Mahakarya Sang Pemenang

Undangan Pernikahan



Undangan Pernikahan

0Twain melingkarkan lengannya di pinggang Shania yang ramping saat mereka berdiri di depan rumah baru mereka. Tidak satupun dari keduanya yang mengatakan apa-apa saat mereka mengagumi rumah tiga-lantai yang sejak saat ini akan mereka sebut sebagai rumah mereka.      

Rumah itu berdinding putih dan beratap merah. Bagian luarnya terlihat asimetris, tapi ada sesuatu yang indah tentang ke-asimetrisan-nya itu. Rumah itu terlihat bergetar penuh semangat dibawah sinar matahari, seolah-olah memiliki kehidupannya sendiri.      

Shania jatuh cinta dengan warna rumah ini sejak pandangan pertama. Rumah ini terlihat murni dan bersih.      

Tempat mereka berada saat ini dikenal dengan nama Mapperley Park, yang berada di timur laut Nottingham. Rumah ini berada di puncak sebuah bukit kecil dan ada sebuah jalan yang mengarah ke lingkungan ini dan terus membentang sampai ke bagian Utara Nottingham.      

Mapperley Park adalah sebuah lingkungan mewah yang terkenal di Nottingham, dan ini juga tempat dimana banyak kelas menengah yang kaya memutuskan untuk tinggal.      

Akhir Mei adalah masa dimana warna hijau tampak dominan di Mapperley Park. Tanaman hijau akan mendominasi lingkungan ini dan para penduduknya juga akan terbangun di pagi hari ditemani suara burung yang berkicau riang dan aroma bunga. Rumah-rumah, masing-masing memiliki tampilan dan warnanya sendiri, terlihat seperti villa-villa yang dikelilingi oleh taman yang luas.      

Rumah mereka menghadap ke arah jalan, dan dibelakang mereka adalah sebuah taman yang menghubungkan mereka dengan Mapperley Golf Club.      

Yang bisa mereka lihat di sekeliling rumah adalah lautan berwarna hijau. Pemandangan ini sangat menyenangkan dan membuat mereka merasa segar.      

Tidak terlalu jauh dari depan rumah terdapat sebuah klub olahraga. Mereka memiliki lapangan sepakbola berukuran standar yang bisa digunakan oleh orang-orang untuk memainkan pertandingan sepakbola.      

Twain tidak bisa menahan diri untuk tidak kagum. Keluarga Beckham benar-benar tahu bagaimana caranya menikmati hidup mereka.      

Lingkungan tempat tinggal yang baru ini tidak mungkin bisa jadi lebih baik lagi. Satu-satunya kekurangan dari rumah ini adalah lokasinya yang cukup jauh dari kompleks pelatihan klub.      

Tapi, jarak yang jauh itu tidak membuat Twain merasa kesal. Lagipula, dia sudah punya mobil.      

Keluarga Beckham membeli rumah tiga-lantai ini dengan harga 2,700,000 pounds, tapi Beckham menjualnya pada Twain dan Shania seharga 1,000,000 pounds setelah tinggal disana selama setahun. Krisis ekonomi jelas mempengaruhi harga rumah, tapi menawarkan rumah itu dengan harga rendah memang sudah dimaksudkan sebagai hadiah pernikahan keluarga Beckham kepada pasangan itu.      

Beckham dengan murah hati mengatakan bahwa keduanya bisa menyimpan perabotan di rumah itu kalau mereka menyukainya. Kalau tidak, mereka bisa mengubahnya sesuka hati.      

Tapi, tidak ada yang perlu diubah tentang perabotan disana. Selera Beckham sangat cocok untuk Twain. Rumah itu memiliki semua yang mereka butuhkan dan hanya ada pengaturan kecil yang perlu dilakukan untuk perabotan. Tidak ada hal besar yang perlu dilakukan untuk rumah itu. Itu adalah sebuah rumah yang bisa langsung ditinggali oleh Twain dan Shania.      

Twain menerima kemurahan hati Beckham tanpa merasa malu. Bagaimanapun juga, dialah yang memberikan momen gemilang terakhir bagi Beckham di akhir karir sepakbolanya.      

Nilai komersil Beckham telah meningkat selama penampilannya yang bagus di Nottingham Forest dan terdapat fakta bahwa dia ikut memenangkan gelar Ganda bersama tim Forest. Dia tidak perlu khawatir tentang kondisi finansialnya di tengah krisis moneter saat ini.     

"Apa kau suka?" Twain menundukkan kepala untuk bertanya pada Shania yang berada di pelukannya.      

Shania menganggukkan kepalanya. "Ya!"     

Twain kembali mengangkat kepalanya untuk melihat rumah di hadapan mereka dan kemudian mulai melamun. Dia mulai memikirkan tentang mimpi yang dilihatnya saat dia pingsan dan juga memikirkan tentang dirinya di masa lalu.      

Dia tidak bisa membeli rumah yang layak huni di masa lalu, apa lagi sebuah rumah besar seperti ini.      

Apa yang dikejar oleh orang Cina di sepanjang hidup mereka? Untuk menetap, memulai sebuah keluarga, dan memiliki karir yang sukses. Tapi ironisnya adalah, bagaimana kau bisa memulai sebuah keluarga tanpa rumah untuk ditinggali?     

Sangatlah sulit untuk membeli rumah yang bisa kausebut rumahmu sendiri di Cina. Keinginan terbesarnya dulu adalah memiliki cukup banyak uang untuk membeli sebuah apartemen satu kamar di Chengdu. Dia tidak pernah bermimpi akan datang hari dimana dia bisa tinggal dalam sebuah rumah besar dengan taman seluas 100 meter persegi, dengan klub golf di halaman belakang dan lapangan sepakbola di depan.      

Takdirku... telah berubah.      

Aku sudah mendapatkan begitu banyak hal yang tidak bisa kuperoleh di dunia yang lama, tapi aku juga kehilangan beberapa hal sebagai akibatnya. Apa aku menyesalinya?     

Tidak.      

Inilah jalanku. Inilah hidupku. Inilah kisahku.      

"Paman Tony?" Shania mengguncangkan lengan Twain saat melihatnya sedang melamun.      

"Hmm?"     

"Bukankah kau seharusnya pergi ke Wilford? Kenapa kau tidak pergi?"     

"Oh... Ah! Aku hampir lupa! Aku jadi terhanyut setelah melihat rumah ini... Haha!" Twain tertawa sambil menggaruk bagian belakang kepalanya.      

Shania baru saja mengingatkannya tentang sesuatu yang penting. Dia memang seharusnya pergi ke Wilford. Hari ini adalah sesi latihan terakhir untuk musim ini. Para pemain akan menikmati liburan mereka di seluruh dunia usai latihan nanti untuk beristirahat sebelum musim depan.      

Dia punya hal penting untuk diumumkan hari ini sebelum mereka dibubarkan.      

※※※     

"Guys, apa kalian semua sudah memikirkan bagaimana kalian akan menghabiskan liburan kali ini?"     

Semua pemain, termasuk Beckham yang baru akan kembali pulang, duduk di lapangan latihan di Wilford. Mereka memandang Twain yang berdiri di tengah lingkaran.      

"Tanpa peduli apa kalian sudah punya rencana atau tidak, kuharap kalian semua bisa membatalkan atau menunda rencana kalian."     

Beckham tersenyum setelah dia mendengar apa yang dikatakan Twain.      

"Aku mengundang kalian semua ke Brasil untuk liburan!" Twain melambaikan tangannya. "Aku akan membayar semua tiket pesawat kalian, akomodasi dan makanan!"     

Keributan pun terjadi.      

"Brasil memang tujuan yang bagus tapi... Kenapa, boss?" Eastwood bertanya dengan suara keras. "Sabina dan aku sudah berencana untuk pergi ke Spanyol untuk liburan! Kami bahkan sudah membeli tiket pesawat kami..."     

"Batalkan penerbanganmu. Aku akan menggantikan uang yang kaukeluarkan untuk itu, Freddy. Kau harus datang ke Brasil!"     

Komentarnya itu membuat semua orang semakin penasaran. Mereka harus bertanya pada Twain apa yang terjadi.      

Twain menunggu sampai keributan itu reda sebelum kemudian menunjukkan senyum nakal, "Aku mengundang kalian semua ke pernikahanku!"     

Kegemparan pun terjadi di lapangan.      

"Pernikahan?!"     

"Boss... Maksudmu kau dan Nona Shania? Itu terlalu cepat!"     

"Ada apa dengan serangan mendadak ini, Boss? Bagaimana mungkin kau mengharapkan aku untuk mempersiapkan sebuah hadiah untukmu sekarang?"     

"Menikah? Menikah? Ah... Boss, jadi kau bukan gay... Er, maksudku, jadi kau hanya menjomblo selama ini..."     

"Tenang! Tenang! Katakan padaku kalian bisa datang atau tidak! Kuberitahu kalian, sangatlah umum bagi seorang pemain untuk mengundang rekan setim mereka ke pernikahannya, tapi tidak setiap hari manajermu akan mengundang kalian semua ke pernikahannya. Ini mungkin kesempatan kalian satu-satunya!" Twain mengangkat kepalanya dan mengatakannya dengan bangga.      

Apa yang dikatakannya memang masuk akal. Manajer sepakbola yang masih belum menikah di dunia ini mungkin lebih langka daripada Antelop Tibet. 99.99% manajer sepakbola sudah menikah dan memiliki keluarga mereka sendiri. Bagaimanapun juga, butuh waktu lama bagi mereka untuk menaiki tangga posisi manajerial dan memimpin sebuah tim.      

Mungkin ada beberapa manajer yang baru menikah setelah mereka menjadi manajer, tapi bahkan saat itu, mereka jelas tidak akan mengundang para pemainnya ke pernikahan mereka, karena alasan-alasan seperti ingin mempertahankan wewenangnya dan kemisteriusannya.      

Twain tidak peduli dengan semua itu. Dia merasa bahwa ini adalah peristiwa terbesar dan paling menyenangkan yang akan terjadi dalam hidupnya, dan dia jelas harus berbagi kebahagiaan ini dengna orang-orang di sekelilingnya, itulah sebabnya dia mengundang hampir setiap orang yang terlintas dalam pikirannya.      

Selain para pemainnya, Twain juga mengundang aktor dan produser film Tom Cruise, serta perancang busana terkenal Giorgio Armani ke pernikahannya. Tuksedo Twain dan gaun pengantin Shania juga akan dirancang oleh Armani sendiri.      

Betapa hebatnya punya teman selebriti. Aku tidak perlu membayar tuksedo dan gaun pengantin....     

"Aku pergi! Boss akan menikah, tentu saja kita harus pergi!" suara Eastwood terdengar paling keras diantara para pemain. Dia mulai bertingkah penuh semangat dan sama sekali lupa bagaimana tadi dia sempat mengatakan ingin menemani istrinya ke Spanyol untuk liburan.      

Para pemain lain juga mengikuti contohnya dan mulai berteriak untuk mengatakan bahwa mereka akan menghadiri acara pernikahannya.      

Twain tersenyum melihat para pemainnya tampak gembira.      

Tadinya, dia tidak ingin pernikahan yang terlalu rumit. Dia ingin seperti selebriti lain dan mengadakan pernikahan sederhana di lokasi yang terpencil. Tapi, setelah melihat seberapa baik hubungannya dengan Shania, dia berubah pikiran.      

Ini adalah peristiwa terbesar dalam hidupku, kenapa aku harus melakukannya diam-diam? Apa aku takut media mengambil foto kami berdua? Kau pasti bercanda, aku hanya akan menikah, dan aku tidak perlu merasa malu karenanya! Ini bukan seperti aku sedang berselingkuh!     

Aku harus mempublikasikan pernikahanku dengan Shania dan membiarkan seluruh dunia tahu bahwa kami akan menikah.      

Twain tidak takut dikritik 'menikah dengan daun muda' setelah berita tentang pernikahan mereka mulai menyebar. Hubungannya dengan Shania sudah mendapatkan banyak celaan sejak mereka mengkonfirmasikannya. Dia juga tidak peduli tentang menghancurkan hati banyak fans pria Shania.      

Siapa peduli apakah mereka kesal dengan fakta bahwa kami akan menikah?     

Akulah yang seharusnya merasa kesal tentang bagaimana mereka terus menerus memiliki fantasi seksual tentang Shania...      

Twain berbagi pendapatnya ini dengan Shania dan memberitahu gadis itu, "Aku ingin membiarkan seluruh dunia tahu bahwa aku, Tony Twain, mencintaimu, Shania, dan bahwa aku ingin kau menjadi istriku."     

Shania sangat tersentuh mendengarnya sampai dia hampir menangis, dan itulah bagaimana mereka akhirnya memutuskan untuk mengadakan sebuah upacara pernikahan besar-besaran.     

※※※     

Setelah tim dibubarkan, Dunn terbang kembali ke Cina untuk membantu Twain mengundang kedua orang tuanya ke acara pernikahan itu.      

Sebelum dia pergi, Twain berulang kali mendesak Dunn untuk membuat kedua orang tuanya mau menghadiri pernikahannya tak peduli bagaimana caranya.      

Twain mengenal kedua orang tuanya dengan baik. Saat dia bekerja di Chengdu, dia ingin membawa kedua orang tuanya untuk ikut tinggal bersamanya di Chengdu, tapi keduanya tidak mau meninggalkan kota kecil di pedesaan Sichuan selatan itu. Mereka memberitahunya bahwa tidak ada tempat yang lebih baik daripada rumah, dan mereka juga mengeluhkan kemacetan lalu lintas serta biaya hidup yang tinggi di kota besar. Mereka bilang akan lebih nyaman untuk tetap tinggal di kota kecil itu.      

Dunn hanya tersenyum dan meyakinkan Twain, "Putra mereka akan menikah. Tak peduli seberapa jauhnya, mereka pasti akan datang."     

Twain menepuk bahunya dan tidak mengatakan apa-apa.      

※※※      

Lisa Aria masih bekerja di kantor berita kecil yang biasanya mempublikasikan berita gosip di Nottingham. Dialah orang pertama yang menemukan dan mengambil foto hubungan romansa antara Twain dan Shania, dan dia jugalah alasan mengapa Twain memutuskan untuk mengakui hubungannya dengan Shania secara terbuka.      

Twain menderita penyakit jantung tapi dia mendapatkan kekasih. Ada perubahan positif dalam hidupnya. Tidak sepertinya, tidak ada yang berubah dalam kehidupan Lisa.      

Dia masih bekerja sebagai pemimpin redaksi untuk bagian berita hiburan. Masa depannya terlihat suram tanpa prospek apapun.      

Mengungkapkan hubungan cinta Twain dengan Shania tidak membuatnya memperoleh keuntungan finansial apapun.      

Dia berharap dia bisa mendapatkan cerita yang lebih sensasional tentang hubungan Tony dan Shania yang akan membuat para pembaca mau membaca surat kabarnya. Tapi, Twain telah menghindari reporter sejak dia didiagnosa menderita penyakit jantung. Mereka berhasil menemukan lokasi rumah Shania yang berada di dekat Lace market, tapi jendelanya selalu tertutup.      

Satu-satunya berita dan foto yang bisa mereka ambil adalah tentang pasangan ini yang meninggalkan dan memasuki rumah mereka. Tapi, tidak ada pembaca yang akan tertarik dengan kabar berita dan foto tentang Twain dan Shania yang datang dan pergi dari rumah mereka sendiri.      

Karenanya, semua hal dalam hidupnya tetap sama. Tidak ada yang berubah.      

Sampai hari ini.      

Tiba-tiba saja dia menerima panggilan telepon dari Twain.      

"Halo, Nona Aria. Apa kau bisa menebak siapa aku?"      

"Tn. Twain, tolong jangan menggunakan pertanyaan bodoh untuk membuatku kesal saat aku sedang bekerja, oke?" Lisa Aria sedang tidak mood untuk menghibur Twain mengingat bagaimana dia sedang kesulitan di tempat kerja dan hanya memiliki masa depan yang suram.      

Twain berdehem dua kali di ujung telepon yang lain. "Aku punya kabar bagus untukmu, tapi kalau kau tidak mau mendengarnya maka lupakan saja. Aku, Tony Twain, tidak pernah memohon pada seseorang untuk melakukan sesuatu untukku."     

"Kalau kau punya sesuatu untuk dikatakan maka katakan saja. Kalau memang itu liputan yang eksklusif maka aku tertarik." Jari-jemari Aria tidak pernah berhenti mengetik meski dia sedang berbicara di telepon dengan Twain.      

"Ini memang liputan eksklusif, yang cukup besar pula. Hmm... Darimana aku harus memulainya? Mungkin telah terjadi kesalahpahaman diantara kita, Nona Aria, tapi aku bermaksud memberimu liputan ini secara gratis sebagai bentuk permohonan maaf yang tulus padamu, dan juga untuk berterima kasih atas apa yang telah kau lakukan."     

Aria mencibir, "Kelihatannya hubunganmu dengan Shania berjalan dengan baik! Siapa yang dulu pernah bilang bahwa aku tidak tahu apa-apa?"     

"... Yang sudah berlalu biarlah berlalu... Alasan kenapa aku menghubungimu saat ini adalah untuk memberimu hak eksklusif dalam mempublikasikan kisah pernikahanku. Aku akan menikah dengan Shania. Catatan, aku memberikan ini hanya untukmu..."     

Jari-jari Aria berhenti bergerak. Dia mengira kalau dia salah dengar, dan segera menyela ucapan Twain, "Maafkan aku, Tn. Twain... Apa barusan aku mendengar kalau kau ingin memberiku hak eksklusif untuk mempublikasikan kisah tentang pernikahanmu?"     

"Ya, itulah yang kukatakan. Dan aku tidak memberikan hak pada kantor berita tempatmu bekerja, hanya kamu. Soal bagaimana kau ingin melaporkan pernikahan itu, atau media mana yang ingin kaugunakan untuk mempublikasikannya, itu sepenuhnya terserah padamu dan bukan menjadi urusanku." Twain tertawa setelah mengatakan itu.      

"Kuharap kau paham dengan semua yang kukatakan padamu, Nona Aria?"     

Aria tidak langsung menunjukkan kegembiraannya, meskipun persendian jari-jarinya telah memutih karena dia mengepalkan tangannya terlalu erat.      

Dia bertanya dengan suara yang masih tetap stabil, "Kenapa kau memberikannya padaku?"     

"Hah? Bukankah aku sudah mengatakannya padamu tadi? Ini hadiah untuk berterima kasih padamu dan untuk meminta maaf atas kesalahpahaman yang terjadi diantara kita sebelum ini. Aku harus berterima kasih padamu karena kalau bukan karena cerita yang terus menerus kau publikasikan tentang kami berdua, maka aku tidak akan bisa sedekat ini dengan Shania... Selain itu, aku juga mendapatkan keuntungan dari kata-kata yang kauucapkan padaku sebelumnya. Kau bilang 'Bukan hal yang memalukan untuk mengakui bahwa kau sedang jatuh cinta', dan karena itu aku tidak ingin hanya mengakui cintaku untuk Shania, aku ingin seluruh dunia ikut menyaksikan pernikahan kami. Itulah yang kuinginkan, dan karena itulah aku menyerahkan pekerjaan publisitas padamu, Nona Aria. Bagaimanapun juga, kaulah orang yang menyatukan kami berdua. Bagaimana mungkin kau tidak ikut ada disana untuk menyaksikan momen saat aku memasangkan cincin ke jari Shania?"     

Aria tampak terkejut dan bingung. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Dia sudah tahu, berdasarkan gosip dan pengalaman pribadinya berurusan dengan Tony Twain, bahwa pria itu adalah monster yang tidak masuk akal. Bagaimana mungkin dia bisa mengatakan hal-hal semacam itu?     

Dia mungkin meragukan apa yang sedang terjadi, tapi ada satu hal yang bisa dipastikan olehnya.      

Dia bisa berhenti dari pekerjaan yang tidak berarti ini setelah dia pulang kerja.      

Tidak... Mungkin dia bisa melakukannya sesegera mungkin.      

Sebelum dia melakukan itu, dia menanyakan satu hal yang mengganggu pikirannya. "Haruskah aku berterima kasih padamu, Tn. Twain? Aku berharap bahwa ini bukan terakhir kalinya aku bekerjasama denganmu..."     

"Selama kau tidak masuk ke rumahku dan mengambil foto kami berdua di atas ranjang, semua hal lainnya terserah padamu."     

Aria tersenyum. "Itu memang terdengar seperti sesuatu yang akan kaukatakan, Tn. Twain. Aku akan menerima hadiah ini dengan senang hati."     

Kehidupan Twain dan Shania sama-sama berubah setelah mereka menjadi pasangan. Sangatlah alami kalau hidup Lisa Aria juga ikut berubah, mengingat bagaimana takdirnya terjalin dengan takdir mereka berdua.      

Saat Aria pertama kali mempublikasikan kisah yang mengungkapkan tentang hubungan Twain dan Shania, tidak satupun dari keduanya bisa memprediksikan apa yang akan mereka peroleh di masa depan.      

Sebuah pernikahan yang bahagia untuk yang satu dan karir yang sukses untuk yang lain.      

Sebuah situasi yang sama-sama menguntungkan bagi keduanya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.