Mahakarya Sang Pemenang

Mandiri



Mandiri

0Hal pertama yang dilakukan Twain saat dia mulai bekerja adalah menolak tawaran klub lain untuk George Wood, Gareth Bale, Pepe, Kompany dan lainnya. Tawaran Real Madrid untuk van der Vaart juga ditolaknya. Tapi tidak seperti penolakan yang diberikan untuk tawaran pembelian pemain lain, alasannya kali ini bukan karena Rafael tidak dijual, melainkan karena tawaran Real Madrid tidak cukup tinggi.      

Twain memutuskan untuk menjual van der Vaart setelah mempertimbangkannya lagi dan lagi, berdasarkan poin-poin berikut ini: Pertama, van der Vaart sendiri tidak memiliki keinginan untuk tetap tinggal di Nottingham Forest; kedua, dia bisa dijual dengan harga cukup tinggi; ketiga, Twain sudah mempersiapkan tindakan alternatif setelah dia dijual.      

Masih ada Sahin setelah van der Vaart pergi. Kalaupun Sahin masih terlalu muda, ada pula Tiago. Selain itu, George Wood bukan lagi gelandang yang hanya tahu bagaimana caranya bertahan.      

Meski krisis moneter global telah mempengaruhi situasi finansial klub-klub sepakbola, tim-tim Spanyol berbeda dari tim-tim Liga Utama Inggris. Mereka adalah klub keanggotaan dan karenanya tidak pernah harus cemas tentang bagaimana mereka menghasilkan uang – mereka tidak bisa menghasilkan uang karena mereka adalah organisasi nirlaba – mereka hanya perlu memikirkan bagaimana caranya menghabiskan uang. Bagi Real Madrid yang kaya dan mengesankan, itu sama sekali bukan masalah.      

Karena Real Madrid melihat Nottingham Forest sebagai sebuah supermarket untuk membeli para pemain, Twain tidak keberatan memainkan harganya.      

Jawaban yang diberikan oleh Twain terkait van der Vaart adalah Real Madrid tidak perlu repot-repot mencoba berdiskusi dengannya untuk harga dibawah tiga puluh juta euro.      

Dia tidak takut kalau sikapnya itu akan membuat Real Madrid menjauh. Dia tidak akan rugi kalaupun van der Vaart tidak pergi. Dia justru akan merasa senang kalau itu terjadi.      

Real Madrid masih belum bereaksi terhadap harga yang diminta. Mereka tahu Twain tidak akan menghalangi kepergian van der Vaart. Kalau begitu, masalahnya adalah uang, yang bisa ditangani dengan mudah.      

※※※     

John Bostock yang berusia tujuh belas tahun dan Nicolas Millan yang juga berusia tujuh belas tahun masing-masing menerima panggilan telepon dari asisten manajer Tim Pertama, David Kerslake. Dia memberitahu mereka bahwa mereka tidak perlu kembali ke tim pemuda saat tim memulai latihan musim depan, melainkan langsung melapor ke Tim Pertama.      

Kabar ini membuat kedua pemuda itu jadi liar karena gembira. Mereka sudah berlatih di tim pemuda selama setahun dan akhirnya mendapatkan kesempatan untuk bermain di Tim Pertama. Mungkin bukan hal bagus bagi klub yang mengalami krisis saat ini dan tidak punya uang untuk membeli pemain baru, tapi bagi para pemain muda, ini adalah sebuah kesempatan sekali-seumur-hidup. Selama mereka mengambil kesempatan ini, mereka akan bisa bangkit dengan cepat. Kesuksesan dan pengakuan akan mudah diperoleh.      

Meski Millan adalah warga Cile, dia tidak punya masalah tak bisa bermain di Inggris karena terhalang ijin kerja. Tahun lalu, Nicolas Millan mendapatkan kewarganegaraan Italia dan sekarang memiliki kewarganegaraan ganda untuk Cile dan Italia. Dia tidak membutuhkan ijin kerja untuk bisa bermain bola.      

Di dalam rencana baru Twain, Bostock akan bekerjasama dengan Sahin untuk berbagi tanggungjawab yang berat dalam mengembangkan koneksi di lini tengah, sementara Millan akan menjadi striker tim untuk menyerang dan mencetak gol bagi tim Forest.      

Bostock sudah terpilih untuk timnas Inggris U-18. Dia telah mewakili tim Forest untuk bermain di FA Youth Cup beberapa kali tahun lalu. Dia tampil luar biasa dan disebut-sebut sebagai salah satu dari sepuluh pemain bintang dibawah delapan belas tahun yang paling menjanjikan oleh media Inggris. Jack Wilshere dari Arsenal berada di peringkat satu dan John Bostock berada di peringkat ketujuh. Arsenal, Chelsea dan Manchester United saling berebut untuk memperolehnya, tapi pada akhirnya Tony Twain-lah yang mendapatkan keuntungan dari persaingan mereka. Setelah Twain meletakkannya di tim pemuda selama satu musim, anggota masa depan timnas Inggris ini akhirnya mendapatkan kesempatan untuk membuktikan dirinya di sebuah level kompetisi yang lebih tinggi.      

Dengan adanya Nuri Sahin, yang akan berusia dua puluh satu tahun, George Wood yang berusia dua puluh dua tahun, Aaron Lennon yang berusia sembilan belas tahun serta John Bostock yang berusia tujuh belas tahun, lineup lini tengah tim Forest untuk musim baru nanti akan menjadi yang termuda di seluruh Inggris.      

Hal ini bisa menunjukkan tekad Twain dalam memicu badai pemain muda.      

Nicolas Millan sudah membuat percikan di laga sepakbola Cile. Dia menetapkan rekor sebagai pemain termuda yang pernah tampil mewakili klub Colo-Colo di Cile saat dia bermain untuk Tim Pertama Colo-Colo pada usia empat belas tahun sembilan bulan. Penampilannya setelah itu menarik perhatian banyak tim di Eropa. Tapi pada akhirnya, Tony Twain menyerang lebih dulu dan membawa Millan ke Inggris.      

Fitur-fitur teknik Millan memiliki banyak kesamaan dengan Cristiano Ronaldo dari Manchester United. Dia suka menggunakan daerah sayap untuk menyerang lini pertahanan lawan dan memanfaatkan kecepatan dan kemampuannya dalam menerobos bek lawan. Lalu dia akan langsung mengancam gawang. Di waktu yang sama, dia juga suka melakukan aksi scissor seperti Robinho.      

Selama lebih dari setahun berada di tim pemuda Forest, Greenwood berhasil membuat Millan menyadari satu hal – bahwa berada di sayap tidak berarti dia harus membatasi dirinya untuk terus bermain di sayap. Dia perlu lebih komprehensif atau dia takkan bisa bertahan di arena liga profesional Eropa yang brutal.      

Sekarang dia mulai sering bergerak ke tengah. Bagaimanapun juga, Twain membutuhkan seorang striker, dan bukan pemain sayap. Tapi perubahan semacam ini akan membutuhkan waktu. Cristiano Ronaldo membutuhkan waktu lima musim untuk mengubah dirinya dari pemain sayap yang hanya suka memanjakan penonton dengan teknik-teknik indahnya di sayap menjadi seorang striker pembunuh yang mencetak lebih dari empat puluh gol dalam satu musim.      

Twain juga tidak berharap Millan akan langsung bisa menunjukkan kecemerlangannya musim ini dan membuat namanya dikenal. Karena dia sudah bertekad akan menggunakan banyak pemain muda, dia harus siap menanggung efek samping yang dibawa oleh para pemuda. Membangun ulang tim akan membutuhkan waktu.      

Selain itu, gelandang kanan Adriano Moke, yang sudah dipinjamkan selama dua musim, kali ini juga termasuk dalam rencana Twain untuk Tim Pertama sebagai pengganti Lennon. Greenwood tidak terlalu terganggu dengan ini. Diantara kelompok pemain itu, standar Moke memang luar biasa. Greenwood yakin kalau pemuda itu dimanfaatkan dengan tepat, Moke akan bisa mengejutkan Twain. Satu-satunya masalah adalah tubuhnya yang rentan cedera. Dia cedera selama dua bulan setelah dipinjamkan musim lalu.      

Bersama Moke, gelandang kiri, Cris Cohen juga dipanggil ke Tim Pertama selama training camp pemanasan pra-musim. Cohen sudah berusia dua puluh dua tahun. Dia tidak tampil luar biasa sejak dipindahkan dari tim pemuda ke tim cadangan. Dia dipinjamkan ke Sheffield Wednesday musim lalu dan tiba-tiba saja berhasil tampil menonjol. Dia seringkali bermain baik dalam total tiga puluh satu penampilan di EFL Championship. Dia tampil sangat bagus sampai-sampai saat dia kembali ke Nottingham Forest usai masa pinjamnya habis di akhir musim lalu, faks Sheffield Wednesday menyusulnya dengan cepat, bertanya apakah Nottingham Forest bisa menjualnya. Hal ini menarik minat Twain. Dia bermaksud meletakkan Cohen di sisinya untuk mengamati dengan seksama apa yang terjadi pada pemain yang tadinya tidak menonjol itu dan apa saja kelebihannya yang bisa dimanfaatkan olehnya.      

Dibandingkan dengan Moke yang lebih berbakat dan lebih menonjol dalam hal kecepatan, Cohen bahkan jauh lebih unggul dalam hal indikator kemampuan dan tidak terlalu rentan cedera.     

Di musim sebelumnya, Twain jarang mengambil begitu banyak pemain dari tim pemuda ke Tim Pertama dalam sekali jalan. Dia masih lebih percaya diri pada para pemain yang telah membuktikan kemampuan mereka. Bahkan Lennon dan Bale dipilih karena keduanya telah membuktikan diri di dunia yang dikenal Twain sebelum dia bertransmigrasi.      

Kali ini, Twain benar-benar mengabaikan apa yang disebut kesadaran-super --- sebenarnya, dia tidak memiliki pandangan jauh ke depan. Tidak mengetahui masa depan seperti ini justru membuatnya bersemangat. Berapa banyak dari semua orang ini yang akan sukses menjadi pemain bintang di dunia sepakbola? Twain sangat menantikannya saat dia memikirkan tentang potensi masa depan. Kalau dia berhasil, maka dia akan merasa lebih bangga daripada saat dia mengontrak Lennon dan Bale melalui kecurangan.      

※※※     

Pemindahan keempat pemain dari tim pemuda ke Tim Pertama dalam satu waktu bukan berarti Twain tidak akan beraksi di bursa transfer.      

Penawaran kedua Real Madrid untuk membeli van der Vaart adalah tiga puluh juta euro. Kali ini Twain memberikan lambaian besar --- sepakat! Orang-orang Real Madrid kemudian datang untuk membahas persyaratan individu dengan agen van der Vaart. Tentang apakah kesepakatan itu bisa diselesaikan dengan sukses atau tidak, Twain tidak peduli. Dia hanya peduli tentang berapa banyak pemain yang bisa dibelinya dengan tiga puluh juta euro.      

Arshavin juga tergoda dengan Italia. Juventus berharap mereka bisa membawa tsar Rusia itu senilai delapan belas juta euro. Dalam sebuah wawancara dengan media Italia, Arshavin juga mengungkapkan keinginannya untuk pergi dan mencari kesuksesan di sebuah turnamen liga baru. Meskipun Nottingham Forest telah memenangkan dua gelar Liga Champions EUFA, klub ini masih dianggap sebagai klub kecil baginya. Sebuah klub papan atas tradisional seperti Juventus tampak jauh lebih menarik.      

Setelah Twain mengetahui keinginan Arshavin, dia menolak tawaran Juventus – ini bukan karena dia tidak dijual, melainkan dia menganggap uang yang ditawarkan terlalu sedikit – dan dia memberitahukan harga yang bisa diterimanya: dua puluh enam juta euro. Terserah mereka mau menerimanya atau tidak.      

Juventus melangkah mundur...      

Meski Juventus menolak untuk terlibat lagi, Bayern Munich melangkah maju. Mereka mengajukan tawaran sebesar dua puluh lima juta euro ke tim Forest dan berharap bisa membawa Arshavin pergi. Twain tetap bersikeras dengan keinginannya dengan angka minimal dua puluh enam juta. Entah mereka menyetujuinya atau kesepakatan itu batal.      

Bayern Munich ragu sesaat dan akhirnya setuju dengan harga itu.      

Meski dia tidak berhasil pergi ke tim papan atas tradisional di Serie A, Juventus, bisa pergi ke tim papan atas tradisional Bundesliga, Bayern Munich, juga merupakan hal yang bagus bagi Arshavin.      

Di hari yang sama van der Vaart menandatangani kontrak dengan Real Madrid, Arshavin juga menandatangani kontrak dengan Bayern Munich.      

Tiga klub mempublikasikan pengumuman di waktu yang bersamaan. Van der Vaart telah bergabung dengan tim papan atas La Liga, Real Madrid dengan biaya transfer tiga puluh juta euro dan durasi kontrak selama empat tahun. Dia akan memakai jersey nomer 23. Arshavin menandatangani kontrak selama empat tahun dengan tim papan atas Bundesliga, Bayern Munich dengan biaya transfer sebesar dua puluh enam juta euro.      

Media memiliki tanggapan yang beragam tentang kedua transfer ini. Kepergian Arshavin masih bisa dipahami dan diterima. Bagaimanapun juga, dia bukanlah pemain inti dalam serangan Nottingham Forest. Tapi kepergian van der Vaart dianggap sebagai langkah buruk Tony Twain. Bagaimana Nottingham Forest bisa bermain di musim depan kalau mereka sudah kehilangan playmaker mereka di lini tengah? Apakah dia akan menggunakan Zigic dan memainkan bola-bola panjang? Atau dia hanya akan menyerang dari sayap?     

Nuri Sahin bukanlah pemain yang selevel dengan van der Vaart dimata banyak orang. Hanyalah angan-angan kosong kalau Sahin ingin menggantikan van der Vaart dan mengambil alih peranan pria Belanda itu. Sementara Bostock? Dia masih terlalu muda...      

Kalau begitu, apa yang dipikirkan Twain setelah menjual van der Vaart semudah itu dengan harga tiga puluh juta?     

Sebenarnya, Twain tidak banyak berpikir. Dia memang bermaksud menempatkan Sahin disana, dengan Bostock untuk mendukungnya. Tapi kalau Sahin masih terlalu muda dalam mengisi peranan penting ini, Twain punya rencana cadangan. Rencana cadangan ini akan membuatnya harus mengambil resiko yang lebih besar dan jelasnya akan memicu teguran keras dari media. Tapi bagi Twain, perasaan bangga yang dia rasakan akan jauh lebih besar.      

Rencana cadangannya ini sederhana dan bukan hal baru. Ini juga tidak selalu pintar – dia akan membiarkan George Wood bertanggungjawab dalam menyusun serangan.      

Menarik, bukan? Untuk membiarkan pekerja kerah biru menjadi pekerja kerah putih dan pekerja kerah emas. Ini adalah ekspektasi tertinggi Albertini untuk George Wood saat dia masih ada di dalam tim. Twain percaya bahwa setelah berlatih bertahun-tahun, sudah waktunya untuk memberikan kesempatan bagi Wood.      

Kalau Wood berhasil, maka dia akan memiliki gelandang bertahan yang serba bisa di lini tengah, bagus dalam bertahan dan menyerang, bisa berlari tanpa kenal lelah, dan bisa menekan balik di lini depan untuk meluncurkan sebuah serangan. Kalau dia melatih kemampuannya dalam mencetak gol... dia merasa kalau ini adalah sebuah hal yang fantastik hanya dengan membayangkannya.      

※※※     

Kepergian Arshavin memaksa Twain untuk menambah lapisan pemain di lini depan.      

Nicolas Millan memang punya bakat, tapi dia masih terlalu muda dan kurang berpengalaman untuk bermain di kancah sepakbola Eropa. Oleh karena itu, dia tidak boleh memiliki harapan yang terlalu tinggi darinya. Van Nistelrooy masih dalam pemulihan dan tidak bisa diharapkan kembali ke lapangan hingga akhir tahun ini. Masih belum jelas seberapa besar peranannya saat dia kembali nanti. Twain jelas harus fokus dalam melatih Zigic. Tapi hanya punya Zigic saja tidak cukup. Eastwood adalah kekuatan yang paling stabil di lini depan tim untuk saat ini. Meski dia menderita cedera minor, hal itu tidak mempengaruhi jumlah gol yang dicetaknya. Dia adalah tipe striker yang selalu menyelamatkan tim dengan golnya di saat-saat penting.      

Dia adalah striker Twain yang paling meyakinkan.      

Selain Eastwood, Twain akan membutuhkan seorang striker yang cepat dan bisa memberikan dampak terhadap pertahanan lawan.      

Twain mengarahkan pandangannya ke Aston Villa. Dia tertarik pada Gabriel Agbonlahor yang tampil luar biasa musim lalu dan diturunkan tiga puluh kali mewakili Aston Villa. Dia mencetak sepuluh gol dan membuat enam assist.      

Agbonlahor sangat cepat, khususnya saat menyerang. Dia bisa dengan mudah melepaskan diri dari bek yang menjaganya di posisi paralel, dan dia juga bisa memainkan posisi penyerang tengah dan pemain sayap, yang sejalan dengan keinginan Twain untuk memiliki pemain yang serba bisa.      

Untuk pemain seperti ini, Aston Villa jelas tidak akan melepaskannya dengan mudah. Twain memutuskan untuk memberikan lebih banyak uang pada mereka.      

Bagaimanapun juga, Edward mengatakan bahwa karena proyek pembangunan stadion baru masih dihentikan untuk sementara, klub akan sepenuhnya mendukung langkah Twain di bursa transfer pemain.      

Tak peduli berapa banyak uang yang dibutuhkan, selama klub Forest bisa membayarnya, mereka akan berusaha yang terbaik untuk mendukung Twain.      

Twain sangat berterima kasih pada Edward karena ini. Dia tahu Edward mengandalkan klub untuk menghasilkan uang, dan dia bersyukur karena Edward adalah seorang businessman pandai dengan pandangan jauh ke depan. Kalau tidak begitu, dia mungkin akan harus menjual klub selama krisis moneter ini – meski tidak ada yang tahu dengan pasti apakah masih ada banyak orang yang tertarik dalam membeli klub sepakbola di saat seperti ini.      

Nottingham Forest dan Aston Villa menghadapi kebuntuan tentang Agbonlahor.      

Aston Villa sudah bertekad tidak akan menjualnya. Sikap mereka sama tangguhnya seperti saat mereka menolak tawaran Liverpool yang ingin membeli kapten tim mereka, Barry, musim panas lalu. Tapi, Tony Twain terus memuji penampilan luar biasa Agbonlahor musim lalu di media dan sangat murah hati dalam mengekspresikan apresiasinya untuk pemain itu. Dia sebenarnya menunggu para perekrutnya menghubungi agen Agbonlahor. Selama Agbonlahor menunjukkan keinginannya untuk meninggalkan tim, Aston Villa akan harus mempertimbangkan apakah mereka mau melepaskan pemain yang cepat itu.      

Saat tim Forest terlibat dalam pertempuran terselubung dengan Aston Villa, masa depan Sun Jihai ditempatkan di atas meja Twain.      

Nasib pemain ini tidak semudah yang diperkirkan oleh Twain sebelumnya.      

Tanpa terasa, ada sebuah garis yang menghubungkan dirinya dengan masa depan dan kekayaan klub.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.