Mahakarya Sang Pemenang

Permintaan Maaf Publik



Permintaan Maaf Publik

0"Kepergian mantan manajer Chelsea, Jose Mourinho, telah menimbulkan reaksi yang besar di dunia sepakbola. Detil tentang pemecatannya dan kandidat untuk menggantikan posisinya telah menjadi sumber perbincangan media dalam dua hari terakhir. Kemarin, sekelompok fans Chelsea menggelar demonstrasi kecil di pintu masuk stadion Stamford Bridge untuk memprotes ketua klub Chelsea yang memberhentikan Jose Mourinho. Manajer-manajer tim lain telah memberikan komentar satu persatu, mengatakan bahwa pemecatan Jose Mourinho oleh Abramovich adalah sebuah kemunduran bagi dunia sepakbola."     

Wajah Tony Twain muncul di layar televisi. Dia berdiri di depan pintu gerbang kompleks latihan Wilford dan menghadap ke arah banyak reporter sambil menatap kamera. "Tn. Roman Abramovich yang terhormat, beep beep"     

Saat Sky TV menyiarkan liputan ini, mereka menyensor bahasa kasar Twain. Tapi, semua orang bisa menebak apa yang dikatakan olehnya setelah membaca gerak bibirnya –"F**k you"     

"Kemarin pagi, komentar manajer Twain menimbulkan kesulitan bagi dirinya sendiri. Nottingham Forest Football Club telah menerima sebuah surat protes resmi dari Chelsea FC. Mereka memprotes serangan pribadi manajer Forest, Tony Twain, kepada ketua klub mereka dan menyatakan bahwa tidak ada seorangpun di Chelsea yang berusaha menghubungi Twain untuk menawarkan posisi sebagai pelatih di tim Chelsea."     

Berita yang diputar di televisi terjadi sehari yang lalu.      

Mulut besar Twain kembali membuatnya berada dalam kesulitan. Di tengah kabar berita tentang Jose Mourinho, bahasa kasarnya telah membuatnya mendapatkan satu halaman berita untuk dirinya sendiri. Setelah dia menyapa Abramovich "dengan sopan" di hadapan beberapa media, komentar dan fotonya dipublikasikan di beberapa surat kabar nasional dan stasiun televisi juga melaporkan berita ini di berita olahraga.      

Twain tidak hanya memaki Abramovich di hadapan pers. Dia juga mencela eselon atas Chelsea Football Club dengan penuh semangat di dalam kolomnya, menyebutnya sebagai aksi pembunuhan yang kejam terhadap para fans Chelsea –"Mereka membunuh kesenangan fans Chelsea dalam mengejar kemenangan".      

Reaksi dan sikap Twain yang keras ini mengejutkan banyak orang, membuat insiden bahasa kasarnya itu layak untuk diberitakan. Semua orang mengira bahwa karena Twain dan Mourinho adalah rival yang terkenal di liga, hampir mencapai level dimana mereka bisa saling mengirim peluru sebagai ancaman kematian, pemecatan Mourinho akan membuat Twain merasa senang.      

Tidak ada yang mengira kalau Twain akan memihak Mourinho dan memaki klub Chelsea.      

Dari sembilan belas manajer Liga Utama Inggris, tidak ada yang mengantisipasi kalau reaksi Twain akan sangat intens. Ferguson dan Wenger mengekspresikan penyesalan dan kekecewaan mereka atas pemecatan Mourinho dan memuji prestasi Mourinho di Chelsea. Hanya Tony Twain yang memaki mereka dan hampir hilang kendali.      

Tidak ada yang bisa menebak apa yang ada di dalam pikiran Twain, kenapa dia melakukannya dan apa faedahnya kalau dia melakukan ini.      

Bahkan Edward Doughty harus bertemu dengan Twain dan menjelaskan padanya bahwa klub tidak akan membelanya kali ini karena ini jelas merupakan masalah pribadi Twain dan tidak ada kaitannya dengan klub Nottingham Forest. Klub Forest hanya terbawa karena Twain.      

Twain setuju dengan apa yang dikatakan oleh Edward tentang hal ini karena ini semua disebabkan oleh ledakan emosinya. Alasan lain mengapa dia tidak ingin klub terlibat adalah karena kalau dia harus menanganinya sendiri, dia akan memiliki lebih banyak kebebasan dan tidak harus mempertimbangkan tentang citra klub.      

※※※     

"Apa mereka benar-benar menghubungimu?" Saat makan malam di rumah, Shania bertanya tentang apakah Chelsea Football Club memang pernah mencari Twain untuk menjadi manajer mereka.      

Twain menggelengkan kepalanya. "Mereka tidak menghubungiku. Dan meski mereka berusaha untuk menghubungiku, mereka takkan bisa mendekatiku sekarang."     

"Hmm..." Shania menggigit sendoknya dan memandang langit-langit. "Bagaimana kalau mereka memang menghubungimu?"     

"Aku akan menolaknya," jawab Twain. "Tapi aku akan mempermainkan mereka sebelum aku menolaknya."     

Dia tersenyum. Shania melotot ke arahnya. "Apa kau akan membuat dirimu dalam masalah lagi?"     

"Itu tidak susah kok. Itu hanya sedikit penyesuaian dalam hidup. Bukankah aku akan melukai perasaan mereka kalau aku terlihat muram saat aku menolak mereka? Jadi aku akan menggunakan cara lain, yang juga bisa menghibur publik. Bukankah kau sangat menyukai lelucon, Shania?"     

Shania memutar matanya. "Ide usil apalagi yang kau punya?"     

Twain tersenyum. "Aku akan mengumpulkan para reporter dan mengadakan sebuah konferensi pers besok atau sehari setelahnya untuk membacakan sebuah surat permintaan maaf publik bagi Abramovich dan klub Chelsea."     

Shania membelalakkan matanya dan memandangnya dengan tatapan tak percaya. "Kau akan menyerah, Paman Tony?"     

Twain tersenyum. "Bagaimana mungkin? Karena kau tidak punya pekerjaan saat ini dan tidak berani pergi keluar, kau pasti merasa depresi di rumah. Aku akan memberimu sedikit kesenangan. Bagaimanapun juga, kau akan tahu setelah kau menonton berita."     

Dia bersikap misterius dan Shania tidak terus bertanya. Dia yakin bahwa Paman Tony-nya takkan mudah ditebak. Saat seseorang mengira kalau dia akan melakukan sesuatu, dia justru melakukan kebalikannya.      

※※※      

Keesokan harinya, Pierce Brosnan mendapatkan panggilan telepon dari Twain. Dia ingin Brosnan membantunya menghubungi teman-teman medianya untuk menghadiri konferensi pers di kompleks latihan Wilford.      

Twain menyatakan dengan jelas bahwa ini adalah konferensi pers pribadi dan tidak ada hubungannya dengan Nottingham Forest Football Club. Dia juga mengatakan pada Brosnan bahwa konferensi ini diadakan olehnya untuk meminta maaf kepada Tn. Abramovich.      

Tanpa menyebutkan detil spesifik konferensi pers, kabar berita ini sudah bisa membuatnya muncul di koran pagi, di televisi dan di berita online. Twain telah memaki pria itu dua hari yang lalu dan ingin meminta maaf pada hari ini. Memaki orang lain adalah hal yang biasa dilakukan Twain, tapi meminta maaf adalah hal yang tidak umum. Apalagi kalau dia harus mengumumkan permintaan maaf publik usai keriuhan besar yang terjadi setelah dia memaki orang itu. Ini belum pernah terjadi sebelumnya.      

Brosnan merasa kalau masalah ini mungkin tidak sesederhana seperti yang dikatakan oleh Twain, jadi dia bertanya, "Tn. Twain, kau... Apa kau benar-benar akan meminta maaf padanya?"     

Di ujung telepon yang lain, Twain tertawa kecil. "Tentu saja, itu adalah sebuah permintaan maaf, sebuah permintaan maaf terbuka untuk menunjukkan ketulusanku sepenuhnya. Kau hanya perlu membantuku menghubungi rekan-rekan mediamu. Seperti yang kau tahu, aku punya lebih banyak musuh daripada teman di kalangan media. Ada beberapa hal yang tidak bisa kukatakan. Kau akan bisa melakukannya lebih efektif daripada aku."     

Brosnan, yang telah setuju untuk melakukannya, tampak sedikit suram setelah dia menutup teleponnya. Baru kemarin, dia menulis artikelnya sendiri untuk mendukung Twain. Dia sama sekali tidak menduga sikap tokoh utamanya itu akan berbalik seratus delapan puluh derajat hari ini. Sekarang akan canggung baginya untuk berhenti di tengah jalan.      

Dia memberitahu bosnya tentang kabar berita Twain yang akan melakukan permintaan maaf, dan bosnya merasa sangat senang. Dia tak peduli kalau surat kabarnya ini selalu teguh dalam dukungan mereka terhadap Twain. Peristiwa ini tidak kalah sensasional dari berita makian Twain kepada Abramovich dan mungkin lebih baik daripada berita pemecatan Mourinho kalau bisa ditangani dengan benar. Selama berita itu bisa meningkatkan penjualan surat kabar, bosnya itu rela melakukan segalanya.      

Setelah memberikan persetujuannya untuk menghubungi media-media berpengaruh di seluruh negeri agar menghadiri konferensi pers esok hari di kompleks latihan Wilford, dia menyisihkan dua halaman untuk Twain di dalam surat kabarnya sendiri jadi mereka bisa melaporkan dan menganalisa konferensi pers itu secara mendetil dan melihatnya dari berbagai sudut pandang. Dia bahkan sudah memikirkan tentang tajuk utama yang bisa digunakan Brosnan di artikel berita itu.      

"Madman menundukkan kepalanya!" Bagaimana menurutmu dengan tajuk itu, Pierce?" Dia bertanya pada Brosnan dengan penuh semangat.      

Brosnan mengangguk dan memuji bosnya, tapi dia punya gambaran lain di benaknya.      

Dia selalu merasa kalau segalanya takkan sesederhana itu. Dia memahami Twain dan tahu tentang temperamen Twain. Meski Abramovich memang kaya dan Chelsea bisa dianggap sebagai klub papan atas, Twain tidak punya alasan untuk meminta maaf hanya karena surat protes dari Chelsea atau melakukannya secara terbuka seperti ini. Tony Twain yang dikenalnya mungkin tak akan menundukkan kepalanya bahkan saat menghadapi Ratu Inggris sekalipun. Dia selalu terlihat tak kenal takut. Dan semakin besar tekanan yang diberikan orang lain, semakin besar pula balasannya...      

Balasan?     

Brosnan tiba-tiba saja merasa menemukan sesuatu.      

Dia memutuskan untuk bergegas kesana esok hari dan menonton pertunjukan yang bagus.      

※※※     

"Manajer Tony Twain memutuskan untuk membuat sebuah permintaan maaf publik atas ucapannya yang tak pantas terhadap ketua klub Chelsea Football Club, Abramovich, dimana dia telah secara spesifik mengundang sejumlah besar media untuk menghadiri konferensi pers di kompleks latihan Wilford." Berita olahraga malam Sky TV melaporkan perkembangan terakhir masalah ini.      

Twain akan menyerah dan meminta maaf, yang bukan hal kecil jika dilihat dari sudut pandang media. Banyak media menindaklanjuti laporan ini.      

Mereka yang menyukai Twain merasa terkejut, sementara mereka yang membenci Twain sudah tak sabar melihatnya mempermalukan diri sendiri.      

Beberapa reporter bergegas menuju klub Chelsea untuk mendapatkan tanggapan atas insiden ini. Chelsea Football Club sudah merasa terganggu oleh pemecatan Mourinho yang terjadi baru-baru ini dan mereka tidak memberikan komentar apapun tentang masalah permintaan maaf Twain, tapi semua orang yakin bahwa Chelsea akan mengawasi masalah ini dengan cermat. Itu sudah pasti. Dengan adanya pria seperti Tony Twain, seseorang bisa sangat menyukainya atau membencinya, tapi tidak ada yang bisa mengabaikannya begitu saja.      

Sejak percakapan di telepon pagi itu, Twain dan Mourinho tidak saling menghubungi. Dari kabar berita yang beredar, Twain tahu bahwa Mourinho sudah kembali ke Portugal.      

Dia tidak melakukan ini sebagai sebuah wujud niat baik terhadap Mourinho. Dia tidak perlu menunjukkan wujud niat baik apapun. Ledakan emosinya saat itu hanya didorong oleh perasaan kaget.      

Dia tahu kalau dirinya dan Mourinho berada di kapal yang sama. Sama-sama manajer fanatik yang kuat dan pantang menyerah, mereka tampak sangat berbeda di sebuah negara tradisional seperti Inggris. Pendahulu mereka, Brian Clough, juga sama-sama dipuji dan dimaki. Orang-orang seperti mereka masih dianggap berbeda di tengah masyarakat, meski jaman sudah berubah.      

Mourinho adalah rujukan Twain di industri ini. Perlakuan yang diterima oleh Mourinho bisa jadi akan diterimanya pula suatu hari nanti. Karena Abramovich adalah karakter yang kuat, konflik antara kedua pria itu mengemuka dengan cepat. Bagaimana dengan dirinya sendiri?     

Meski Edward Doughty tahu bagaimana caranya menjadi seorang pemimpin yang baik dan cukup toleran dalam menghadapi temperamen Twain, dia adalah bos. Tak peduli apa yang dikatakan oleh pers, tak peduli apa yang dipikirkan oleh para fans di seluruh dunia, atau seberapa terkenalnya Tony Twain, Edward adalah pemilik klub yang sesungguhnya. Saat status klub Forest berubah sejalan dengan peningkatan performa mereka, tidak jelas apakah bos yang sesungguhnya ini masih tetap ingin berada di belakang layar dan toleran terhadap segala hal.      

Twain sudah menyadari ini, tapi kepribadian yang kuat bukanlah hal yang bisa diubah dengan mudah oleh Twain. Kepribadiannya ini sudah meninggalkan jejak di dalam hidup dan jiwanya dan tak mungkin bisa berubah. Meski dia tahu bahwa hal ini bisa memberikan konsekuensi yang buruk, dia tetap acuh tak acuh. Ini adalah karakternya, dan karakter seseorang menentukan nasibnya.      

Oleh karena itu, saat dia melihat tokoh terkenal seperti Mourinho tak bisa melepaskan diri dari pemecatan oleh klub, Twain merasakan semacam kesepian empatik di dalam hatinya.      

Dia memiliki hubungan pribadi yang bagus dengan Wenger, tapi Wenger tidak memahami dirinya. Dia sudah pernah pergi ke pacuan kuda dan minum alkohol bersama Ferguson, tapi Ferguson juga bukan orang yang bisa memahami dirinya. Dia tidak minum dengan Mourinho karena Mourinho selalu menolak ajakan minum dari musuh, dan mereka tidak pernah bertukar kata dengan normal. Mereka tidak pernah mengatakan hal-hal baik tentang satu sama lain dan selalu berharap agar pihak lawan mati saja saat mereka saling bertemu, tapi mereka saling memahami karena mereka adalah orang-orang yang sejenis.      

Saat istrinya berseru, "Ya Tuhan, kakimu sangat dingin," Brian Clough akan berkata, "Sayang, panggil saja aku 'Brian'".      

Jose Mourinho berkata, "Selain Tuhan, masih ada aku."     

Twain tidak percaya adanya Tuhan, tapi dia menganggap dirinya adalah pusat dunia.      

Mereka lebih arogan dan percaya diri dibandingkan dengan orang lain. Mereka juga lebih rapuh daripada orang lain. Kalau sekarang adalah Abad Pertengahan, mereka mungkin dianggap pembid'ah dan dibakar di tiang pancang. Mereka tidak gentar saat harus berhadapan dengan pihak otoritas di dunia dimana otoritas mendominasi segala hal. Tak gentar menghadapi pihak otoritas dianggap sebagai bid'ah, dan bid'ah berarti mati. Syukurlah, bid'ah tidak lagi harus diikat dan dibakar di tiang pancang, tapi mereka bisa saja kehilangan pekerjaan mereka, dan bahkan reputasi mereka.      

Sama seperti raja sepakbola, Pele yang lebih sukses daripada Maradona setelah mereka pensiun karena dia mencari otoritas sementara Maradona tidak takut dengan otoritas. Itu sama dengan prinsip ini.      

Terlepas dari keberhasilan Twain saat ini, Mourinho juga sebanding dengan Twain, atau bahkan lebih sukses lagi. Dia adalah juara Liga Eropa UEFA, Primeira Liga, UEFA Cup, Liga Champions UEFA, Treble, dan gelar Liga Utama dua musim berturut-turut. Sekarang, dia dipecat. Tak peduli betapa besarnya keengganan para fans, dia tidak bisa mengandalkan dukungan fans untuk menghentikan pemecatan itu karena dia bukan bos yang sesungguhnya. Dia tidak memiliki kekuasaan itu.      

Beberapa hari terakhir ini membuat Twain meratapi hilangnya lawan yang pantas dan membuatnya merasa khawatir – akankah kondisi Mourinho saat ini menjadi masa depan Tony Twain juga?     

Jadi dia mengomeli Abramovich dan Chelsea. Apakah dia berusaha membantu Jose Mourinho? Salah, dia hanya membela dirinya sendiri.      

Orang-orang gila alias madman memang berbeda dari orang biasa saat mereka harus membela diri mereka sendiri.      

※※※     

Shania bisa merasakan dengan jelas bahwa semangat Paman Tony-nya sedang rendah dalam beberapa hari terakhir ini dan Shania sendiri juga sedang dalam mood yang buruk, tapi Paman Tony masih tersenyum dan bercanda dengannya selama makan malam.      

Dari luar, Twain tidak tampak berbeda dari sebelumnya, tapi Shania dan Twain sudah saling kenal selama beberapa tahun dan menghabiskan waktu bersama-sama, dan Shania tahu bahwa Twain sedang tidak dalam mood yang bagus dan jadi sedikit jengkel karenanya. Sulit untuk menjelaskan kenapa dia merasakan ini. Hal ini hanya bisa dihubungkan pada alasan yang misterius. Dirinya dan Twain memiliki pemahaman yang tak perlu diucapkan dan telepati. Dia bisa memahami hati Paman Tony dan bisa selalu merasakan perubahan moodnya.      

Dia berharap dia bisa melakukan sesuatu untuk membantu. Tapi apa yang bisa dilakukannya untuk membantu di dunia para pria?     

Teman-temannya berada di industri fashion dan bisnis pertunjukan. Mereka tidak bisa tiba-tiba melangkah maju dan berkata, "Kami semua mendukung Tony Twain." Itu hanya akan membuat orang-orang tertawa.      

Sayangnya, Dunn sedang berada di Cina dan tidak bisa membantu masalah yang dihadapi Twain, sehingga membuat Twain merasa lebih kesepian.      

Saat makan malam, Shania berusaha menemukan lelucon untuk dilontarkannya pada Twain, sambil berharap moodnya akan lebih baik setelah mendengar lelucon itu. Shania benar-benar punya bakat dalam menceritakan lelucon garing...      

Twain merasa sedikit aneh. Lelucon Shania sudah ketinggalan jaman dan tidak lucu lagi. Kenapa dia masih terus menggunakannya?     

"Apa kau mencemaskan sesuatu, Shania?" akhirnya dia tak tahan lagi untuk tidak bertanya.      

Shania menggelengkan kepalanya keras-keras. "Tidak."     

"Tapi tingkahmu sedikit aneh hari ini."     

"Apa iya?" Shania menarik sudut bibirnya dan membentuk senyum samar.      

Twain menatapnya selama beberapa saat, dan Shania mempertahankan senyuman itu.      

"Yah, kalau kau tidak mau memberitahuku, aku tidak akan memaksamu.'     

Shania merasa sedikit bingung saat dia mendengar nada suara Twain yang agak kasar. Dia tidak ingin mengacaukan semuanya. "Bukan seperti itu!" katanya buru-buru. "Aku... aku hanya merasa kalau Paman Tony, suasana hatimu tidak seperti biasa belakangan ini. Kau tampak cemas dan aku hanya ingin membuatmu merasa senang."     

Twain sedikit terkejut saat dia mendengar itu. Dia kembali menatap ke arah Shania, dan kali ini Shania mengerutkan kening dan mengerucutkan bibirnya.      

Melihatnya seperti itu, Twain tiba-tiba saja tersenyum, dan dia menjangkau ke seberang meja untuk menyentuh kepala Shania.      

"Gadis bodoh."     

Shania tidak berusaha melepaskan diri darinya. Dia membiarkan Twain menyentuhnya.      

"Bagaimana mungkin aku merasa cemas? Kau boleh yakin kalau tidak ada apa-apa yang terjadi. Di akhir konferensi pers besok, masalah itu takkan ada kaitannya denganku. Kenapa aku sangat terobsesi dengan urusan orang lain? Masalahnya adalah aku sudah memaki seseorang, jadi aku harus menjelaskan pada orang itu, kan? Setelah ini, apapun yang ingin digembar gemborkan media takkan ada kaitannya denganku."     

Twain menarik kembali tangannya dan menunjuk ke arah piring makan di hadapannya lalu berkata, "Ayo makan."     

Shania tidak langsung makan, tapi bertanya dengan hati-hati, "Apa kau benar-benar baik-baik saja?"     

"Aku baik-baik saja. Kau hanya perlu menunggu untuk melihat pertunjukan yang bagus besok." Twain tertawa.      

※※※     

Esok harinya, Twain pergi ke Wilford lebih awal untuk menghadiri konferensi pers pribadinya sebelum tim memulai latihan rutin.      

Para reporter dari berbagai pelosok negeri berkerumun disana dan berdesak-desakan di galeri pers yang kecil sehingga membuatnya sangat bising. Mereka semua menunggu sang tokoh utama untuk muncul. Sebelum Twain muncul, para reporter itu membahas tentang pengumuman resmi klub Chelsea pagi itu – pengganti Mourinho adalah Grant, pria Israel yang tadinya menjadi penasihat teknis Chelsea. Hal ini cukup mengejutkan bagi media, karena umumnya setelah manajer utama diberhentikan, asisten manajer atau manajer tim pemuda akan diminta untuk mengisi posisi sebagai manajer sementara, yang merupakan praktek tak tertulis di kalangan klub sepakbola Inggris. Tapi Grant tidak memiliki pengalaman melatih tim sepakbola di liga kelas atas Eropa, dan dia juga bukan asisten manajer. Sama sekali tidak bisa dipahami mengapa Abramovich mengijinkan pria itu melatih Chelsea ... Selain itu, chief eksekutif Chelsea, Peter Kenyon, berkata bahwa Grant bukanlah manajer sementara melainkan manajer resmi yang baru.      

Saat dia menjadi penasihat teknis Chelsea, Mourinho merasa sangat marah dan mempertanyakan secara terbuka, "Bagaimana mungkin pria ini memiliki kualifikasi untuk membimbingku dan timku?"     

Sekarang dia sudah berhasil naik tingkat dan menjadi manajer utama Chelsea. Banyak reporter hanya bisa menggelengkan kepala mereka saat mendengar perubahan ini, mereka yakin Chelsea sudah tamat untuk musim ini. Liga sudah berjalan setengahnya dan mereka duduk di peringkat keenam. Dengan perubahan manajer yang mendadak dan semangat tim yang rendah, mereka akan harus memulai dari nol.      

Dengung obrolan di dalam ruangan itu tiba-tiba saja terhenti. Berpakaian rapi dengan setelan jas, Twain muncul di hadapan semua orang. Sebagaimana yang dikatakan olehnya: sebuah konferensi pers formal dan sebuah permintaan maaf publik yang formal untuk menyampaikan ketulusannya...      

Tidak ada yang salah dengan hal ini, tapi ini terasa seperti omong kosong kalau keluar dari mulut Twain.      

Tidak ada yang rasional tentang Tony Twain, meski dia selalu mengatakan bahwa dirinya adalah pria yang rasional. Standar 'rasional' Tony Twain tidaklah sama seperti standar 'rasional' yang berlaku di tengah masyarakat umum.      

Semua orang memperhatikan bahwa Twain membawa selembar kertas di tangannya. Apa itu surat permintaan maaf?     

Twain melangkah menuju mikrofon dan berdehem. "Kepada kalian semua, aku akan membacakan sebuah surat permintaan maaf untuk Tn. Abramovich."     

Terdengar keributan kecil. Ini memang formal. Dia bahkan sudah mempersiapkan sebuah naskah. Biasanya, saat Twain mengadakan konferensi pers, dia hanya perlu berbicara langsung tanpa naskah.      

"Saya meminta maaf atas komentar kasar yang saya tujukan pada Tn. Roman Abramovich dua hari yang lalu." Twain tidak berbicara omong kosong. Dia menundukkan kepalanya untuk membaca naskah itu dan terlihat sangat tulus, tanpa sedikitpun ekspresi sarkastik maupun tidak sabaran di wajahnya. "Media bertanya tentang bagaimana pendapat saya jika Chelsea menginginkan saya menjadi manajer baru mereka. Jujur saja, saat itu saya merasa mereka hanya bercanda dan fakta memang membuktikan kalau dia memang bercanda. Tapi saat itu rekan media ini bersikeras bahwa apa yang dia katakan memang benar dan berharap saya mau memberikan tanggapan dengan serius. Saya merasa sangat kesal dengan pertanyaan yang bodoh itu karena menurut saya itu adalah penghinaan terhadap kesetiaan saya pada Nottingham Forest. Karena itulah, di tengah panasnya suasana..." Dia terbatuk satu kali dan mengangkat kepalanya untuk memandang media di depan panggung. Dia melihat semua orang sedang terfokus mendengarkan semua yang dikatakan olehnya.      

"...di tengah panasnya suasana, saya tanpa sengaja melontarkan makian. Setelah saya menenangkan diri, saya menyadari kesalahan saya dan merasa sangat menyesal dan merasa terganggu dengan akibat ucapan saya kepada Tn. Abramovich. Saya berharap Tn. Abramovich mau memahami betapa saya sangat menghormatinya, bahwa kedatangannya telah mengubah olahraga sepakbola dan menyuntikkan banyak kehidupan ke dalamnya. Dialah yang mengubah kondisi di Chelsea FC. Saya selalu mengagumi seseorang yang sangat murah hati dan penuh semangat tentang sepakbola. Saya tidak meragukan gairahnya untuk sepakbola dan cintanya untuk klub Chelsea."     

Saat Brosnan mendengar ini, dia merasakan sedikit konspirasi. Sikap Twain terlalu baik. Saking baiknya hal itu bisa membuat orang-orang mengira kalau itu sedikit palsu...     

"Selain tidak memiliki ketidakpuasan terhadap Tn. Abramovich, saya ingin berterima kasih kepada Tn. Abramovich dan semua orang yang ada di sekitarnya. Saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih saya yang paling mendalam kepada Anda semua."     

Terdengar suara gaduh di depan panggung. Semakin banyak orang yang menganggap kalau ini aneh. Dia baru saja meminta maaf. Kenapa dia harus berterima kasih?     

"Terima kasih telah membantu tim saya menghilangkan pesaing yang kuat dan lawan yang sangat mengancam dalam persaingan untuk mendapatkan gelar liga." Dimana, Twain tiba-tiba saja mengangkat kepalanya dan tersenyum. Senyumannya tampak cerah dan bagi semua reporter yang ada disana, senyuman itu tidak bisa lebih familiar lagi. Mereka semua sudah tertipu!     

Mereka dipanggil oleh Twain dari berbagai penjuru negeri hanya untuk melihatnya berakting dan terus mempermalukan Chelsea dan Abramovich.      

"Chelsea asuhan Tn. Mourinho tadinya merupakan lawan penting di dalam rencana saya, tapi sekarang saya senang melihat lawan ini tidak lagi eksis, jadi saya akan punya lebih banyak energi untuk fokus pada kompetitor lain. Oleh karena itu, saya harus menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan terima kasih pada eselon atas Chelsea Football Club, khususnya Tn. Abramovich, yang telah memberikan kontribusi dalam hal ini. Kalau tim saya pada akhirnya menang seperti yang saya harapkan, saya akan mengirimkan sebuah buket bunga dan kartu ucapan sebagai tanda terima kasih saya. Untuk inilah saya mengenali betapa bodohnya kata-kata kasar saya dan penghinaan terhadap Tn. Abramovich sebelum ini. Tn. Abramovich adalah teman Nottingham Forest dan teman saya. Terima kasih banyak!"     

Nada suara Twain terdengar tulus dan dia hampir membungkukkan badannya.      

"Saya berterima kasih pada Tn. Abramovich dan saya sangat terkesan bagaimana Anda bisa membuat olahraga sepakbola menjadi penuh daya saing dan vitalitas. Meski demikian... hal ini mungkin sedikit mengorbankan kepentingan Chelsea..." Twain tersenyum. "Temanmu, Tony Twain."     

Setelah dia membacakan "surat permintaan maaf" yang membingungkan ini – apa ada orang yang masih bisa melihatnya sebagai sebuah surat permintaan maaf? – Twain melipat kertas di tangannya, memasukkannya ke saku dan bersiap untuk melangkah pergi.      

Sekelompok reporter bangkit berdiri dan mengangkat tangan mereka sambil berteriak pada Twain. "Tn. Tony Twain!"     

"Tn. Twain, tolong tinggal sebentar!"     

"Apa Anda benar-benar menganggap ini adalah sebuah permintaan maaf untuk Abramovich dan bukan sebuah provokasi?" suasananya menjadi kacau dan seseorang berteriak dengan suara keras.      

Twain masih terus melangkah. "Ini benar-benar sebuah permintaan maaf dan permintaan maaf yang paling tulus beserta ucapan terima kasih. Aku sama sekali tidak berniat untuk menghina. Kalau kau menganggapnya menghina dan provokatif, itu masalahmu sendiri, Tn. Reporter."     

"Tapi siapapun dengan IQ normal tak akan menganggap pernyataan barusan sebagai pujian..."     

"Apa kau menghina IQ Tn. Abramovich? Hati-hati nanti kau diberi surat protes resmi dari klub Chelsea."     

"Tn. Twain! Tn. Twain.. kami masih punya pertanyaan!"     

"Maafkan aku. Aku tidak mengatakan kalau kalian bisa bebas bertanya setelah konferensi pers usai." Twain hampir tiba di pintu keluar.      

Seseorang berteriak, "Tn. Twain! Bagaimana pendapat Anda tentang Chelsea yang membiarkan Avram Grant menjadi pengganti Jose Mourinho sebagai manajer baru?"     

Twain berhenti melangkah. Dia berbalik dan menyapukan pandangannya ke aula pers yang kacau. Dia tidak bisa menemukan siapa yang mengajukan pertanyaan itu. Tapi itu tidak jadi masalah.      

"Siapa itu?" tanyanya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.