebih besar. Itulah prinsip kerja serangan balik defensif.      

Tapi bagaimana kalau daya yang diberikan kepada pegas itu lebih besar daripada yang bisa diterima oleh pegas? Bagaimana kalau daya yang digunakan tidak berasal dari atas? Apa yang akan terjadi?     

Suara "kapow" akan terdengar.      

"Fernando Torres!" teriak komentator. Pemain nomer 9 Liverpool itu membuka lengannya lebar-lebar untuk menerima ucapan selamat dari rekan-rekan setimnya.      

Dalam sebelas menit setelah pertandingan dimulai, saat Twain memutar otaknya untuk menemukan cara menangkal taktik Liverpool, gawang tim Forest berhasil dijebol.      

Itu adalah koordinasi yang indah di lini depan. Gerrard mendapatkan perhatian Wood setelah dia mendapatkan bola dan dia berhasil memancing Wood agar keluar dari zona pertahanannya dengan membuat dirinya terlihat seolah akan melakukan tembakan jarak jauh. Semua pemain Forest memfokuskan perhatian mereka pada dirinya, dia mendorong bola keluar dari bawah kakinya. Torres bergerak maju dari bagian depan lini pertahanan belakang dan melakukan putaran kecil untuk bisa berada dalam posisi onside. Dia menerima bola dibelakang bek Forest dan hal selanjutnya sangat sederhana. Dia menendang bola ke sudut jauh saat Edwin van der Sar belum bisa memblokir sudut tembakannya ini. Bola bergulir masuk ke gawang dengan mudah.      

Liverpool berhasil unggul 1:0 di menit ke-11. Fans The Reds tampak sangat gembira, sementara fans Forest untuk sementara terdiam.      

Twain masih duduk di area teknis dan menggaruk kepalanya. Ini adalah satu-satunya reaksinya seetelah melihat gawangnya kebobolan. Dia tidak melompat bangkit dari kursinya dengan marah dan membanting botol minumnya. Kerjasama taktis lawan sangatlah cemerlang. Sebuah kesalahan terjadi di pertahanan mereka sendiri. Pada saat itu, pemain bertahan hanya mempedulikan siapa yang membawa bola. Sebenarnya dia tidak perlu terlalu marah tentang gol ini.      

Selain itu, pertandingan baru saja berjalan selama sebelas menit. Tim Forest masih punya banyak waktu. Dia tidak terburu-buru.      

Dengan pikiran ini, Twain menyesuaikan pose duduknya dan menyilangkan satu kaki ke atas yang lainnya.      

Saat sebuah pegas ditekan terlalu keras, pegas itu bisa hancur dan bengkok. Tapi bagi Twain, itu hanya bermakna pegas itu sudah remuk.      

※※※     

Liverpool yang memimpin dalam pertandingan terus meningkatkan serangannya terhadap tim Forest di babak pertama. Mereka tidak puas dengan satu gol, Benitez tahu bahwa mereka masih belum aman dengan satu gol.      

Nottingham Forest berada dalam posisi yang kurang menguntungkan di hadapan tim Liverpool yang kuat, jika dilihat dari perspektif orang luar. Twain sendiri tidak menganggapnya sebagai posisi yang kurang menguntungkan. Dia teringat dengan novel wuxia yang pernah menjadi obsesinya saat masih di sekolah menengah. Di dalam novel The Haven Sword and Dragon Saber karya Jin Yong, ada paragraf yang cocok dengan situasi saat ini dan juga meringkas gaya taktis sepakbola tim Forest dengan tepat:     

Kalau dia kuat, biarkan dia kuat; angin sepoi-sepoi menyapu bukit kecil; Kalau dia ganas, biarkan dia ganas. Bulan yang terang bersinar di atas sungai besar.      

Tak peduli seberapa kuat dan ganasnya lawan mereka, bagiku itu tidak lebih dari sebuah angin sepoi yang menyapu bukit kecil atau bulan terang yang bersinar di atas sebuah sungai. Meski aku bisa merasakan angin sepoi-sepoi dan melihat bulan yang terang itu, hal itu tidak akan bisa merusakku. Tapi apa yang harus kulakukan agar aku tidak terluka?     

Biarkan dia ganas, biarkan dia kejam, hembusan "chi sejati" sudah cukup bagiku.      

Kalau diterapkan ke dalam dunia sepakbola, selama mereka benar-benar kuat, lawan tidak akan bisa mengendalikan kita. Tak peduli seberapa ganasnya serangan mereka, formasi pertahanan mereka harus tetap utuh, tegas dan padu. Serangan lawan hanya akan terasa seperti angin sepoi-sepoi yang berhembus di gunung dan pantulan bulan di sungai. Mereka sama sekali tidak bisa menimbulkan ancaman.      

Itulah temperamen dan tanda kepercayaan diri sebuah tim yang kuat.      

Mungkin bagi mata orang luar, tim Forest yang terkepung dikelilingi oleh bahaya dan bisa kebobolan kapan saja, tapi para pemain Forest sendiri tahu seberapa aman mereka saat ini.      

Kebobolan tadi hanyalah kebetulan dan itu hanya akan terjadi satu kali.      

Para pemain Liverpool di lapangan kini menghadapi gaya sepakbola tim Forest yang "tak tergoyahkan". Kelihatannya seolah-olah Liverpool telah berhasil mengepung lawan. Tapi, mereka hanya bisa mengancam gawang Forest beberapa kali saja.      

Selain itu, seperti yang sudah diketahui oleh banyak orang, tim Forest sangatlah bagus dalam memainkan serangan balik defensif, yang membuat para pemain Liverpool tanpa sengaja melupakan tentang ruang kosong di belakang mereka saat mereka bergerak maju untuk menyerang – meski Benitez memang memberikan taktik sebagai tanggapan atas masalah ini, inersia psikologis manusia memang sangat buruk. Nottingham Forest telah berulang kali menunjukkan serangan mendadak yang cepat di berbagai kompetisi untuk menghentikan permainan lawan. Bagaimana mereka bisa mencegah lawan melakukannya lagi hari ini?     

Hasil jangka panjangnya adalah para pemain Liverpool merasa lelah sebelum mereka menyelesaikan babak pertama. Selain gol yang tadi dicetak, mereka tidak lagi bisa menjebol gawang. Selain itu, lawan mereka bisa menyerang balik kapan saja, bagaimana mungkin mereka tidak merasa lelah?     

Seperti yang diketahui oleh semua orang, Twain sebenarnya adalah orang Cina asli. Dia memiliki latar belakang Cina yang sangat kuat. Hal ini tidak hanya tercermin dalam kemampuannya berbahasa Mandarin dan kesukaannya terhadap masakan Cina.      

Setelah dia menjadi manajer tim Forest, dia mulai merenungkan bagaimana caranya memadukan kebijakan Timur dengan sepakbola modern.      

Taktik tim Forest telah digabungkan dengan kebijaksanaan dari buku The Art of War (Seni Perang) karya Sun Tzu.      

Karena pengaruh anime dan video game Jepang, banyak orang menganggap bahwa 'Furinkazan' berasal dari Jepang. Tapi sebenarnya, strategi ini dikembangkan di Cina.      

Twain meletakkan sejumlah buku tentang Cina di rak buku di rumahnya untuk membohongi Yang Yan. Twain jarang mengambil "XX journey" dan membacanya, jadi buku-buku itu diletakkan di rak yang tinggi. Tapi The Art of War (Seni Perang) adalah salah satu buku yang sering diambilnya dari rak untuk dipelajari.      

Di dalam The Art of War (Seni Perang): Bab Manuver Militer, terdapat ungkapan: jadilah secepat angin, selembut hutan, sedahsyat api, sekokoh gunung; jadilah seperti bayangan yang sulit ditangkap dan bergeraklah seperti kilat.      

Frase itu meringkas taktik tim Forest:     

Jadilah secepat angin saat kau menyerang. Tunggulah dengan tenang hingga sebuah peluang muncul seperti layaknya hutan yang tenang. Bergeraklah dengan cepat dan tak kenal ampun seperti api yang mengamuk saat menyerang. Tetaplah tenang dan stabil seperti sebuah gunung saat bertahan. Ini dilakukan agar lawan tidak bisa menebak niatmu. Kau takkan terhentikan dan meluncur seperti guntur saat kau menyerang. Tetaplah teguh selama bertahan dan hanya bergerak selama menyerang. Stabilitas adalah basis dari gerakan dan gerakan membentuk stabilitas.      

Serangan dibangun dengan dilandaskan pada pertahanan. Saat bertanding, kedua tim saling menghadapi pertahanan satu sama lain. Serangan yang dilakukan seringkali hanyalah hal yang terjadi sesaat. Ini seolah-olah menunjukkan bahwa tim Forest memegang teguh pertahanan selama delapan puluh sembilan menit dan menyelesaikan pertandingan dengan satu serangan secepat kilat yang tak diduga lawan.      

Twain tidak menginstruksikan para pemainnya untuk mempelajari The Art of War. Meski ada salinan terjemahannya di British Museum, dia tidak perlu cemas kalau terjemahannya tidak bagus. Dia hanya merasa bahwa menyampaikan kata-kata itu dalam terjemahan aslinya kepada para pemainnya hanya akan menjadi bukti leadership tingkat rendah, karena mereka tidak memahami maknanya dan hanya bisa menirukan apa yang tertulis di dalam buku. Dia memadukan kebijaksanaan dari The Art of War karya Sun Tzu ke dalam latihan rutin tim dan pemberian komando saat bertanding.      

Pembelajaran dari leluhur Cina telah teruji selama lebih dari dua ribu tahun dan tidak pernah dihilangkan. Selain itu, mereka masih terus dikembangkan dan dipromosikan, yang membuktikan bahwa pembelajaran semacam ini memang tak tergantikan dan layak untuk diakui oleh orang-orang modern. Meski level sepakbola Cina sangatlah rendah, Twain tidak pernah menganggap bahwa semua hal di Cina itu berlevel rendah. Setidaknya dia merasa bahwa dengan menggunakan kebijaksanaan kuno dari Timur, dia akan bisa memimpin timnya untuk meraih kemenangan.      

Aku menyukai budaya Cina. Itu bukan alasan konyol hanya agar aku bisa berbicara bahasa Mandarin di masa mendatang. Aku benar-benar menyukai budaya negara itu karena budaya itu tidak pernah ketinggalan jaman. Bahkan, budaya itu melampaui era ini.      

※※※     

Seteguh gunung dan setenang hutan, tim Nottingham Forest akhirnya menemukan sebuah peluang emas di menit terakhir babak pertama. Tiga pemain Forest melakukan tiga operan di depan kotak penalti Liverpool, dan bola itu terbang melesat masuk ke dalam gawang Liverpool.      

Setelah George Wood memotong serangan balik Liverpool, dia menekan balik lawan. Dia mengoper bolanya ke Ribery, yang mengopernya ke van Nistelrooy. Akhirnya van Nistelrooy bergegas menembakkan bola.      

Pandangan Reyna terhalang oleh rekan setimnya sendiri dan dia bereaksi setengah detik lebih lambat. Dia hanya bisa melihat bola itu masuk ke dalam gawang.      

Itu adalah serangan diam-diam, secepat angin dan sedahsyat api.      

Benitez tahu Nottingham Forest memperketat pertahanan karena mereka ingin menyerang balik. Tapi dia tidak tahu kapan tim Forest akan menyerang balik. Kalau dia tahu maka itu takkan disebut sebagai serangan diam-diam.      

Dia sama sekali tidak menyangka kalau Nottingham Forest akan menyerang balik di momen terakhir babak pertama setelah empat puluh lima menit pertandingan yang intens dimana para pemain Liverpool sudah kelelahan.      

Dikepung selama pertandingan bukanlah hal yang paling memalukan, dan mengepung lawan juga bukan hal yang mudah untuk dilakukan.      

Jadilah secepat angin, selembut hutan, sedahsyat api, seteguh gunung; jadilah seperti bayangan yang sulit ditangkap dan bergeraklah seperti kilat.     

Para leluhur memang benar-benar tidak membohongiku.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.