Mahakarya Sang Pemenang

Musim Dingin Sudah Tiba



Musim Dingin Sudah Tiba

0Dampak yang segera dirasakan dari runtuhnya Lehman Brothers terhadap Nottingham Forest FC adalah bahwa stadion mereka diperkirakan akan mengalami kekurangan dana.      

Meski stadion baru Nottingham Forest masih belum memiliki nama resmi, ini telah menjadi proyek konstruksi Inggris yang sangat dinantikan karena tidak hanya membangun sebuah stadion.      

Proyek itu adalah sebuah rencana pengembangan real estate yang luar biasa besar. Dengan stadion baru Nottingham Forest sebagai intinya, pembangunan akan mengarah keluar dan membentuk sebuah lingkungan komersil dan perumahan. Proyek ini juga akan memasukkan fasilitas-fasilitas seperti misalnya taman hiburan sepakbola, sebuah taman olahraga nasional dan sebuah ruang terbuka hijau. Dengan semakin meningkatnya popularitas Nottingham Forest, Allan Adams juga berencana untuk membuka lokasi ini sebagai obyek wisata di masa depan. Seperti layaknya Bernabeu milik Real Madrid atau Camp Nou milik Barcelona, ini bukan hanya sekadar stadion. Karena tradisi tim yang penuh kejayaan, stadion telah menjadi semacam tempat suci bagi banyak turis dan fans sepakbola.      

Rencana itu sangat besar, dan prospeknya fantastis, tapi biayanya juga jauh lebih besar daripada membangun sebuah stadion tunggal. Stadion baru Manchester City, City of Manchester Stadium, membutuhkan biaya sedikit diatas seratus sepuluh juta pounds. Membangun satu stadion saja tidak akan terlalu membebani keuangan Nottingham Forest. Mereka hanya akan perlu mengencangkan ikat pinggang mereka selama setahun.      

Tapi rencana yang disusun Allan akan menghabiskan setidaknya enam ratus juta pounds dan tidak termasuk investasi dari Dewan Kota Nottingham.      

Kalau mereka tidak ingin menghabiskan uang sebanyak itu, maka klub Forest hanya akan memiliki sebuah stadion tanpa ada fasilitas lain yang bisa menghasilkan uang dan mengumpulkan kekayaan. Untuk memaksimalkan pengembangan klub, Allan dan Edward menawarkan diri untuk menjadi pemilik dari mayoritas proyek, dengan imbalan hak pembangunan stadion, taman hiburan sepakbola, dan sebuah area komersil.      

Masalah keuangan di Amerika sudah tampak mencolok pada saat itu, tapi siapa yang mengira bahwa kapasitas perekonomian pasar untuk mengatur dirinya sendiri ternyata begitu rentan?     

Hanya membutuhkan satu tahun untuk membuat bangkrut Lehman Brothers, sebuah bank investasi terbesar keempat di Amerika Serikat.      

Allan tampak semakin kurus selama periode ini dan seringkali terbang keliling dunia. Bisnis Edward Doughty di AS sudah hancur, dan sekarang Allan sedang sibuk mencari dana follow-up untuk pembangunan stadion baru. Banyak bank menolak meminjamkan dana kepada Nottingham Forest karena adanya krisis finansial global.      

Tanpa punya pilihan lain, Edward harus mengumumkan pemberhentian sementara terhadap pembangunan stadion baru dan bangunan lain. Kalau mereka terus menginvestasikan uang ke dalam proyek itu, seluruh Nottingham Forest FC cepat atau lambat akan segera terseret ke dalam jurang tak berdasar ini.      

Berita baru ini segera menjadi berita utama di media Inggris. Semua orang tahu bahwa klub Nottingham Forest berada dalam masalah besar setelah melakukan ekspansi yang pesat dalam beberapa tahun terakhir.      

"Harus kuakui bahwa bos Nottingham Forest memang ambisius dan cepat dalam bertindak, tapi pengembangan yang terlalu cepat akan mengarah pada kegagalan," kata sebuah reporter berita. "Tim Nottingham Forest sangatlah populer di Eropa, tapi dasar perekonomian mereka tidak sejalan dengan kemajuan tim atau konstruksi klub. Lihat saja klub papan atas lainnya, baik hasil yang mereka peroleh dan kondisi klub sangatlah sejalan dengan status mereka. Hanya Nottingham Forest, seperti seorang anak cacat, yang memiliki sepasang kaki yang bergerak cepat tanpa tubuh yang bisa menahan dampak dari kecepatan itu."     

Berbagai pakar profesional di stasiun televisi menganalisa kesulitan yang tengah dihadapi Nottingham Forest. Mereka mengira bahwa ini adalah arketipe terbalik tentang bagaimana sebuah klub sepakbola seharusnya bisa tetap bertahan dan berkembang di tengah krisis ekonomi dunia.      

"Kurasa Nottingham Forest FC harus merenungkan strategi mereka yang melakukan ekspansi kemana-mana. Cina, Jepang, Asia Tenggara, Inggris, Amerika Serikat dan seluruh dunia. Keajaiban Tony Twain telah membuat bosnya mengira bahwa tim dan klubnya tidak akan runtuh. Jujur saja, aku tidak terkejut dengan kesulitan yang mereka hadapi sekarang saat aku tahu bahwa ketua dan manajer pemasaran Nottingham Forest adalah orang Amerika yang tidak pernah peduli tentang sepakbola sebelumnya. Mereka mengabaikan poin yang paling penting --- sebuah klub sepakbola berbeda dari sebuah perusahaan terdaftar lainnya. Selain harus mematuhi hukum perekonomian, mereka juga harus mematuhi hukum sepakbola. Keajaiban Tony Twain telah memberikan sebuah pondasi yang bagus bagi tim untuk berkembang, tapi mereka masih perlu melakukannya perlahan dan berkembang selangkah demi selangkah. Edward Doughty mengungkapkan niatnya untuk mengubah Nottingham Forest menjadi sebuah klub papan atas di sebuah resepsi tertentu yang diadakan di Nottingham. Aku tidak pernah melihat sebuah klub papan atas yang bisa dibangun dalam lima atau enam tahun. Chelsea memang kaya dan punya hasil yang bagus, tapi apakah mereka bisa dikatakan tim papan atas sekarang? Kurasa mayoritas orang pasti tidak setuju kalau mereka dikatakan klub papan atas."     

"Nottingham Forest adalah salah satu klub yang telah berdiri paling lama di sejarah sepakbola modern di dunia dan merupakan satu-satunya tim yang masih bisa berkompetisi di liga utama. Tapi, klub ini memberikan kesan pada semua orang bahwa mereka masih muda. Dari mulai pemilik klub hingga manajer tim dan para pemainnya, mereka semua sangat muda. Orang-orang muda akan selalu membuat kesalahan penilaian dan estimasi mereka terhadap situasi yang ada akan selalu terlalu optimis."     

"Sekarang mereka tahu seberapa buruk situasinya."     

※※※     

"Ada suara-suara keluhan dimana-mana." Edward duduk di kursi bos yang besar di kantornya dan menopangkan dagu ke punggung tangannya. "Seolah-olah musim dingin telah datang lebih awal."     

Dia terlihat seperti sedang berbicara pada dirinya sendiri, tapi sebenarnya dia sedang berbicara pada Twain yang duduk di sampingnya.      

Allan tidak ada di ruangan itu. Dia sedang dalam perjalanan menuju Cina. Proyek investasi di Cina juga mengalami masalah finansial yang perlu diselesaikan secara pribadi olehnya.      

Twain menunduk untuk melihat sweater yang dipakainya di balik setelannya. "Musim dingin memang sudah dekat..."     

Setelah bermain imbang 0:0 melawan Middlesbrough, tim kembali dibubarkan karena ada pertandingan tim nasional. Para pemain kembali ke negara mereka masing-masing untuk kualifikasi Piala Dunia di semua benua. Beberapa diantara mereka berhasil tampil baik, yang lainnya tampil buruk. Para pemain yang kembali ke tim Forest setelah dua pertandingan biasanya tidak akan memuaskan dalam hal kondisi maupun kekuatan fisik mereka. Dibawah situasi semacam ini, Nottingham Forest kalah dalam pertandingan tandang melawan Liverpool dan langsung turun ke peringkat ketujuh di klasemen liga. Ini adalah untuk yang pertama kalinya dalam dua tahun Nottingham Forest berada di peringkat ketujuh. Kali terakhir mereka berada di peringkat ketujuh dalam turnamen liga adalah tanggal 14 Oktober 2006, setelah mereka kalah dari Manchester United dalam putaran ke delapan turnamen liga.      

Skor pertandingan saat itu adalah 2:3. Mereka sudah bekerja keras tapi masih tetap kalah. Dalam konferensi pers paska pertandingan, Twain menunjukkan kekhawatiran tentang para pemain Liga Utama yang kelelahan dan menyarankan agar Asosiasi Sepakbola mempertimbangkan untuk memberikan istirahat bagi para pemain dengan memberlakukan jeda musim dingin. Saran yang diberikannya tidak mendapatkan respon dan dia juga tidak mendapatkan jawaban resmi apapun dari Asosiasi Sepakbola. Gagasan diberlakukannya jeda musim dingin telah banyak diperdebatkan selama bertahun-tahun, tapi ini hanyalah keinginan dari para pelatih dan pemain. Baik Asosiasi Sepakbola maupun komite liga tidak ada yang setuju karena jeda musim dingin akan memberikan dampak yang negatif terhadap pendapatan mereka.      

Sekarang Twain sudah akan memimpin timnya ke Italia dan bersaing melawan sebuah tim yang kuat, Juventus. Sebelum dia pergi ke Italia, Edward datang untuk mencarinya.      

Twain tahu alasan Edward ada disini. Mungkinkah dia ingin membicarakan hal lain selain hasil tim yang buruk belakangan ini?     

Tidak ada yang bisa dia lakukan tentang situasi saat ini. Kekuatan fisik para pemain telah dikuras oleh kompetisi di klub dan tim nasional. Pertandingan dua kali seminggu yang terus berjalan telah membuat mereka tidak bisa beristirahat dan menyesuaikan kondisi mereka. Bagi Benitez yang bisa membalikkan skor pertandingan di lima menit terakhir, para pemuda Forest sudah bermain luar biasa dalam pertandingan melawan Liverpool. Tapi mereka juga menghabiskan banyak energi fisik untuk bermain seperti itu, dan seluruh tim kelelahan usai pertandingan. Dia bahkan tidak tahu bagaimana dia akan bisa menghadapi Juventus.      

Dia tidak mampu membeli siapapun selama bursa transfer musim dingin, jadi dia harus mengandalkan para pemain yang ada untuk tetap bertahan selama satu musim. Twain masih belum menyerah. Dia masih menceramahi para pemainnya bahwa tujuan mereka adalah untuk memenangkan setidaknya satu gelar juara musim ini. Tak peduli seberapa buruk situasinya, timnya tidak boleh kehilangan kepercayaan diri.      

"Aku tahu apa yang akan kaukatakan, Edward. Tim kita akan menang melawan Juventus." Twain bangkit berdiri, ingin keluar dari sana sesegera mungkin.      

Edward tersenyum dan tidak menahan kepergiannya.      

※※※     

Dua hari kemudian, di Stadio delle Alpi di Turin, Nottingham Forest kalah 2:0 dalam pertandingan tandang melawan Juventus.      

Twain duduk di area teknis tim tamu Stadio delle Alpi. Ekspresinya tidak tampak marah. Dia tidak melemparkan jaketnya, juga tidak menendang botol minuman. Dia hanya duduk disana dengan tatapan tak berdaya. Sebelum peluit akhir pertandingan ditiup, dia masih marah seperti banteng yang melihat warna merah. Dia menunjukkan kemarahannya atas penampilan timnya dari pinggir lapangan      

Dia sudah menurunkan lineup terkuat yang dimilikinya saat ini, tapi taktiknya sama sekali tidak efektif melawan Juventus. Bagaimanapun juga, rutinitasnya sangat mirip dengan rutinitas yang menjadi kemahiran Juventus, dan Ranieri tahu bagaimana caranya mengatasi timnya.      

Secara defensif, Juventus tidak lebih buruk daripada Nottingham Forest. Darah orang-orang Italia sudah sejak lama menyerap insting pertahanan. Tak peduli seberapa sering tim Forest mengoper bolanya bolak balik, tak peduli seberapa cepat serangan balik tim Forest, lini pertahanan belakang Juventus tetap tak mengalami kekacauan. Selain itu, mereka menggunakan serangan mendadak untuk mengalahkan Nottingham Forest dengan jalan mencetak gol di awal babak pertama dan babak kedua.      

Taktik yang digunakan Twain berasal dari Juventus era Capello. Sepakbola Juventus memang tidak enak dilihat tapi tetap stabil dan bisa mendapatkan kemenangan dan gelar juara. Sekarang setelah mereka harus melawan Juventus, yang jauh lebih stabil dari tim Forest dan haus kemenangan, dia tak punya keunggulan apapun. Para pemain Forest sudah kelelahan akibat kampanye ke Asia dan tidak bisa mendapatkan kembali kondisi kompetitif mereka, seolah-olah mereka sudah terlalu banyak makan dan tidak bisa benar-benar terjaga. Setelah Juventus mencetak gol kedua, Nottingham Forest seolah tak punya keinginan untuk menang meski masih ada empat puluh menit tersisa. Mereka terlalu lelah. Para pemain itu juga manusia, dan bukan mesin. Mereka sudah kelelahan dan itu memunculkan sejumlah pikiran negatif.      

Tidak ada yang bisa dilakukan Twain tentang ini. Tak peduli sekuat apapun dia berusaha menyemangati para pemain di ruang ganti, mereka sama sekali tidak punya kekuatan. Mustahil bagi mereka untuk tiba-tiba mendapatkan kekuatan tak terbatas dari udara kosong begitu saja dan kemudian mengalahkan musuh mereka hanya karena mereka mendengar Twain meraungkan beberapa kata "kita harus menang!" Dan mereka juga tak bisa memenangkan semua pertandingan hanya karena mereka sudah berjanji pada Edward Doughty bahwa pertandingan itu harus dimenangkan sebelum mereka tiba di Turin.      

Para pemain Juventus saling berpelukan dengan kegembiraan luar biasa setelah mereka berhasil memenangkan pertandingan. Kerslake, yang tak tahan melihat ini, mendengus.      

"Ini bukan seperti mereka telah memenangkan gelar Liga Champions. Ini hanya kemenangan di babak penyisihan grup. Apa mereka harus tampak sesenang itu?" katanya dengan getir.      

"Mereka memang berhasil mengalahkan juara bertahan, karena mereka sudah kembali ke Liga Champions..." jelas Dunn.      

Dia mengira bahwa ini mungkin bisa menjelaskan mengapa para pemain Juventus tampak sangat senang. Banyak diantara mereka yang ikut merasakan tragedi degradasi tim dari Serie A ke Serie B, dan kegembiraan yang mereka rasakan setelah berhasil kembali ke kualifikasi Liga Champions satu musim setelah dipromosikan ke Serie A sangatlah luar biasa.      

Dunn memandang kapten Juventus, Del Piero, sambil merenung.      

Saat kedua pria itu saling bicara, Twain bangkit berdiri dari kursinya tanpa mengatakan apa-apa dan berjalan perlahan menuju terowongan. Dia tidak ingin melihat para pemain Juventus yang tampak senang karena dia merasa bahwa itu seperti si pemenang yang sengaja pamer di hadapan yang kalah. Dia tidak ingin tetap duduk disini dan diperlakukan seperti itu.      

Dalam konferensi pers paska-pertandingan, Ranieri tampak sangat senang, sementara Twain tampak pendiam dan menahan diri dalam menjawab pertanyaan. Kalau dia harus menjawab pertanyaan, dia berusaha melakukannya sesingkat mungkin.      

"Bagaimana pendapat Anda tentang kekalahan di pertandingan yang penting ini?" tanya salah satu reporter.      

"Aku tidak punya pendapat apa-apa." kata Twain     

"Zigic, pengganti van Nistelrooy yang sedang cedera, tampil buruk dalam starting lineup pertandingan ini. Apa Anda merasa bahwa membelinya merupakan sebuah kesalahan?"      

"Tidak."     

"Apakah kekalahan terhadap Juventus ini akan mempengaruhi kemajuan tim untuk lolos dari babak penyisihan grup?"     

'Tidak ada pengaruhnya."     

"Bagaimana penilaian Anda tentang penampilan Juventus?"     

"Itu tidak ada hubungannya denganku."     

Saat para reporter melihat bahwa dia seolah bertekad untuk tidak mau bekerjasama, mereka mengarahkan pertanyaan mereka pada dirinya, dan bukan kepada tim ataupun pertandingan.     

"Apakah Anda sedang dalam suasana hati yang buruk karena kalah dalam pertandingan?"     

"Tebak saja sendiri."     

"Lalu kenapa Anda bersikap seolah tidak mau menjawab pertanyaan?"     

"Aku sedang tidak ingin bicara."     

"Kenapa Anda tidak ingin bicara?"     

"Aku sedang sakit gigi," jawab Twain dengan wajah datar.      

"Baiklah. Apakah hasil tim belakangan ini ada kaitannya dengan kesulitan finansial yang dihadapi klub?"     

"Aku berani jamin bahwa krisis finansial yang terjadi di dunia tidak ada hubungannya dengan penampilan tim kami." Ini adalah kalimat terpanjang yang diucapkan Twain.      

Konferensi pers itu berakhir tanpa kegembiraan ditengah suasana yang dingin.      

※※※     

Setelah mengingkari janjinya, Twain berada dalam suasana hati yang buruk dan bahkan sama sekali tidak mengkritik penampilan buruk para pemain di Turin. Kembali ke Nottingham, tim Forest mengalahkan Aston Villa – yang peringkatnya diatas mereka –dengan susah payah dalam pertandingan kandang dan mengakhirinya dengan skor 1:0. Dengan kemenangan yang sulit diraih ini, peringkat mereka akhirnya naik dari ketujuh ke peringkat kelima.      

Di dalam Liga Champions, tim Forest menghadapi masalah besar.      

Kembali ke Nottingham, tim Forest dipaksa bermain imbang 1:1 oleh Juventus di stadion City Ground. Tim lawan menggunakan metode mereka yang biasa untuk terus bertahan, mempertahankan wilayah mereka, dan melakukan serangan mendadak. Hasil imbang dengan Juventus ini membuat tim Forest belum tentu bisa lolos dari babak penyisihan grup. Setelah hasil pengundian grup diumumkan untuk Liga Champions, para pengamat seolah sepakat dalam pandangan mereka tentang Nottingham Forest dan percaya bahwa akan normal jika mereka menjadi tim pertama yang lolos ke babak selanjutnya.      

Tony Twain, yang suka menentang media, kembali melakukannya lagi. Tapi, semuanya tidak berjalan seperti keinginannya kali ini. Kalau memang memungkinkan, dia lebih suka memenuhi prediksi media.      

Juventus sedang berada di puncak klasemen grup dengan tiga kali menang dan satu kali imbang; Nottingham Forest berada di peringkat kedua dengan dua kali menang, satu kali imbang dan satu kali kalah; Dynamo Kyiv FC berada di peringkat ketiga dengan dua kali menang dan dua kali kalah, mengumpulkan enam poin sejauh ini; Bate Borisov FC kalah dalam keempat pertandingan mereka dan tidak mendapatkan poin serta sudah hampir bisa dipastikan kalau mereka akan tersingkir dari babak penyisihan grup ini.      

Kalau tidak ada kejutan lain, takkan sulit bagi Juventus untuk lolos. Sekarang masalahnya terletak antara Nottingham Forest dan Dynamo Kyiv FC. Selisih poin antara keduanya sangatlah tipis sehingga tidak ada yang tahu tim mana yang akan lolos hingga menit terakhir pertandingan.      

Putaran terakhir babak penyisihan grup Liga Champions dijadwalkan sebagai berikut: pada tanggal 26 November, Nottingham Forest akan menantang Borisov dari Belarusia dalam sebuah pertandingan tandang, dan menghadapi Dynamo Kyiv FC dalam pertandingan kandang di tanggal 11 Desember.      

Pertandingan tandang melawan Borisov akan menjadi sebuah pertandingan yang krusial. Kalau mereka kalah dalam pertandingan itu, Nottingham Forest akan harus mengucapkan selamat tinggal lebih awal kepada Liga Champions. Borisov tidaklah kuat, tapi dampak dari perjalanan panjang ke Belarusia dan iklim yang keras terhadap tim Forest akan terlalu besar untuk diabaikan.      

Di akhir bulan November, Belarusia sudah memasuki musim dingin yang membeku. Skenario terburuknya adalah Nottingham Forest akan harus bermain di dunia es dan salju melawan tim yang memiliki keunggulan bermain di kandang dan sudah beradaptasi terhadap cuaca dingin agar bisa unggul dalam babak penyisihan terhadap Dynamo Kyiv FC.      

Dalam pertandingan ini, mereka tidak hanya bermain melawan tim Borisov melainkan juga melawan cuaca dingin di Belarusia. Ini membuat tim lebih rentan terhadap kelelahan dan cedera. Kebugaran para pemain harus dijamin tidak hanya untuk meraih kemenangan tapi juga untuk mencegah siapapun cedera.      

Segera setelah Twain mengingat kondisi ini, dia merasa seolah ada batu besar yang menekan dadanya, membuatnya sulit bernapas.      

Di awal November, di pagi hari di Nottingham, kabut dari Hutan Sherwood masih menyelimuti kota. Jalanan basah, dan saat itu masih hujan. Matahari sudah terbit tapi sinarnya dihalangi oleh awan tebal dan gelap di langit, yang tak membiarkan sinar matahari untuk menerobos keluar. Para pria yang pergi bekerja membungkus tubuh mereka dalam mantel gelap dan berjalan dengan bergegas. Lampu mobil masih dinyalakan saat mereka melaju di jalanan, memercikkan air sedingin es.      

Twain berdiri di luar Wilford Lane, memandang kompleks pelatihan yang ada di hadapannya, terselubung hutan dan kabut. Dia menarik kerah turtlenecknya dan udara dingin mengambil kesempatan ini untuk menyelusup masuk, membuatnya terkejut karena tidak siap merasakan hawa dingin. Untungnya, perasaan sesak nafas yang dirasakannya bisa sedikit berkurang.      

Dia baru saja membuka mulut untuk mengambil nafas dalam-dalam saat kepulan udara putih dari paru-parunya menyembur keluar. Uap putih itu menyebar di depan matanya dan berbaur menjadi gumpalan kabut tipis putih yang perlahan pudar hingga akhirnya menghilang, menyatu dengan kabut putih di pagi hari.      

Musim dingin sudah tiba.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.