Mahakarya Sang Pemenang

Boneka Tiup Teknologi Tinggi



Boneka Tiup Teknologi Tinggi

0Aturan utama dari alam adalah sebagai berikut: tak peduli apa yang diinginkan oleh manusia, Bumi akan tetap berotasi setiap hari dan terus mengorbit mengelilingi matahari. Dengan kata lain, meski Twain merasa pusing tujuh keliling, Shania masih akan tetap datang kesana.      

"Bagaimana kau bisa punya waktu untuk datang kemari?" Twain bertanya saat dia menjemputnya dari London menuju ke rumah di Nottingham, senyum lebar tampak di wajahnya.      

"Untuk promosi film di London," jawab Shania. "Ini hanya satu hari, lalu aku akan pergi ke Italia."     

Twain meletakkan kopernya ke kamar Shania di lantai atas sementara Shania berkeliling di lantai bawah. Dengan tidak adanya wanita, rumah itu sudah kembali berantakan; kehidupan seorang pria lajang memang terlalu tragis. Dulu, Shania juga sudah bekerja, tapi dia akan sering membersihkan tempat ini kapanpun dia punya waktu luang. Bagaimanapun juga, tidak ada wanita yang ingin tinggal di tempat yang kotor. Gadis itu mengerutkan alisnya setelah menarik nafas dalam-dalam seolah-olah dia mencium bau sesuatu yang busuk.      

Saat memandang berkeliling Shania melihat majalah film di atas meja. Gambarnya berada di halaman depan. Wajahnya mulai rileks dan sudut bibirnya sedikit terangkat.      

Langkah kaki terdengar dari atas tangga. Twain melangkah turun dan melihat Shania membaca majalah itu tapi tidak duduk di sofa. Twain merasa malu karena bahkan sofa itu terlalu kotor untuk diduduki. Dia tidak ingin bintang besar seperti Shania harus duduk di sofa yang kotor.      

"Maafkan aku. Aku ingin bersih-bersih kemarin tapi aku terlalu sibuk dan langsung tertidur begitu aku pulang ke rumah," Twain meminta maaf sambil berusaha merapikan ruangan itu.      

Shania tidak melangkah maju untuk membantu, dia hanya berdiri disana dan memperhatikannya melakukan itu.      

"Apa kau sangat sibuk?" tanyanya.      

"Ya," Twain membawa setumpuk buku dan melangkah menuju ke rak buku, mengembalikan semua buku itu ke tempatnya sesuai dengan indeks buku.      

"Apa kau merindukanku, Paman Tony?"     

Sebelum ulang tahun Twain, setiap kali Shania menanyakan ini Twain akan tertawa kecil dan berkata, "Aku sangat merindukanmu sampai aku bisa mati!" Tapi sekarang...      

Dia sedikit ragu lalu kembali meletakkan buku-buku itu ke tempatnya. "Ya, aku merindukanmu."     

"Pembohong," Shania cemberut. "Kau terdengar tidak tulus. Kau tidak menelepon atau mengirimiku sms. Kau sudah lupa dengan obrolan kita, bukan?"     

Twain merasa jantungnya menegang. Dia berdiri diam, tidak bisa memutuskan apakah buku yang ada di tangannya harus dikembalikannya ke rak buku.      

"Kurasa kita saling menjauh, Paman Tony."     

"Kau di Amerika, aku di Inggris," kata Twain dengan canggung.      

"Tidak, sejak insiden itu, aku merasa seperti itu. Apa kau marah padaku?"     

"Tidak, bagaimana mungkin aku –"     

"Kau pikir aku terlalu mudah berubah pikiran, kan?" selanya. "Ayahku sering menegurku karena itu, mengatakan kalau aku adalah gadis yang terlalu suka bermain-main, membuat segalanya jadi sulit bagi kedua orang tuaku. Aku tahu aku bersikap tidak masuk akal. Kau punya hidupmu sendiri. Kau adalah kau, dan aku adalah aku. Tapi... lupakan saja, aku seharusnya berhenti membicarakan tentang ini. Aku hanya datang kemari untuk melihatmu, Paman Tony. Jangan terlihat begitu kaget, oke? Semakin kau berusaha bersikap sopan, rasanya seperti kau berusaha menjauhkan dirimu dariku."     

Twain menoleh untuk memandang ke arah Shania sambil tersenyum.      

"Gadis bodoh, aku takut kau akan memarahiku karena aku begitu ceroboh saat hidup sendirian. Lihat saja, rumahku ini terlalu berantakan."     

Twain takut Shania akan bertanya langsung padanya, "Aku mencintaimu, apa kau mencintaiku?" Dia sama sekali tidak tahu harus menjawab apa kalau itu terjadi. Twain tidak bisa menolaknya secara langsung. Tidak ada alasan mengapa dia tidak bisa melakukannya. Dia tidak membenci Shania, tapi apa tipe 'suka'-nya ini sama dengan 'cinta'? Dia masih belum tahu. Apa sebenarnya cinta itu? Dia lebih tua 22 tahun daripada Shania, dan perbedaan usia itu menghambatnya dalam memahami perasaannya yang sesungguhnya. Meski dia mencintai gadis itu, apakah itu cinta seperti pasangan atau apakah itu cinta dari seseorang yang lebih tua kepada seseorang yang lebih muda?     

Selain perbedaan usia mereka, secara emosional dia juga lebih tua daripada Shania. Dia tahu bahwa dunia ini tidak pernah kekurangan pasangan aneh. Yang Zhenning bahkan menikahi seorang wanita muda yang memiliki gelar master. Meski mereka bertengkar hebat di Cina, keduanya masih tetap tinggal bersama. Tentu saja, mudah untuk mengamati kehidupan orang lain tapi merupakan hal yang sangat berbeda untuk menaruh ekspektasi semacam ini pada diri kita sendiri.      

Memikirkan masalah ini membuatnya sakit kepala. Dia bukan ahlinya dalam menjalin hubungan dengan wanita. Meski dia penuh pertimbangan dan percaya diri, dia masih cukup bodoh saat harus memahami wanita. Dia tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Shania tentang semua ini; dia hanya ingin mengetahui isi pikirannya sendiri.      

Gadis ini, yang kecantikannya bak malaikat, punya banyak potensi di Hollywood, seorang superstar yang terkenal di dunia modeling dan dunia akting. Mereka sudah saling kenal selama lima tahun. Saat mereka hanya berdua saja, dia tidak pernah memikirkan tentang Shania dalam cara yang sama seperti yang dilakukan oleh masyarakat awam. Di matanya, Shania adalah seorang individu kuat yang cukup berani untuk meninggalkan rumahnya sebelum dia bahkan berusia 14 tahun. Seseorang yang berani meresikokan segalanya dan bepergian jauh ke Inggris. Seorang gadis nakal yang bertemu dengannya di jalanan kala itu. Twain menyukai gadis ini, sungguh, tapi apakah dia mencintainya?     

"Apa yang ingin kau makan malam ini, Shania?"     

Twain memutuskan untuk melupakan sementara tentang kata-kata tak terucap dan kesulitan yang mengganggu pikiranya itu karena sudah waktunya untuk makan malam. Meski dia pria lajang, dia masih cukup percaya diri dengan kemampuan memasaknya. Di akhir hari, dia masih seorang pria dari Sichuan; bagaimana mungkin dia tidak tahu bagaimana caranya membuat beberapa masakan sederhana? Tapi, Shania berbalik dan langsung berlari ke dapur lebih dulu.      

"Kau bereskan saja ruang tengahnya dulu, oke? Aku saja yang membuat makan malamnya. Aku mempelajari beberapa masakan baru di Amerika Serikat!" Dia mengintip keluar dari pintu dapur, memandang ke arah Twain yang tampak tak berdaya. "Kau tidak boleh mengatakan rasanya tidak enak!"     

※※※     

Usai makan malam, Twain pergi ke dapur untuk mencuci piring dan membereskan meja makan. Shania pergi ke lantai atas untuk mengambil boneka Chinchilla-nya dan duduk di sofa dengan kaki terlipat sambil menonton televisi. Seperti malam-malam lainnya, dia tidak mengganggu Twain untuk pergi belanja, ke klub malam atau berjalan-jalan.      

Twain menyelesaikan tugas mencuci piring dan mengeringkan tangannya sambil berdiri di pintu masuk menuju dapur. Dia memandang Shania, yang duduk di sofa, sebuah ide tiba-tiba saja muncul di kepalanya. Ini seperti sebuah keluarga biasa. Tidak ada sosialisasi, tidak ada lampu kamera. Waktu usai makan malam adalah waktu mereka sendiri untuk dinikmati dalam ketenangan.      

"Aku sama sekali tidak mengira kau punya waktu untuk datang kemari. Keberadaanmu disini membuatku senang," kata Twain lembut sambil duduk disamping Shania. "Selain itu, kemampuan memasakmu semakin membaik."     

Shania tersenyum lebar. "Aku akan menganggap itu sebagai kebenaran!"     

Twain membuka lengannya, wajahnya tampak polos dan tulus. "Aku hanya mengatakan yang sebenarnya," katanya. "Aku adalah orang yang paling jujur; aku tidak pernah bohong."     

Shania menutupi mulutnya sambil tertawa geli. Saat tawanya mereda, dia menyandarkan kepalanya ke belakang dan bersandar ke bahu Twain. Twain sedikit tegang sebelum kemudian rileks. Dia tidak mengelak, membiarkan gadis itu mengistirahatkan kepalanya di bahunya.      

"Paman Tony, apa kau membenciku?"     

"Tidak, kenapa kau menanyakan itu?"     

"Kalau begitu, itu bagus," katanya tanpa menjawab pertanyaan Twain.      

Dia menyesuaikan postur tubuhnya, seperti seekor kucing yang bergelung, dan merapat manja pada Twain. Tangan Twain melayang beberapa saat sebelum akhirnya meletakkannya di atas bahu Shania.      

※※※      

Dini hari keesokan harinya, saat langit masih gelap, Shania bergegas ke London untuk berpartisipasi dalam aktivitas promosi film yang dibintanginya. Orang yang menjemputnya adalah Tuan Fasal. Twain bahkan masih belum bangun tidur.      

Setelah Twain bangun, dia menemukan sarapan hangat dengan secarik kertas yang bertulisan: Ingat, kau masih berhutang jawaban padaku, Paman Tony.      

Beckham sudah mengajukan cuti kemarin untuk ikut berpartisipasi dalam acara ini. Tentu saja, superstar paling populer harus hadir dalam acara promosi di Inggris. Karena persahabatan mereka, Twain sudah menyetujuinya. Dia tidak tertarik pada tipe aktivitas semacam ini. Shania sudah mengundangnya untuk pergi bersamanya tapi dia menolak. Beckham adalah seorang pemain sepakbola jadi melewatkan beberapa latihan bukanlah hal besar, tapi dia adalah manajer tim, bagaimana mungkin dia bisa meninggalkan posisinya?     

Dalam sekejap mata, sekarang sudah Desember. Jadwal turnamen liga sudah mulai berantakan jadi dia harus memberikan 120% perhatiannya untuk menghadapi beragam masalah di dalam tim.      

Setelah menghabiskan sarapan lezat yang dipersiapkan Shania untuknya, dia meletakkan secarik kertas itu ke dalam dompetnya dan melangkah keluar rumah. Saat dia baru melangkahi ambang pintu...      

"Klik!"     

Seberkas cahaya putih menerpa matanya dan hampir membuatnya terjatuh ke tanah. Setelah pandangannya kembali jelas, yang bisa dilihatnya adalah sebuah mobil yang terlihat familiar sedang melaju ke ujung jalan, lalu menghilang dari pandangan.      

Dia memaki. Apa yang barusan terjadi?     

Dunn membuka pintu dan melihat Twain yang tampak marah dan termenung.      

"Apa yang terjadi?" tanyanya.      

"Mana aku tahu?" jawab Twain masam.      

※※※     

Twain dan Dunn tidak bertanya-tanya dalam waktu lama. Selain keduanya, kelihatannya semua orang di seluruh Inggris sudah tahu apa yang telah terjadi.      

Tim promosi untuk Shania dan Tom Cruise baru saja pergi dan kabar berita yang mengejutkan itu muncul di sebuah tabloid gosip bintang hiburan, yang dengan cepat tersebar ke banyak perusahaan media lainnya.      

Salah satu karakter utamanya tak diragukan lagi adalah Tony Twain yang cukup populer belakangan ini berkat rumor dan buku yang ditulis oleh Carl Spicer. Karakter lainnya adalah Judy Shania Jordana, seorang supermodel internasional yang baru-baru ini meninggalkan London. Isi beritanya: pengungkapan hubungan antara Shania dan Tony Twain!     

Reporter yang ada dibalik semua ini adalah orang yang sama: Lisa Aria. Kali ini, berita itu mendapatkan perhatian karena Aria akhirnya mendapatkan bukti nyata. Foto. Empat foto ditampilkan di atas judul beritanya, ditata seperti sebuah komik empat-panel.      

Di gambar pertama, Twain dan Shania kembali pulang dan keduanya berada di depan pintu. Twain sedang membawakan koper Shania sambil mencari kunci pintu rumahnya. Shania berada disampingnya dan memegang tangannya dalam sebuah cara yang tampak mesra.      

Foto kedua diambil saat keduanya memasuki rumah. Shania berbalik untuk menutup pintu sehingga sudut yang menunjukkan wajahnya tampak jelas. Bahkan dengan adanya bayangan dan sudut pengambilan yang buruk, postur tubuhnya yang jangkung dan fitur wajahnya yang khas membuatnya sulit untuk menyangkal bahwa gadis itu bukanlah model yang terkenal di dunia, Judy Shania Jordana.      

Sekali pandang ke foto ketiga membuatnya tampak jelas. Foto itu diambil dini hari saat lampu jalanan masih menyala terang. Shania melangkah keluar dari rumah Twain tanpa topi dan semua orang bisa mengenali wajahnya dengan jelas.      

Foto keempat adalah Shania memasuki mobil dan pergi.      

Dari catatan waktu yang ada di sudut kanan bawah gambar, tampak jelas bahwa keempat foto ini diambil dalam kurun waktu satu malam. Oleh karenanya, pernyataan Aria di dalam artikel itu bahwa "Shania menginap dengan Twain sepanjang malam," tidak perlu diragukan lagi.      

Tapi apa masalahnya dengan menginap?     

Dulu, meski semua orang tahu Twain dan Shania punya hubungan yang baik, keduanya berkata bahwa mereka hanya teman jadi tidak ada yang terlalu memikirkannya. Selain itu perbedaan usia antara keduanya cukup jauh jadi tidak ada yang pernah memikirkan keduanya sebagai pasangan.      

Menginap di rumah Twain bukanlah hal besar bagi mereka berdua dan ini juga bukan yang pertama kalinya. Bagi media dan audiens, ini adalah berita besar karena ini adalah informasi baru.      

Lisa Aria telah berhasil membuat comeback yang indah. Dulu, orang-orang mengejeknya karena dia hanyalah reporter kecil dari desa yang ingin terkenal sehingga dia selalu mengarang-ngarang kebohongan dan berita. Sekarang, tidak akan ada yang mengatakan itu. Melihat keempat foto yang diambilnya, publik jadi gempar.      

Dulu, dugaan apapun dari media tentang kehidupan pribadi Tony Twain hanya tetap menjadi dugaan. Bahkan ada rumor yang mengatakan kalau dia gay. Tidak ada yang pernah memikirkan bahwa seorang pelatih sepakbola akan menjalin hubungan dengan seorang supermodel.      

Rumor seperti ini seharusnya melibatkan seorang pemain bintang. Sepakbola profesional telah berkembang selama lebih dari seratus tahun. Ada banyak sekali pemain sepakbola yang menjadi superstar karena penghasilan mereka yang tinggi. Mereka berkencan dengan banyak wanita terkenal dan hidup dalam kemewahan. Tidak ada yang pernah mendengar tentang seorang manajer sepakbola berkencan dengan seorang model. Dari semua manajer besar yang sudah mencapai hasil hebat dan meninggalkan warisan yang luar biasa, berapa banyak diantara mereka yang pernah digosipkan seperti ini di sepanjang karir mereka? Tidak satupun.      

Tony Twain telah melakukannya. Seorang gadis manis dan cantik berusia 22 tahun lebih muda dari dirinya telah mengikuti pria paruh baya itu ke dalam rumahnya dan menginap semalam. Harapan dan mimpi para remaja pria dan para wanita paruh baya hancur bersamaan.      

※※※     

Hanya melihat nama Lisa Aria sudah cukup membuat Twain marah. Dia segera menghubungi wanita itu.      

"Apa kau sengaja ingin membuatku marah?" dia berteriak ke ponselnya.      

"Yang kulakukan hanyalah untuk membuktikan bahwa aku bukan pembohong, Tn. Twain," kata Aria tenang. Dia tidak terintimidasi oleh pria ini.      

"Bagaimana kau bisa tahu Shania akan datang ke tempatku?" Dia segera mengajukan pertanyaan yang paling membuatnya penasaran.      

"Dia akan mempromosikan filmnya di London, jadi aku tahu kalau dia mungkin akan mampir ke Nottingham," jawab Aria.      

"Kau cukup pintar, ya?" Twain menggertakkan giginya.      

Wanita itu telah menganalisa sesuatu yang sangat sepele dan membuatnya menjadi sebuah paragraf.      

"Aku seorang wanita, aku memahami pikiran seorang wanita, Tn. Twain."     

"Tapi kau tidak memahamiku!" Twain meraung lalu menutup ponselnya.      

Dia terduduk dan merasa kalah. Dia tahu niat Shania, gadis itu takkan marah saat dia melihat artikel ini, dia mungkin justru merasa senang. Dirinyalah satu-satunya orang yang merasa marah. Lisa Aria telah mendorongnya ke jalan buntu. Artikel itu mengatakan bahwa Shania telah tinggal sepanjang malam di rumahnya, tapi apa yang mereka lakukan, tidak ada yang tahu kecuali mereka berdua.      

Twain tahu penggunaan frase di dalam artikel telah membuatnya seolah-olah dia dan Shania berpasangan, tapi masalahnya adalah, tidak ada yang terjadi diantara mereka berdua. Shania mungkin telah menyatakan perasaannya pada dirinya, tapi dia masih belum menerima perasaan itu dan sekarang hubungan mereka berlanjut seperti sebelumnya. Bagaimana mungkin dia bisa menjelaskan semua ini pada semua orang? Siapa yang mau memahaminya?     

※※※     

"Sejak reporter Lisa Aria menangkap basah Twain dan Judy Shania Jordana yang pulang ke rumah Twain bersama-sama," kata si pembawa acara, "Tony Twain berdiri di hadapan media dan akan menjelaskan insiden itu untuk pertama kalinya hari ini."     

Kamera menayangkan bagian luar rumah yang tampak ramai. Rumah Twain sudah dipenuhi reporter dari berbagai tempat. Mereka semua sangat peduli dengan kehidupan pribadi seorang manajer yang terkenal mudah marah ini. Semua orang ingin mendengarnya mengakui hubungannya dengan Shania. Setelah dia mengakuinya, hubungan yang pernah terlupakan itu akan terjalin secara resmi.      

Twain berdiri di hadapan sekelompok reporter yang tampak gembira, memandang ke arah mikrofon yang hampir disodokkan ke mulutnya. Dia berdehem dan suasana yang tadinya ramai mendadak sunyi.      

"Aku tidak punya banyak hal untuk dikatakan, setiap kata yang dituliskan Lisa Aria tidak bisa dipercaya. Shania dan aku adalah teman, atpi hubungan kami tidak seperti yang kalian kira."     

Twain masih keras kepala seperti keledai.      

"Tapi tampak jelas dari foto-fotonya kalau kau dan Shania pulang ke rumah bersama-sama," salah seorang reporter tampak bersikeras.      

Kerumunan reporter itu tampak tidak senang dan membombardirnya dengan bukti. Mereka ingin Twain menjernihkan semuanya. Lisa Aria juga berada di dalam kerumunan. Dia mengangkat tangannya untuk menarik perhatian semua orang.      

"Aku bisa menjamin dengan semua kehormatanku, semua foto itu nyata dan bukan foto yang dibuat-buat atau diedit dengan menggunakan Photoshop!" serunya.      

Twain menatapnya. Kehidupannya yang damai dan tenang telah dihancurkan oleh wanita ini. Dia bertanya-tanya apakah dulu saat dia salah mengira wanita itu sebagai wanita panggilan telah sangat melukai harga dirinya sehingga wanita itu tidak bisa melepaskan kesempatan untuk membalas dendam.      

Ini sudah berlebihan. Ini bahkan lebih buruk daripada saat Twain memberikan sepuluh ribu plus buku untuk ditandatangani oleh Carl Spicer dalam siaran langsung TV!     

"Foto yang kauambil memang bukan foto palsu, Nn. Lisa Aria," kata Twain dan menatapnya dengan dingin. "Tapi itu bukan Judy Shania Jordana. Itu hanya boneka tiup yang baru kupesan."     

Semua orang tampak terkejut! Bahkan Lisa Aria tidak mengira kalau Twain akan melakukan hal sejauh ini untuk menutup-nutupi hubungannya dengan Shania.      

"Aku melihatnya berjalan masuk dan keluar!" teriaknya. "Bagaimana mungkin sebuah boneka tiup bisa berjalan sendiri!"     

Twain tersenyum. "Itu model terbaru. Apa yang begitu mengesankan tentang boneka yang berjalan? Boneka itu juga bisa memasak. Dengan menekan sebuah tombol, boneka itu bisa memasakkan apapun yang kumau. Ah, benar-benar keajaiban teknologi."     

Tiba-tiba saja, semua orang merasa sangat bodoh.      

※※※     

Pintu masuk ke rumah Twain dan kompleks pelatihan Wilford dipenuhi para reporter yang bergegas menuju ke sana dari berbagai tempat di dunia. Saat mereka berkerumun untuk berdiskusi, mereka berdengung seperti sekelompok lalat.      

Setelah perkataan Twain tentang "boneka tiup", orang-orang di sekitar kompleks pelatihan Wilford kembali pulang. Hanya ada beberapa orang yang menolak untuk menyerah dan tetap tinggal di dekat pintu rumah Twain. Mereka ingin meniru pengintaian satu-malam Lisa Aria dari dalam mobil, karena angin musim dingin yang membekukan, mencoba peruntungan mereka untuk mendapatkan berita lain yang menggemparkan.      

Twain tidak memuaskan keingintahuan mereka. Dia hanya akan melambai untuk menyapa mereka saat dia memasuki dan meninggalkan rumah, berteriak dengan menggunakan aksen Cina, "Hai rekan-rekanku! Kalian semua bekerja keras!"     

Selama hatinya tetap tenang dan damai, para reporter yang memblokir pintu masuk rumahnya tidak memberinya banyak masalah. Dia bahkan ingin berterima kasih pada mereka. Sekarang dengan begitu banyaknya reporter disini, keamanan di jalan Brandford Garden jadi lebih baik dan hampir tidak ada lagi pencuri dan pencopet.      

Twain menuliskan di dalam kolomnya untuk mengingatkan polisi Nottingham agar segera memberikan medali bagi para pahlawan yang berjuang keras melindungi properti warga, dan memuji mereka semua secara terbuka. Setelah melakukan langkah ini, reporter tidak tahu berapa lama lagi mereka harus menunggu hingga kemudian mundur teratur.      

Dalam pertarungan melawan media kali ini, Tony Twain kembali muncul sebagai pemenangnya. Sayangnya, kemenangannya ini memulai sebuah api kecil di dalam rumah. Dia menerima pesan dari Shania yang berbunyi: Aku bukan boneka tiup yang tahu bagaimana caranya memasak, Paman Tony! Kalau kau bicara sembarangan tentangku lagi, hati-hati saja karena aku mungkin akan terbang pulang dan memukulmu!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.