Mahakarya Sang Pemenang

Para Pengawal Muda



Para Pengawal Muda

0Fee transfer sebesar 16 juta pounds telah menghabiskan hampir separuh anggaran Nottingham Forest untuk musim ini. Twain harus memutuskan apakah dia akan menghabiskan sisa uangnya untuk seorang pemain kelas dunia atau beberapa pemain yang lebih murah dan bisa memainkan posisi yang berbeda di timnya.      

Tapi, tidak sulit bagi Twain untuk mengambil keputusan ini.      

Di dalam hati, dia tahu bahwa Nottingham Forest adalah sebuah tim yang akan bangkit dari abu dan muncul sebagai sebuah kekuatan yang kembali diakui. Oleh karenanya, dia tidak perlu menghabiskan uang untuk memperoleh pemain yang biasa-biasa saja. Dia memutuskan bahwa dia harus mengumpulkan 'pasukan terbaik'nya dan mendatangkan semua yang dibutuhkan untuk membangun ulang tim dengan satu sapuan gerakan.      

Matanya tertuju pada David Silva di Valencia CF.      

Sayangnya, dia menghadapi hambatan besar dalam mencoba mendatangkan David Silva, karena Nottingham Forest bukanlah satu-satunya klub yang menginginkan Silva. Klub-klub besar seperti Real Madrid, Barcelona, Liverpool dan AC Milan juga tertarik padanya. Nottingham Forest bukanlah sebuah klub yang lebih menonjol jika dibandingkan dengan klub-klub lainnya.      

Twain memutuskan untuk menggunakan 30 juta pounds dari anggaran transfernya untuk membeli Silva, tapi dia akan membayarnya dalam bentuk angsuran. Metode pembayaran ini tidak diterima oleh Valencia CF.      

Valencia CF tampil baik selama paruh pertama musim lalu. Tapi, tim ini perlahan mulai merosot di klasemen liga sejalan dengan berlalunya musim. Masalah finansial klub masih belum terselesaikan, dan semakin diperburuk dengan adanya krisis moneter, yang memaksa mereka menjual David Villa dan David Silva demi mendapatkan uang meski tadinya mereka bersikeras bahwa keduanya tidak dijual.      

Saat terdengar kabar berita bahwa Villa dan Silva dijual, klub-klub besar segera mengambil peluang ini seperti sekawanan serigala yang haus darah.      

Real Madrid memimpin perburuan untuk mendapatkan tanda tangan David Villa, sementara persaingan yang lain juga sangat ketat untuk mendapatkan David Silva.      

Pada akhirnya, Nottingham Forest terbukti tidak mampu bersaing dengan klub sepakbola lain yang besar, sukses dan kaya.      

Setelah rencananya untuk memperoleh David Silva berakhir gagal, Twain sadar bahwa dia perlu mengubah pola pikirnya. Daripada menggantungkan harapannya untuk dapat membeli pemain mapan dan terkenal seperti Silva, dia seharusnya lebih memilih untuk memasukkan pemain muda ke dalam timnya.      

Karenanya, dia mengalihkan fokus perhatiannya untuk memperoleh pemain muda yang berbakat di Inggris.      

※※※     

Saat Twain sedang bertanya-tanya bagaimana dia harus membangun timnya, temannya, 'Crazy' Stuart Pearce, menghubunginya dan merekomendasikan seorang pemain padanya.      

"Aku tidak merekomendasikannya padamu karena ingin mendapatkan keuntungan dari transfer ini, Tony," kata Pearce. "Aku hanya tidak ingin masa depannya suram. Kontraknya dengan klub akan berakhir musim panas ini, tapi dia tidak ingin tetap tinggal di Liga Satu. Dia mencari panggung yang lebih besar untuk tampil. Aku juga merasa kalau dia takkan bisa berkembang sebagai pemain kalau dia masih terus bermain di Liga Satu. Ada beberapa klub yang mengincarnya saat ini, tapi aku percaya padamu, Tony, karena itulah aku merekomendasikan kau padanya saat dia meminta saran dariku."     

Twain terus mendengarkan Pearce berbicara panjang lebar tanpa menyebutkan nama si pemain. Oleh karenanya, dia harus bertanya, "Siapa dia dan dia bermain untuk klub apa?"     

"Joe Mattock. Bek kiri Leicester City."     

Twain sadar setelah mendengar nama itu bahwa itu adalah nama yang sering didengarnya sebelum ini. Media Inggris telah menyebutnya sebagai salah satu dari 10 pemain muda berbakat di Inggris. Dia baru berusia 18 tahun dan sudah dimasukkan ke dalam tim nasional Inggris U21 oleh Pearce. Dia telah mengumpulkan banyak pengalaman sebagai pemain tim pertama di Liga Satu. Fisiknya kuat dan dia bagus dalam bertahan serta menyerang.      

Ada beberapa klub yang tertarik dalam mendapatkan kontrak dengannya. Twain tidak percaya Pearce telah merekomendasikannya pada seorang pemain sekaliber ini.      

"Tidak masalah, tidak masalah sama sekali, Stuart. Aku janji aku akan membantumu membentuknya menjadi seorang pemain yang lebih baik daripada dirinya saat ini." Twain tentu saja setuju untuk memasukkan pemain ini ke dalam timnya. Bagaimana mungkin dia bisa menolak kesepakatan sebagus ini?     

Saat ini mereka memang masih punya Leighton Baines dan Gareth Bale di dalam tim, tapi memperhitungkan bagaimana Bale harus bermain sebagai gelandang kiri dari waktu ke waktu, akan bagus juga untuk memiliki bek kiri lain yang bisa mengisi kekosongan di saat-saat seperti itu.      

Selain itu, Joe Mattock masih sangat muda dan akan menjadi investasi yang bagus untuk masa depan.      

Secara keseluruhan, ini adalah kesepakatan yang bagus bagi klub.      

Pearce tidak berbohong pada Twain. Dua hari setelah dia menghubungi Twain, agen Mattock muncul di klub untuk menegosiasikan sebuah kesepakatan.      

Hal yang harus dilakukan oleh kedua belah pihak setelahnya cukup sederhana. Mereka menyepakati ketentuan individual untuk Mattock dan segera menandatangani kontrak. Nottingham Forest telah memperoleh bek kiri paling menjanjikan di Inggris tanpa harus mengeluarkan uang sepeser pun.      

※※※     

Tim Forest membuat kemajuan setelah berusaha meningkatkan kekuatan mereka di posisi yang lain juga.      

Meskipun Nottingham Forest adalah sebuah tim yang tidak menarik bagi bintang-bintang sepakbola asing dan juga sebuah tim yang tidak memiliki kemampuan finansial untuk bersaing dengan klub-klub besar seperti Real Madrid, Chelsea dan Manchester City dalam mendapatkan semua pemain bintang itu, tapi di mata para pemain muda Inggris, mereka adalah tim yang sudah dikenal akan kemampuannya membentuk pemain muda, dan mereka juga memiliki seorang manajer yang karismatik dan unik. Nottingham Forest adalah sebuah tim yang menarik bagi para pemain muda yang ingin bergabung.      

Di akhir bulan Juni, Charlton secara resmi mengumumkan bahwa pemain muda mereka, Jonjo Shelvey, telah dijual ke Nottingham Forest seharga 2 juta pounds.      

Fee yang dibayarkan oleh Forest cukup tinggi mengingat Shelvey masih seorang pemain yang belum mencapai usia 18 tahun. Tapi, Shelvey bernilai 6 juta pound musim panas lalu. Kalau bukan karena krisis moneter yang memaksa banyak klub lain untuk lebih berhati-hati dalam menghabiskan uang mereka, akan mustahil bagi Twain untuk mendapatkan kapten tim nasional Inggris U16 itu seharga 2 juta pounds.      

Shelvey mungkin baru berusia 17 tahun, tapi dia sudah cukup terkenal di Inggris. Dia melakukan debutnya untuk Charlton saat dia berusia 16 tahun 55 hari. Dia menjadi pengganti untuk kapten tim nasional Cina Zheng Zhi di pertandingan itu.      

Tapi, Shelvey sudah berhasil menarik perhatian sejumlah klub sepakbola sebelum itu. Di tahun 2007, dia menjadi kapten tim nasional Inggris U16 yang mendapatkan kemenangan di Victory Shield. Dia bermain sebagai gelandang di pertandingan itu dan mencetak 3 gol. Dia sudah menjadi mesin pencetak gol saat dia bermain untuk tim pemuda dan cadangan di Charlton.      

Tapi, Twain tidak berharap Shelvey akan bisa menimbulkan dampak instan di dalam tim dan mencetak banyak gol untuk mereka. Alasan mengapa dia merekrut Shelvey adalah karena dia melihat potensi di dalam diri pemuda itu untuk menjadi seorang pemain yang luar biasa di masa depan. Hal ini sejalan dengan apa yang dilakukan oleh Twain selama musim panas ini, yakni membuat pondasi yang dibutuhkan untuk masa depan klub.      

Tim-tim lain seperti Sunderland dan West Ham United juga bersaing dengannya dalam mendapatkan Shelvey, tapi hal yang membuat Twain menang dari mereka semua adalah karena dia adalah Tony Twain.      

Twain telah berhasil membuat nama bagi dirinya sendiri dalam beberapa tahun belakangan ini, dan mereka yang menyukainya sama banyaknya dengan mereka yang tidak menyukainya. Dia telah disebut-sebut sebagai 'Arsene Wenger dari Inggris' karena dia menunjukkan preferensi untuk menurunkan pemain muda di timnya dan ini menjadikannya tempat tujuan yang menarik di mata banyak pemain muda.      

Keuntungan yang dimilikinya atas tim rival lain juga tidak hanya ditunjukkannya melalui perekrutan atas Joe Mattock dan Jonjo Shelvey.      

Victor Moses adalah pemain lain yang menjadi bagian dari Nottingham Forest musim panas ini. Dia adalah striker berusia 18 tahun yang bermain untuk Crystal Palace. Dia lahir di Nigeria, tapi keluarganya beremigrasi ke Inggris saat dia berusia lima tahun. Dia menandatangani sebuah kontrak empat tahun dengan Crystal Palace saat dia berusia 16 tahun.      

Sama seperti pemain sepakbola lain yang berasal dari Afrika, fisiknya kuat dan memiliki kecepatan yang mengesankan. Teknik sepakbolanya juga luar biasa. Satu-satunya kekurangan yang dimilikinya adalah kemampuan sundulan kepalanya yang biasa-biasa saja meski tingginya mencapai 185 cm dan memiliki tubuh yang kuat.      

Twain ingin menggunakan Moses dalam rotasi tim. Moses akan bermain untuk tim pertama, tim cadangan ataupun tim pemuda kapanpun dia dibutuhkan.      

Selain ketiga pemain itu, Twain juga tertarik pada gelandang serba bisa milik Sunderland, Jordan Henderson. Henderson bisa memainkan beragam posisi seperti misalnya gelandang kanan, gelandang bertahan di lini tengah dan striker. Dia pernah memimpin tim pemuda Sunderland ke final FA Youth Cup.      

Twain ingin membeli Henderson dan membentuknya lebih jauh, tapi Roy Keane tak bergeming meski mereka berteman. Dia bersikeras bahwa Henderson tidak untuk dijual.      

Meski gagal mendapatkan Henderson, Twain merasa cukup puas dengan hasil perburuan tanda tangan yang dilakukannya musim panas ini. Dia lebih terfokus pada para pemain Inggris musim ini karena adanya penerapan aturan 6+5 di tahun 2012.      

Twain yakin bahwa para pemain muda ini akan menjadi pemain hebat di masa depan selama mereka bisa membentuknya dengan tepat dan para pemain juga mengerahkan semua upaya mereka. Tentu saja, cedera juga tidak akan sering mengunjungi mereka.      

Potensi yang dimiliki oleh para pemain muda itu sudah menunggu untuk dimanfaatkan dengan baik.      

※※※     

Berkebalikan dengan gaya agresif mereka yang membeli banyak pemain di masa lalu, Nottingham Forest mengumumkan di awal bulan Juli bahwa klub tidak akan membeli pemain lain selama sisa jendela transfer pemain, dan bahwa daftar pemain untuk musim depan telah dikonfirmasi.      

Berita ini mengejutkan media Inggris.      

Siapa sebenarnya yang didatangkan oleh Forest di musim panas ini?     

Mereka sudah mempromosikan John Bostock, Nicolas Millan, Adriano Moke dan Chris Cohen dari tim pemuda ke tim pertama, tapi hal ini tidak dianggap mendatangkan pemain baru ke dalam tim. Yang mereka lakukan hanyalah mencari pemain baru di dalam klub.      

Mereka mendapatkan bek kiri Leicester City, Joe Mattock dengan status bebas transfer, membayar 2 juta pounds untuk mendapatkan kapten timnas U-16 Inggris Jonjo Shelvey dari Charlton dan membayar 3 juta pounds untuk membawa striker berbakat Crystal Palace, Victor Moses.      

Gabrial Agbonlahor adalah pengeluaran terbesar Nottingham Forest untuk musim panas ini senilai 16 juta pounds. Dia juga satu-satunya pemain mapan yang dibeli Nottingham Forest di musim panas ini dan menurut media, dia akan tampil baik di Liga Utama Inggris.      

Agbonlahor telah membuktikan dirinya sejak di Aston Villa, dan dia tidak perlu membuktikan apa-apa lagi di Nottingham Forest. Dia adalah seorang pemain yang bisa langsung diturunkan dalam pertandingan.      

Carl Spicer 'anti-Twain' mengejek Tony Twain dengan sinis dengan membuat lelucon bursa transfer pemain di dalam kolom tulisannya:     

"Saat dia menikahi kekasih supermodelnya, Twain tampak antusias dan berusaha keras untuk memastikan seluruh dunia bisa menyaksikan adegan dimana dia mencium Shania. Tapi, saat harus membawa pemain baru ke dalam tim Forest, dia bertindak seolah tangan dan kakinya terikat dan tidak melakukan apa-apa kecuali menghemat uang bagi klubnya. Lihat saja pemain yang dibelinya... Satu-satunya pemain yang kusetujui adalah Agbonlahor. Sementara untuk sisanya... Kalau tujuan utama Tn. Tony Twain dalam membeli semua pemain itu adalah supaya dia bisa menjual mereka dengan harga tinggi di masa depan, maka aku harus memuji Tn. Tony Twain karena memiliki naluri bisnis yang bagus. Semua orang tahu bahwa Nottingham Forest FC sedang mengalami masa sulit. Stadion baru mereka terbengkalai di Clifton setelah para pekerja selesai membuat pondasi yang dibutuhkan untuk konstruksinya, seolah-olah mengejek pemilik Amerika-nya yang terlalu ambisius. Klub ini sangat membutuhkan uang dan apa yang harus mereka lakukan untuk memecahkan masalah ini? Satu-satunya hal yang bisa mereka lakukan adalah menjual para pemain, tentu saja. Jadi, mereka menemukan banyak pemain muda dari seluruh negeri yang berpotensi untuk menjadi pemain bintang dan membentuknya selama beberapa musim sebelum kemudian menjualnya dengan harga tinggi... itu adalah strategi bisnis yang bagus.      

Tapi, kalau Tn. Twain berniat mengandalkan para pemain itu untuk membawa Nottingham Forest kembali ke puncak, atau kalau dia mengira bahwa membeli semua pemain itu adalah hal yang diperlukan olehnya untuk mendapatkan hasil bagus di liga, maka maafkan aku, ijinkan aku untuk tertawa selama tiga menit. Apakah Nottingham Forest benar-benar sedang dalam kesulitan sampai-sampai mereka memilih untuk mengandalkan sekelompok bocah yang mungkin masih menyusu ke ibu mereka? Ataukah tujuan Tn. Twain adalah untuk menghindari degradasi musim depan? Dan kemudian membuat timnya tampil beberapa kali di Liga Eropa... Oh, itu mengingatkanku, dia masih belum mendapatkan trofi Liga Eropa! Hal ini memperkuat spekulasiku sebelumnya. Tapi, ijinkan aku berterus terang, Tn. Twain. Dengan pasukanmu saat ini, akan sangat menantang untuk bisa masuk ke Liga Eropa..."     

Artikel itu penuh sarkasme, ejekan dan ketidakpercayaan terhadap Twain, dan beberapa kata yang digunakan olehnya bersifat menghina. Artikel itu memicu kehebohan setelah dipublikasikan di The Daily Telegraph.      

Semua orang tahu bahwa Carl Spicer memiliki agenda lama untuk menentang Twain. Tapi, kalau kau menghilangkan kata-kata sinis yang digunakannya di dalam artikel itu, semua yang dia katakan sebenarnya tepat sasaran.      

Nottingham Forest yang saat ini tidak memiliki Pique, Bendtner, Ribery, van der Vaart, dan Arshavin adalah sebuah tim yang terdiri atas para pemain muda tak berpengalaman dan kurang memiliki daya saing.      

George Wood jelas masih seorang pemain yang bisa dipercaya semua orang, dan pemain lain seperti Gareth Bale dan Pepe juga telah membuktikan diri mereka sebagai seorang pemain yang bagus.      

Sementara untuk Tiago, masih belum ada yang tahu apakah dia benar-benar cocok untuk Nottingham Forest.      

Kekeraskepalaan Twain dalam memberikan peluang bagi Zigic untuk membuktikan diri di musim depan juga cukup mengkhawatirkan. Bagaimanapun, bukan berarti Twain tidak pernah salah dalam menilai pemain sebelumnya.      

Pergelangan kaki dan lutut Eastwood sudah cukup rapuh. Tidak ada yang tahu kapan dia akan harus kembali berbaring di meja operasi.      

Sahin? Bocah itu masih belum membuktikan apakah dia akan bisa kembali ke penampilannya sebelum cedera. Penampilannya sejauh ini masih tidak konsisten. Tentu saja, dilihat dari sudut pandang netral, penampilannya yang tidak konsisten ini dipengaruhi oleh penampilan buruk tim secara keseluruhan.      

Petrov? Dia terus menua dan sudah kehilangan kecepatannya. Serangannya juga sedikit terlalu satu dimensi.      

Kris Commons? Baiklah, jujur saja. Kita sudah hampir melupakannya...      

Tony Twain mungkin saja disebut sebagai 'Arsene Wenger dari Inggris' tapi dia masih jauh berbeda dari Wenger dan Nottingham Forest juga bukan Arsenal.      

Bahkan Arsenal tidak berhasil memperoleh hasil yang signifikan dengan tim pemuda mereka yang sangat berbakat. Mereka gagal menjadi juara di Liga Utama Inggris, juga tidak memenangkan Liga Champions, tereliminasi di perempat final EFL Cup dan tidak berhasil lolos dari semifinal untuk FA Cup...      

Ini menunjukkan bahwa tidaklah menguntungkan memiliki sebuah tim yang terdiri atas para pemain sangat muda jika tim ingin menjadi juara di sebuah kompetisi tertentu. Akan mustahil untuk menjadi juara meski kau memiliki tim seperti Arsenal dengan 23 pemain muda yang sangat berbakat.      

Apa yang kau butuhkan untuk menjadi juara bukanlah skill atau bakat luar biasa yang membuat semua orang bersemangat. Melainkan, yang kau butuhkan adalah banyak pengalaman dan kemampuan untuk tampil konsisten. Tentu saja, kau juga membutuhkan keberuntungan untuk berada di pihakmu.      

Kalau Tony Twain benar-benar bermaksud mengandalkan sekumpulan bocah untuk bangkit kembali, dia pasti sedang membangun kastil di udara kosong!     

Aku tidak keberatan mengejeknya saat dia gagal. Bagaimanapun juga, dia punya jantung bertenaga nuklir sekarang. Meski jantungnya berhenti berdetak, dia akan langsung dihidupkan kembali di tempat.      

Dia tidak akan mati.      

Tony Twain adalah sebuah momok. Momok seperti dirinya biasanya berumur panjang...      

Tentu saja, kita akan senang melihatnya menjadi bahan tertawaan kalau dia menggunakan masalah jantungnya sebagai alasan atas kegagalannya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.