Mahakarya Sang Pemenang

Yang Mulia Telah Kembali



Yang Mulia Telah Kembali

024 Mei 2009 adalah hari spesial bagi para fans Nottingham Forest. Mereka mulai bersemangat menantikan hari itu, dan tiket untuk menonton pertandingan terakhir di stadion kandang musim ini sudah terjual habis. Ada banyak sekali fans yang menunggu orang lain menjual tiket ekstra mereka meski terdapat fakta bahwa tim Forest sudah ditakdirkan untuk mengakhiri musim ini dengan tangan kosong.      

Alasan dibalik respon yang luar biasa ini bukan karena tim Forest akan melejit naik ke peringkat atas klasemen liga usai pertandingan ini, dan juga bukan karena mereka akan didegradasi.      

Alasan dibalik kegembiraan mereka ini cukup sederhana: dia sudah kembali.      

Meski sudah tiga minggu sejak Tony Twain kembali ke posisi manajerial di tim, ini adalah kali pertamanya mengarahkan pertandingan kandang setelah dia kembali.      

Selain itu, ada seseorang yang akan mengucapkan selamat tinggal pada Nottingham dan Nottingham Forest.      

Orang itu adalah David Beckham, yang kontraknya dengan klub akan berakhir.      

Beberapa hari belakangan ini telah membuat banyak fans Forest mendatangi Wilford untuk menonton tim berlatih, dan mereka akan mengerumuni Beckham untuk meminta tanda tangan dan foto bersama. Popularitasnya bahkan lebih tinggi daripada sebelumnya.      

Perasaan sedih yang samar terkait kepergian Beckham menyelimuti tim. Perasaan ini sebenarnya bukan hal yang asing bagi tim. Tapi, karena mereka telah tampil luar biasa selama beberapa musim belakangan, semua orang hanya memfokuskan perhatian mereka untuk merayakan keberhasilan tim dan perasaan sedih semacam ini jadi tersamarkan di tengah suasana penuh gembira.      

Namun, karena tim tampil buruk di musim ini, tidak ada yang bisa mereka rayakan, dan perasaan semacam ini terasa lebih kuat daripada sebelumnya.      

Kepergian Beckham dari klub adalah hal yang tak dapat dihindari. Ada pula pemain yang masih terus bertanya-tanya apakah mereka harus tetap tinggal atau pergi meninggalkan klub...      

Kejutan menyenangkan seiring dengan kembalinya bos mereka tidak berlangsung lama.      

※※※     

Beckham adalah pemain yang bagus dalam mempertahankan hubungan pertemanan dengan rekan setimnya. Dia memiliki hubungan baik dengan semua orang di dalam tim tak peduli seberapa besar popularitas yang diterimanya dibandingkan dengan mereka. Cahaya lampu di sekitarnya bisa membuat seluruh tim menjadi bayang-bayangnya, tapi alasan kenapa dia masih bisa memiliki hubungan baik dengan rekan-rekan setimnya adalah karena dia tahu bagaimana memperlakukan orang lain dengan baik.      

Sebelum pertandingan terakhir Liga Utama Inggris musim ini, semua orang di tim Forest menerima sebuah hadiah dari Beckham, yang membuat mereka terkejut.      

Twain juga tidak terkecuali. Hadiah untuknya dikirimkan khusus kepadanya oleh Beckham sendiri.      

"Setelah pertandingan besok, musim ini akan resmi berakhir. Ini adalah hadiah yang sudah kupersiapkan khusus untuk berterima kasih padamu, Tony." Beckham tidak memanggil Twain sebagai 'boss' saat mereka hanya berdua. Melainkan, dia akan langsung memanggil namanya, yang menunjukkan seberapa dekat hubungan keduanya.      

"Berterima kasih padaku?" Twain merasa malu menerima hadiah darinya. "Aku memberikan hadiah perpisahan terbaik yang bisa kuberikan pada Albertini saat dia pergi. Tapi sekarang saat kau harus pergi, aku tidak punya apa-apa untuk diberikan padamu." Dia membuka lengannya dan menepuk kantong sakunya. "Kau tidak perlu berterima kasih padaku."     

"Ha." Beckham tertawa. "Saat aku memutuskan untuk bergabung dengan Nottingham Forest, yang ingin kulakukan adalah membuktikan bahwa aku bukan hanya 'vas' cantik di dekat fans sepakbola Inggris. Aku sama sekali tidak pernah mengira kalau aku akan bisa memenangkan piala Liga Champions dan Liga Utama Inggris. Apa itu bukan sesuatu yang membuatku harus berterima kasih padamu, Tony?"     

Twain tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa.      

"Dua tahun bukan waktu yang lama, tapi semua yang kualami disini telah meninggalkan kesan yang mendalam padaku. Nottingham Forest adalah sebuah klub yang bagus. Sayang sekali aku hanya bisa tinggal selama dua tahun." Beckham tiba-tiba saja menghela nafas panjang.      

"Sudah cukup bagiku untuk mendengarmu mengatakan itu, David." Twain merasa kata-kata Beckham itu adalah bentuk pengakuan tertinggi atas semua kerja keras yang dilakukannya untuk Nottingham Forest.      

"Kau akan pergi ke Amerika?"     

Beckham menganggukkan kepalanya. "Aku sudah mengangkat trofi untuk Super Cup UEFA, FA Community Shield, Liga Champions dan Liga Utama Inggris dibawah arahanmu... Tidak ada lagi yang bisa kuminta dari karir sepakbolaku. Aku sudah menandatangani kontrak dengan LA Galaxy, dan aku akan bermain selama dua tahun bersama mereka. Tapi pergi kesana berarti aku tidak bermain sepakbola, aku hanya akan membuat pertunjukan." Dia mengangkat bahu.      

Media sudah membesar-besarkan bagaimana kepindahannya ke Amerika akan memberikan dampak besar terhadap sepakbola Amerika, bagaimana hal itu akan bisa menghidupkan kondisi sepakbola Amerika yang 'tandus', bagaimana dia akan menjadi karakter utama dalam membawa perubahan di lingkungan sepakbola Amerika dan bagaimana dia akan membuat lebih banyak orang Amerika yang jatuh cinta dengan sepakbola... Semua itu hanyalah omong kosong.      

Beckham tahu di dalam hatinya bahwa dia tidak punya pengaruh sebanyak itu untuk bisa membawa perubahan seperti yang dikatakan oleh media. Bahkan seorang legenda seperti Pele tidak bisa mengubah lingkungan sepakbola di Amerika. Bagaimana mungkin dia bisa mengubah ketertarikan sebuah negara terhadap sesuatu sendirian? Sebenarnya, dia hanya pergi ke Amerika untuk menemani istrinya...      

Berbicara tentang istri Beckham, Twain harus berterima kasih pada Victoria karena tidak memberinya kesulitan dalam dua musim terakhir ini saat Beckham bermain untuk Nottingham Forest. Wanita itu sudah dikenal luas sebagai wanita yang akan berselisih paham dengan para manajer di masa lalu, tapi sepertinya Beckham sudah menghabiskan sejumlah upaya dan waktu untuk meyakinkan istrinya sebelum dia menandatangani kontrak. Beckham yang pergi untuk bermain bola di Amerika selama dua tahun juga sepertinya merupakan hal yang sudah disepakati pasangan itu bersama-sama.      

Alasan lain mengapa wanita itu tidak menimbulkan kesulitan di hadapannya adalah karena hubungannya dengan Shania. Dia memang cukup sering membantu pekerjaan Shania, dan mungkin dia tidak ingin membuat segalanya menjadi canggung bagi semua orang.      

Pada saat itu, sebuah pikiran tiba-tiba saja terlintas di benak pikiran Twain. Dia bertanya, "Apa kau akan menjual villamu di Nottingham?"     

Beckham mengangguk. "Aku tidak akan sering kembali ke Inggris setelah ini. Aku sudah punya rumah di Manchester dan London. Victoria merasa kalau sebaiknya kami tidak mempertahankan rumah kami di Nottingham."     

Twain menepukkan tangannya. "Bagus sekali, jual saja padaku!"     

Beckham tersenyum. "Apa kau sudah membenci rumahmu yang sekarang, Tony?"     

Twain menyentuh hidungnya. "Heh. Sebenarnya, kalau aku hanya tinggal sendirian saja, maka dimanapun tidak akan jadi masalah. Tapi mulai sekarang, akan ada orang lain yang tinggal bersamaku, jadi aku akan membutuhkan rumah yang lebih baik untuk ditinggali. Sekarang masih belum waktunya untuk mengucapkan selamat tinggal, David. Selama liburan setelah musim ini berakhir, pergilah ke Brasil!"     

Beckham sangat terkejut. "Brasil?"     

"Hah? Kau tidak tahu tentang ini?" Twain menganggapnya aneh.      

"Tahu tentang apa?"      

"Aku akan menikah dengan Shania. Pernikahan kami akan digelar selama liburan musim panas nanti..."     

Beckham membelalakkan matanya, seolah-olah dia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.      

"Hey, kau tidak perlu terlihat sekaget itu." Twain cemberut.      

"Ini benar-benar pertama kalinya aku mendengar kabar tentang kau akan menikah musim panas ini..." Beckham merasa sedikit kecewa. Teman baiknya akan segera menikah, tapi baru pertama kalinya dia mendengar tentang ini. Bisakah dia mempersiapkan hadiahnya tepat waktu?     

"Hah? Shania tidak memberitahu Victoria?"     

Beckham menggelengkan kepalanya.      

"Paparazzi tidak mengumumkan apa-apa tentang ini?"     

Beckham masih menggelengkan kepalanya.      

Twain tertawa senang. "Gadis kecil itu cukup bagus dalam menyimpan rahasia!"     

Dia menduga alasan dibalik Shania yang sangat tertutup tentang pernikahan mereka adalah supaya dia bisa memberikan kejutan besar bagi media. Gadis itu ingin melihat reaksi mereka saat mereka mengetahui berita mengejutkan ini, karena, seperti yang pernah dikatakannya dulu, 'akan sangat menyenangkan' untuk melakukannya.      

"Baiklah, David. Kau harus merasa sangat senang sekarang. Kau adalah satu-satunya orang di dunia ini, selain Shania dan aku dan orang tuanya yang tahu tentang berita ini. Aku sedang mempertimbangkan untuk menyerahkan undangan pada semua pemain setelah kita selesai memainkan pertandingan besok."     

Beckham tersenyum. "Aku harus memberimu ucapan selamat, Tony. Kau dan Shania memang pasangan yang pas untuk satu sama lain. Victoria dan aku sudah membahas tentang hubungan kalian berulang kali sebelum ini. Pasti sangat sulit bagimu untuk tiba di posisimu saat ini... Apa yang mendorongmu untuk mengambil keputusan ini?"     

Twain mengingat bagaimana seseorang mencampur semangkuk pasta wijen hitam untuknya di bangsal rumah sakit. "David, kalau datang hari dimana kau mengira kau akan mati, dan kemudian setelah berjuang keras, kau membuka matamu dan melihat seseorang merawatmu dengan penuh perhatian... bagaimana perasaanmu?"     

Beckham tidak menjawab pertanyaan itu. Dia tahu Twain tidak sedang mengajukan pertanyaan padanya.      

"Aku harus berterima kasih pada penyakit jantungku karena itu. Penyakit ini memang membuat hasil tim terpuruk, tapi kita masih bisa mulai lagi musim depan. Aku harus berterima kasih pada penyakit jantungku karena itu membantuku menemukan orang yang benar-benar kucintai." Twain mengangkat bahu. Dia sama sekali tidak ragu mengucapkan kata-kata cengeng seperti itu sekarang.      

Dia juga harus berterima kasih pada seorang reporter wanita bernama Lisa Aria atas kata-katanya. Ini sama seperti yang pernah dikatakan oleh wanita itu, tidaklah memalukan untuk mengakui bahwa mereka memang saling jatuh cinta.      

Beckham melihat kebahagiaan terpancar di wajah manajernya. Dia membelai dagunya dan berkata, "Oh tidak, apa yang harus kuberikan untuk hadiah pernikahanmu, Tony?"     

"Kau tidak perlu memikirkan itu. Hanya turunkan sedikit harga rumahmu dan jual padaku."     

"Tidak masalah, Tony. Sepakat!"     

Keduanya berjabat tangan.      

Sebelum dia pergi, Twain memberitahu Beckham tentang pengaturannya untuk pertandingan besok. "David, kau berada di starting lineup. Ini adalah pertandingan perpisahanmu di tim Forest... Kau tidak perlu membuktikan apa-apa lagi. Nikmati saja sorakan dari para fans karena kita bermain di kandang."     

Beckham menganggukkan kepalanya, lalu berbalik dan pergi.      

Mata Twain masih mengikuti Beckham saat dia melangkah keluar dari kantor. Lalu menghela nafas pendek.      

Ada semakin banyak orang di dekatnya yang meninggalkan sisinya.      

Akan datang suatu hari dimana dia akan berdiri di depan kursi manajer di stadion City Ground dan setiap orang di dalam pandangannya adalah orang-orang yang hanya akan memberinya kenangan selama 30 tahun.      

Bisakah dia berteman dengan semua pemain itu seperti yang dilakukannya dengan Beckham?     

※※※     

Semua berita di Nottingham dalam beberapa hari terakhir ini berkutat di sekeliling dua orang dan dua hal.      

Kembalinya Tony Twain dan kepergian David Beckham.      

Nottingham Evening Post mempublikasikan artikel tentang David Beckham, dan artikel itu membahas dua musim laga yang dilalui Beckham di Forest, seperti misalnya momen penuh kejayaan saat dia menghentikan Manchester United menjadi juara Liga Utama Inggris. Artikel itu juga menyinggung kekecewaannya saat tim mengalami keterpurukan karena beragam cedera yang dialami oleh para pemain mereka.      

Tapi, semua itu tidak lagi penting. Dia akan segera pergi. 'Pujaan hati' itu tidak akan menjadi milik Nottingham Forest lagi mulai sekarang.      

Dikatakan bahwa Manchester United telah menyusun rencana untuk membuat Beckham mengambil alih peranan sebagai duta besar global dari Bobby Charlton setelah dia pensiun. Pada akhirnya, Beckham akan selalu menjadi bagian dari Manchester United.      

Ada pula banyak bintang sepakbola besar yang telah bermain untuk Nottingham Forest di masa lalu. Tapi, klub itu sendiri gagal meninggalkan warisan selama bertahun-tahun, dan ini membuatnya sulit untuk memicu sebuah perasaan loyal terhadap klub diantara para pemainnya. Mereka tidak bisa membuat para pemain bintang itu menjadi 'duta besar global' setelah mereka pensiun, dan ini adalah sesuatu yang disesalkan bagi klub.      

Alessandro del Piero mungkin pernah menjadi seorang pemain untuk Forest sebelum ini, tapi dia hanya merasa memiliki ikatan dengan Real Madrid. Sama seperti ini, Albertini dulu adalah kapten tim, tapi setelah pensiun, dia bersikeras untuk kembali ke Italia dan Milan. Sekarang, giliran David Beckham yang pergi. Twain bisa memprediksikan beberapa pemain lain yang akan melakukan hal yang sama di masa depan, seperti misalnya van Nistelrooy dan van der Sar.      

Kapan kami akan punya pemain legendaris yang hanya menjadi milik kami? Banyak pemain yang dulu bermain dibawah arahan boss Brian Clough telah menjadi manajer yang cukup dikenal, tapi mereka semua tersebar di seluruh dunia, dan tidak terlalu sering berhubungan dengan Nottingham Forest.      

Akankah Nottingham Forest masih bisa menghasilkan Albertini, del Piero ataupun Beckham mereka sendiri di dunia dimana komersialisasi dan uang telah membuat para pemain sepakbola semakin mudah berubah pendirian?"     

Hal ini bisa dihubungkan dengan Tony Twain. Fans Forest percaya bahwa selama masih ada Tony Twain, Forest tidak akan terpuruk.      

Tapi sekarang ada masalah dengan jantung Tony Twain, siapa yang bisa menjamin berapa lama lagi dia bisa tetap tinggal sebagai manajer tim?     

Satu tahun? Dua tahun? Tiga tahun? Atau lima tahun? Bisakah dia meniru boss tim ini sebelumnya, Brian Clough, dan tetap melatih tim selama 18 tahun?     

Kalau berdoa adalah satu-satunya hal yang diperlukan untuk memastikan agar seseorang bisa tetap sehat, maka setiap penggemar Nottingham Forest akan berdoa sebelum makan agar Tony Twain tetap sehat, agar jantungnya bebas dari masalah, dan agar dia bisa hidup selama 100 tahun.      

※※※     

Di hari pertandingan, cuacanya bagus dan langitnya juga cerah.      

Gerombolan penggemar sepakbola mulai meramaikan stadion sejak sore hari, dan semuanya sudah duduk sebelum pertandingan dimulai. Stadion City Ground yang memiliki kapasitas tempat duduk sebanyak 30,000 kursi telah terisi penuh, dan tidak ada kursi kosong di stadion.      

Pertandingan ini khususnya sangat signifikan bagi para fans Forest karena mereka harus menyambut kembalinya Raja mereka, Tony Twain, dan juga mengantarkan kepergian Beckham.      

Twain berbicara pada timnya di ruang ganti pemain untuk yang terakhir kalinya di penghujung musim ini.      

"Pertandingan pertama kita untuk musim ini dimainkan melawan Portsmouth di FA Community Shield. Lawan terakhir kita di musim Liga Utama Inggris ini kali ini juga Portsmouth. Benar-benar kebetulan, kan? Ini bagus. Musim yang buruk ini membutuhkan akhir yang bagus. Kita telah mengalahkan Portsmouth di pertandingan FA Community Shield dan kuharap kalian semua bisa mengalahkan Portsmouth lagi sebagai cara kita untuk mengucapkan selamat tinggal pada musim ini dan mengantarkan kepergian David. Kalian pasti sudah menerima hadiah kecil darinya. Dia tidak memberi kalian semua hadiah itu dengan percuma!"     

Semua pemainnya tertawa terbahak-bahak.      

Posisi akhir tim Forest di klasemen Liga Utama Inggris mungkin tidak terlalu bagus, tapi karena boss mereka sudah kembali, tim seolah telah kembali hidup, dan semua masalah tidak terasa seperti masalah, karena boss mereka bisa mengatasi masalah yang paling besar sekalipun.      

"Sekarang ini, kita berada di situasi dimana kita tidak untung dan rugi. Tapi, Portsmouth berjuang untuk mendapatkan posisi di Liga Eropa musim depan. Ini peluang yang bagus..." Twain menyeringai. "Menghancurkan kesempatan orang lain sudah hampir menjadi tradisi tim kita. Kita tidak melakukannya dengan sengaja, tapi peluang untuk itu selalu ada di hadapan kita... Terakhir kali, mereka adalah Liverpool, dan sekarang, Portsmouth. Nottingham Forest tidak pernah menjadi tim yang mau mengorbankan dirinya untuk membantu tim lain! Orang-orang yang mengira mereka akan bisa menginjak-injak tubuh kita dan mencapai puncak harus membayar harga mahal karena telah meremehkan kita! Liverpool bukan yang pertama, dan Portsmouth juga takkan jadi yang terakhir! Ayo kita gunakan aksi kita untuk memberitahu Portsmouth betapa bodohnya mereka kalau mengira bisa mendapatkan keuntungan dari kita! Mereka mengira bahwa kita adalah harimau yang sekarat karena lapar, tapi kita harus memberitahu mereka bahwa harimau justru paling berbahaya saat mereka dalam kondisi lapar! Para bajingan Portsmouth itu mengira kita ini siapa? Kita adalah Nottingham Forest! Kita adalah Nottingham Forest yang cukup besar untuk menghalangi sinar matahari!"     

※※※     

Suara sorakan yang memekakkan telinga terdengar di stadion saat Tony Twain melangkah memasuki lapangan stadion menuju area teknis dengan kolega dan para pemain cadangan, dan mereka semua memberinya kejutan.      

Butuh beberapa saat untuk menyadari bahwa semua orang menyerukan namanya.      

"Tony! Tony! Tony!"     

"Mari kita sambut Yang Mulia!" komentator berseru sekuat tenaga ditengah suara sorakan menggemuruh yang terdengar di stadion.      

"Selamat datang kembali, Tony!" Big John dan teman-temannya berseru keras.      

"Yang Mulia! Yang Mulia! Yang Mulia!"     

"Tony! Jaga kesehatanmu!"     

"Kami mencintaimu! Tony!" Ini bisa didengar dari sekumpulan fans wanita yang agak gila. Mereka memakai pakaian mirip bikini, dan masing-masing dari mereka memiliki satu kata 'Kami', 'Cinta' dan 'Tony' yang dilukis di atas dada mereka.      

Semua suara di stadion ini bergabung menjadi satu, dan itu sangat memekakkan telinga sampai Tuhan diatas sana mungkin bisa mendengar semua ini.      

Dunn dan Kerslake berjalan melewatinya seolah mereka tidak menyadari apa yang sedang terjadi. Para pemain cadangan menutupi mulut mereka dengan tangan untuk menyembunyikan senyum mereka saat mereka berjalan menuju kursi mereka.      

Twain adalah satu-satunya orang yang berdiri di lapangan. Dia mengangkat kepalanya dan memandang tribun yang padat penonton di hadapannya.      

Semua orang di tribun itu bangkit berdiri. Mereka mengangkat kedua tangan mereka dan mulai bersikap seolah-olah mereka memujanya. Dia menerima perlakuan yang sama seperti yang diberikan padanya setelah penutupan musim lalu.      

Ini adalah sebuah kehormatan yang hanya menjadi miliknya.      

Inilah kehidupan yang dia inginkan.      

Dia mengangkat lengannya dan meninju udara kosong.      

Suara seruan itu terdengar semakin keras.      

Shania cemberut saat dia melihat adegan itu di boks VIP. "Aku merasa cemburu..."     

※※※     

Saat pemain dari kedua tim menunggu di terowongan sebelum wasit memimpin mereka memasuki lapangan, mereka tiba-tiba saja mendengar suara raungan yang memekakkan telinga. Tadinya, semua orang merasa terkejut, tapi saat para pemain Nottingham Forest tahu apa yang memicu raungan itu, mereka mulai tertawa. Di sisi lain, wajah para pemain Portsmouth tampak pucat.      

Manajer Portsmouth, Alain Perrin, yang sudah duduk di kursinya di area teknis, juga terkejut melihat suasana gila di stadion City Ground.      

Musim lalu, saat Twain memenangkan gelar ganda, diadakan sebuah pesta perayaan yang megah di stadion ini. Twain dinobatkan sebagai Raja malam itu. Dia berpakaian dengan jubah dan mengangkat mahkotanya tinggi-tinggi di udara. Adegan itu diolok-olok oleh sejumlah media dan manajer sepakbola lainnya, yang mengira kalau egonya telah menjadi sedemikian besar sampai hampir bisa dikatakan menyimpang.      

Tapi sekarang, dia melihat dan mendengar sendiri bagaimana para fans bereaksi terhadap Tony Twain yang ada di depannya. Tepat disini, di stadion City Ground, di setiap hati fans Nottingham Forest, Tony Twain memang benar-benar raja mereka...      

Perrin, yang tadinya berharap bisa memenangkan 3 poin dari game ini dan mengamankan satu posisi di Liga Eropa, tiba-tiba saja merinding.      

Suasana di stadion ini juga ikut mempengaruhi John Motson, yang menjadi komentator pertandingan ini. "Lihatlah pemandangan di hadapan kita! Tidak sulit untuk memahami kenapa Nottingham Forest bermain dengan kekuatan dahsyat setiap kali Tony Twain memimpin. Dia benar-benar Raja disini! Kurasa Portsmouth akan mengalami kesulitan!"     

※※※     

Portsmouth memang mengalami kesulitan.      

Sama seperti Twain, Beckham menerima tepuk tangan meriah dari para penonton saat dia melangkah masuk ke dalam lapangan. Tapi, suara sorakan untuknya terdengar sedikit lebih lembut jika dibandingkan dengan sambutan yang diterima Twain tadi.      

Setiap kali Twain melangkah keluar dari area teknis dan berdiri di pinggir lapangan untuk memberikan instruksi kepada para pemainnya selama pertandingan, tribun akan bersorak keras, tak peduli bagaimana permainan tim saat itu.      

Twain sudah memendam perasaannya untuk sepakbola selama lima bulan. Serupa dengan ini, para fans juga memendam antusiasme mereka selama lima bulan.      

Saat tim membentur dinding bata dan selalu kalah di hadapan setiap tim yang mereka hadapi, para fans berharap bahwa orang yang berdiri di pinggir lapangan adalah Tony Twain yang lincah. Meski dia tidak melakukan apa-apa dan hanya berdiri disana, keberadaannya saja sudah cukup untuk memberikan kesan bahwa semuanya akan baik-baik saja dan dia akan menemukan jalan untuk menang.      

Kalau dia memarahi seseorang dari pinggir lapangan, kami akan ikut marah bersamanya!     

Kalau dia merasa senang, kami akan menari dengan gembira!     

Kalau dia pingsan lagi.. kami akan menopangnya dari belakang!     

Tony, selama kau masih disini, kami tidak takut apapun! Tidak memenangkan apa-apa dalam satu musim bukanlah hal besar! Kita akan memulai lagi musim depan, dan mengambil kembali apa yang telah kita hilangkan!     

Kita tidak perlu bersikap baik pada lawan kita! Nottingham adalah rumah dari Robin Hood, yang membuat kita semua adalah keturunan seorang pencuri. Mengambil hal-hal dari orang lain adalah hal yang menjadi kelebihan kita.      

Rampas semuanya! Rampas semuanya! Rampas semua kekayaan dan wanita para bangsawan dan usir mereka dari kastil-kastil mereka!     

Rampas semuanya! Rampas semuanya! Ayo kita rebut seluruh dunia!     

※※※     

"Pertandingan ini seharusnya menjadi pertandingan terakhir David Beckham di Inggris, tapi entah kenapa karakter utamanya berubah menjadi Tony Twain," kata John Motson sambil tersenyum. "Tapi kurasa David takkan merasa cemburu dengan ini."     

Di menit ke-88, Twain akhirnya menggantikan Beckham dari lapangan, dan saat itulah Beckham akhirnya mengambil alih peran karakter utama dari Twain. Dia memeluk rekan setim yang berdiri di dekatnya dan perlahan mulai berjalan menuju ke pinggir lapangan. Dia mengangkat kedua tangannya ke udara dan bertepuk tangan kepada para fans sambil melangkah keluar lapangan.      

Tidak ada pemain Portsmouth yang mengeluh tentang bagaimana dia sengaja mengulur waktu pertandingan. Itu karena tak jadi masalah bagi mereka. Mereka tidak hanya tertinggal satu atau dua gol..      

Para fans Nottingham Forest bangkit berdiri untuk mengantar kepergian Beckham. Tidak seperti perasaan liar yang mereka rasakan untuk Twain sebelum ini, perasaan yang mereka miliki terhadap mantan pemain Manchester United ini sangat berbeda dan lebih ke arah penuh terima kasih.      

Hati Beckham mungkin tidak bersama Nottingham Forest, tapi para fans Nottingham Forest bukanlah orang yang tidak tahu berterima kasih. Mereka berterima kasih atas setiap assist dan gol yang dibuat Beckham untuk tim selama dua musim terakhir. Tanpa 'pujaan hati' ini, pertandingan yang menentukan siapa juara Liga Utama Inggris musim lalu akan bisa menjadi milik siapapun.      

Motson juga sedikit tersentuh saat melihat ini semua. "Saat David Beckham masih seorang bocah, aku ada disana untuk melihat gol yang dicetaknya dari garis tengah lapangan. Saat dia menjadi 'pujaan hati', aku mengomentari pertandingan yang dimainkannya sebagai pemain Manchester United. Sekarang, dia sudah berusia 34 tahun, dan dia memutuskan untuk meninggalkan Inggris dan pindah ke sisi lain Samudra Atlantik. Aku masih mengomentari pertandingan Liga Utama Inggris. Yang bisa kulakukan hanyalah mendoakan yang terbaik untuknya, dan kuharap dia mendapatkan yang terbaik di negara itu."     

"Dia sudah memberikan dua assist dalam pertandingan ini dan ini adalah cara yang sempurna untuk mengakhiri permainannya di sini di Nottingham Forest. Keterpurukan Forest musim ini tidak ada hubungannya dengan dirinya. Dia bisa pergi tanpa penyesalan dan dia bisa menerima semua tepuk tangan yang diberikan untuknya tanpa perlu merasa malu. Selamat tinggal, David!"     

Beckham akhirnya mencapai pinggir lapangan. Dia memeluk Twain, yang sudah menunggunya disana.      

"Selamat tinggal, David. Aku mendoakan yang terbaik untukmu di Amerika."     

"Selamat tinggal, Tony. Aku juga mendoakan yang terbaik untukmu."     

Twain tiba-tiba saja merasakan air mata mengalir deras dari matanya. Dia segera menghentikan dirinya sendiri. "Ini tidak benar! Sekarang bukan waktunya untuk mengucapkan selamat tinggal. Jangan lupa terbang ke Brasil selama liburan. Aku akan menunggumu di pernikahanku. Kau harus datang!"     

Beckham tersenyum. "Tentu saja. Aku akan berada disana, Tony. Kau dan Shania adalah teman baikku. Bagaimana mungkin aku tidak datang?"     

Keduanya melepaskan diri dari satu sama lain. Beckham berjalan menuju ke asisten manajer yang lain dan para pemain cadangan di belakang Twain dan memberi mereka semua pelukan perpisahan.      

Pertandingan berakhir tidak lama setelah itu.      

Skor akhirnya adalah 4:1. Nottingham Forest berhasil mengakhiri musim mereka yang penuh kekacauan ini dengan sebuah kemenangan di kandang. Ini juga cara yang sempurna untuk mengantarkan kepergian Beckham dan menyambut kembalinya sang Raja, Tony Twain.      

Portsmouth kalah dalam pertandingan dan kehilangan peluang mereka untuk mendapatkan tempat di Liga Eropa musim depan.      

Tapi, mereka berada di stadion City Ground dan di wilayah Nottingham Forest. Siapa yang peduli dengan perasaan mereka?      

Musim 2008-09 berakhir begitu saja.      

Berapa banyak orang yang akan mengenangnya bertahun-tahun kemudian?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.