Mahakarya Sang Pemenang

Pohon Natal Twain



Pohon Natal Twain

0Promosi Aaron Mitchell ke tim pertama menandai dimulainya proses resmi pengurusan kepindahan Zigic.      

Allan memilih beberapa klub yang mengajukan penawaran tertinggi untuk Zigic dan menerima tawaran mereka.      

Sementara bagi Zigic sendiri, dia tidak punya pikiran khusus tentang kepindahannya. Dia bukanlah salah satu pemain loyal yang bersumpah setia untuk Forest. Kalau ada klub lain yang bisa memberinya kontrak yang lebih baik daripada yang dimilikinya di Forest saat ini, maka dia tidak akan menolak undangan mereka.      

Selain itu, dia juga tahu bahwa boss tidak berniat untuk mempertahankannya di dalam klub, mengingat promosi mendadak Mitchell ke tim pertama. Tinggal di klub lebih lama tidak ada artinya lagi.      

Tiga klub yang penawarannya diterima Allan Adams adalah tim Liga Premier, Newcastle, Hamburger SV dari Bundesliga dan Villarreal CF dari La Liga. Ketiganya mengajukan penawaran sebesar 10 juta pounds.      

Tawaran sebesar 10 juta pounds sangatlah menarik mengingat situasi keuangan tim Forest. Tidak heran Allan ingin berbicara dengan Twain tentang ini.      

Negosiasi untuk transfer Zigic berjalan lancar. Pada akhirnya, Zigic memilih untuk pergi ke Villarreal CF dari La Liga, karena klub itu menawarkan kontrak pribadi terbaik untuknya. Selain itu, mereka juga sebuah tim yang mampu bersaing untuk berpartisipasi dalam Liga Champions di setiap musimnya.      

Tiga hari kemudian, baik Nottingham Forest dan Villarreal CF secara resmi mengumumkan penyelesaian transfer itu. Zigic telah pindah ke 'Yellow Submarine' dengan fee transfer sebesar 10 juta pounds.      

Twain tadinya membeli Zigic seharga 10 juta euro. Dan sekarang Zigic terjual sebesar 10 juta pounds, yang artinya dia terjual sebesar 10.8 juta euro. Mengingat situasi ekonomi saat ini, bisa menghasilkan keuntungan dari seorang pemain sudah dianggap sebagai sebuah kesepakatan yang bagus bagi klub.      

Setidaknya, itu adalah bukti bahwa penilaian Twain tentang seorang pemain memang tepat, karena klub tidak merugi dari pemain yang telah dibelinya.      

Jersey nomer 9 milik Zigic ditinggalkan setelah dia pergi. Twain memberikan jersey itu pada Mitchell.      

Saat dia memberikan jersey itu pada Mitchell, dia memasang wajah suram dan memberitahunya dengan tegas, "Angka di jersey ini tidak melambangkan apapun. Nomer 9 tidak melambangkan kau sebagai pemain utama di tim."     

Mitchell sudah terbiasa dengan cara bicara dan sikap boss-nya. Dia mengangguk dan menjawab, "Aku tahu itu, boss. Aku akan berusaha melakukan yang terbaik."     

Mulut Twain sedikit terbuka mendengar jawaban itu, dan Mitchell menganggapnya sebagai sebuah senyuman.     

※※※      

Zigic tidak tampil buruk selama dia bermain di Nottingham Forest. Setelah bermain selama dua setengah musim untuk tim Forest, dia mencetak total 21 gol dan memberikan 25 assist.      

Sayangnya, tim melalui 'masa-masa gelap'-nya selama dua musim dimana dia menjadi pemain Forest. Mereka tidak menjadi juara di kompetisi apapun, dan mereka juga tidak mendapatkan satupun penghargaan. Zigic datang dan pergi dengan tangan kosong.      

Para fans Nottingham Forest tidak menganggap Zigic berada di level yang sama seperti penyerang tengah lain di timnya, seperti van Nistelrooy ataupun Eastwood. Zigic meninggalkan tim tanpa memberikan momen kenangan apapun yang bisa diingat hingga beberapa tahun mendatang.      

Tidak lama setelah kabar transfer Zigic diselesaikan, John Bostock juga menerima tawaran pinjaman dari Fulham.      

Twain memberikan klausul khusus dalam kontrak Bostock yang menyatakan bahwa 'Bostock tidak diijinkan untuk bermain dalam pertandingan apapun antara Fulham dan Nottingham Forest'.      

Tidaklah langka bagi klausul semacam ini untuk muncul di dalam kontrak para pemain yang bermain di La Liga. Sebaliknya, klausul ini jarang didengar di klub-klub Liga Premier. Twain bisa dianggap 'tak tahu malu' karena memasukkan klausul ini, tapi dia tidak ingin Forest dikalahkan di tangan pemain yang telah mereka kembangkan sendiri. 'Tragedi' yang terjadi pada Real Madrid saat mereka berhadapan dengan RCD Mallorca dan Samuel Eto'o tidak boleh terjadi pada Nottingham Forest.      

Mantan pemain Real Madrid, Pablo Garcia, dulu pernah menyinggung tentang klausul ini dan dia menyebutnya sebagai 'klausul t*hi'. Siapapun bisa tahu betapa dia membenci klausul itu.      

Twain tidak peduli dengan reputasi klausul itu. Apapun yang bisa berguna untuknya akan dianggap bagus!     

Fulham tidak peduli dengan adanya klausul itu. Mereka sudah setengah jalan melewati musim ini dan mereka hanya akan menghadapi Forest satu kali di sisa musim ini. Bukan hal yang besar untuk tidak menurunkan Bostock dalam satu pertandingan.      

Tapi, Bostock sedikit kesal dengan adanya klausul itu, karena dia berharap bisa mendapatkan peluang untuk memamerkan kemampuannya di hadapan Twain selama pertandingan melawan Forest, yang kemudian akan bisa menarik perhatian Twain dan membantunya mendapatkan tempat di tim utama musim berikutnya.      

Itulah situasi yang paling ditakuti Twain. Dia khawatir pemain yang dipinjamkannya ke klub lain akan bermain dengan keinginan untuk memamerkan kemampuannya kepada klub asalnya, dan mereka akan tampil dengan sangat baik selama pertandingan melawan Forest dan menjadi pemain bintang yang mengalahkan timnya. Inilah sebabnya kenapa dia harus menghilangkan kemungkinan situasi itu terjadi sebelum terlambat.      

Pada akhirnya, Bostock menerima klausul itu. Apa yang bisa dilakukannya meski dia tidak setuju dengan adanya klausul itu? Pilihan yang tersisa baginya adalah menerima klausul itu atau menghabiskan sisa musim ini di bangku cadangan.      

Ada kalanya Twain menjadi teman terdekatmu, tapi di sebagian besar waktu yang lain, dia adalah iblis yang keji.      

Dua pemain telah meninggalkan Nottingham Forest selama jendela transfer musim dingin, tapi klub tidak membawa pemain baru. Twain yakin bahwa lineup timnya saat ini sudah cukup untuk menghadapi semua pertandingan di sisa musim ini.      

※※※     

Pada tanggal 16 Januari, Nottingham Forest menghadapi Everton dalam pertandingan tandang. Itu adalah pertandingan dimana Twain akan mengungkapkan formasi baru timnya untuk yang pertama kalinya.      

Moyes telah mempelajari penampilan baru Forest dalam beberapa pertandingan terakhir. Dia sadar bahwa Twain masih akan memainkan sepakbola gaya ofensif, tapi dia tidak pernah menduga Twain akan mengubah formasinya.      

Twain mungkin mengubah gaya permainan timnya dari waktu ke waktu, tapi selama ini, ada beberapa hal yang tetap dipertahankan Twain dan tidak pernah diubah. Satu, dia selalu menempatkan penekanan yang kuat pada pertahanan. Dua, dia selalu menggunakan daerah sayap untuk menyerang. Tiga, dia selalu menggunakan dua penyerang tengah. Empat, dia selalu menggunakan satu gelandang bertahan.      

4-2-3-1     

Itulah formasi yang akan digunakan tim Forest dalam pertandingan melawan Everton.      

Joe Mattock, Pepe, Jonathan Woodgate, dan Nicolas Nkoulou akan membentuk empat pemain di belakang. Pengaturan semacam ini tidaklah mengejutkan. Hal yang mengejutkan adalah fakta bahwa Twain tidak memasukkan gelandang bertahan disana!     

Bukan berarti George Wood tidak akan diturunkan dalam pertandingan ini. Bagaimana mungkin dia tidak diturunkan saat kondisinya sedang bagus, tidak sakit atau cedera dan juga tidak mendapatkan larangan untuk bermain?     

Hanya saja ada sedikit modifikasi terhadap posisi yang akan dimainkan olehnya.      

Wood tidak akan bermain sebagai gelandang bertahan untuk pertandingan ini. Baik posisinya dan posisi rekannya, Tiago, telah dimajukan sedikit. Mereka bukan lagi gelandang bertahan melainkan gelandang tengah.      

Jangan meremehkan perubahan ini. Tanggungjawab gelandang bertahan berbeda dari gelandang tengah. Seorang gelandang bertahan terutama terfokus pada pertahanan, sementara gelandang tengah biasanya berfungsi sebagai jembatan antara serangan dan pertahanan. Mereka akan memainkan peranan yang lebih besar saat timnya menyerang.      

Unit pelatih Forest telah bekerja keras untuk mengembangkan kemampuan ofensif George Wood sejak beberapa musim yang lalu. Tapi, karena adanya fakta bahwa dia selalu diturunkan sebagai gelandang bertahan, sejauh ini hanya kemampuan bertahannya yang telah teruji.      

Dengan adanya perubahan posisi ini, Wood akan bisa melepaskan diri dari belenggu yang membatasi dirinya dan lebih terfokus dalam menyerang. Ini menandai sebuah terobosan langka bagi Wood dan Forest.      

Wood dan Tiago akan bertanggungjawab menyusun serangan tim di lini tengah. Selain itu, mereka juga harus mengambil tugas penting dalam bertahan. Mereka adalah pemain yang paling sibuk di seluruh tim.      

3 pemain yang berada di depan mereka adalah Chris Cohen, Matias Fernandez dan Gabriel Agbonlahor. Cohen dan Agbonlahor diposisikan di sayap kiri dan kanan, sementara Fernandez diposisikan di tengah. Posisi sentralnya ini akan membuatnya bisa menggunakan tembakan-tembakan jarak jauhnya untuk memberikan umpan yang dibutuhkan dalam serangan tim ataupun untuk mencetak gol.      

Fernandez akan bermain sebagai playmaker, tapi dia tidak bermain sebagai playmaker yang menyusun serangan tim. Dia bermain sebagai playmaker yang mencetak gol.      

Kemampuan Fernandez dalam mencetak gol adalah salah satu alasan mengapa Twain memilih untuk menggunakannya dibandingkan dengan Sahin. Kemampuan Sahin dalam mencetak gol tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Fernandez.      

Tidaklah mengherankan jika Agbonlahor diturunkan di sayap kanan, karena dia sudah sering diturunkan di posisi itu saat bermain di Aston Villa. Ini juga bukan pertama kalinya dia bermain sebagai pemain sayap kanan untuk Forest.      

Penyerang tengah yang diposisikan paling depan adalah Ibisevic.      

Selain itu, Twain juga meminta agar dua bek belakangnya aktif berpartisipasi selama serangan tim, yang merupakan perubahan drastis dimana biasanya dia jarang mengijinkan bek belakang untuk maju dan ikut menyerang. Tampak jelas bahwa Twain sudah memantapkan hatinya untuk memainkan sepakbola gaya ofensif di kandang Everton.      

Unit pelatih mungkin pernah membuat Wood bermain sebagai gelandang tengah sebelum ini tapi ini adalah pertama kalinya dia bermain di posisi ini dalam pertandingan sungguhan, dan karena itulah unit pelatih Nottingham Forest menonton jalannya pertandingan dengan gugup. Mereka ingin melihat apakah Wood bisa tampil seperti yang ditunjukkannya selama sesi latihan.      

Tadinya Wood masih belum terbiasa dengan posisi barunya. Dia terus menerus ingin berlari ke belakang dan bermain sebagai gelandang bertahan. Ini memaksa Twain untuk memarahinya dengan keras dari pinggir lapangan dan dia membuat Wood kembali ke posisinya sebagai gelandang tengah.      

Bergerak mundur memang boleh dilakukan oleh gelandang tengah, karena peranan mereka juga melibatkan bertahan. Yang tidak boleh dilakukan adalah bergerak mundur dan tidak maju lagi setelahnya.      

Tiago mengambil tanggungjawab menyusun serangan tim sementara Wood masih berjuang keras untuk terbiasa dengan peranan barunya. Tiago pernah memainkan posisi ini sebelumnya, jadi dia tidak perlu membiasakan diri, dan bisa langsung menjalankan peranannya.      

※※※     

Tampak jelas dari awal pertandingan bahwa ini adalah pertama kalinya tim Forest menggunakan formasi dan taktik ini di pertandingan aktual, karena semua pemainnya masih mencoba untuk terbiasa dengan gaya permainan mereka yang baru...      

Moyes tidak paham kenapa Twain tiba-tiba saja menggunakan set taktik dan formasi yang mana para pemainnya masih belum terbiasa dengan itu. Tapi, dia tidak terlalu memikirkan hal yang tidak dipahaminya.      

Karena tim Forest masih belum menemukan momentum mereka untuk pertandingan ini, aku akan maju terus dan memanfaatkan situasi ini!     

Dia menginstruksikan timnya untuk mulai menyerang gawang Forest dengan gencar.      

Pada akhirnya, di menit ke-17, penyerang jenius mereka, James Vaughan, menunjukkan bakatnya tepat diluar kotak penalti Forest.      

Tadinya dia ingin memasuki kotak penalti setelah menerima umpan dari rekan setimnya, tapi dia menghadapi Tiago yang berusaha mencegat bola diluar kotak penalti. Tekel yang dilakukan Tiago tidak berhasil menghentikan Vaughan. Dia sedikit terhuyung, tapi masih berhasil mengembalikan keseimbangan tubuhnya. Lalu dia mengangkat kakinya dan menembak ke gawang sebelum Wood datang menghampiri dan mentekelnya. Bola itu melesat melewati ujung jari Akinfeev seperti selongsong peluru dan menghantam jaring gawang di belakangnya!     

"Gol kelas dunia!" Komentator meraung dengan gembira. "Dulu saat Wayne Rooney masih berada di Everton, dia juga pernah mencetak gol yang hampir identik dengan ini dalam pertandingan melawan Arsenal! Fans Everton sudah lupa tentang Wayne Rooney setelah melihat penampilan Vaughan belakangan ini! Dia sudah mencetak 11 gol untuk Everton sebagai penyerang utama mereka musim ini! Masa depannya sangatlah menjanjikan!"     

Gol yang terjadi barusan membuat Goodison Park membara. Para fans Everton mulai melakukan gelombang besar di tribun untuk merayakannya. Mereka seperti laut yang baru saja dilanda badai.      

Twain merasa sedikit kecewa.      

Inilah perbedaan antara seorang pemain jenius dan pemain biasa... Seorang pemain biasa akan memilih untuk menyerah saat dia harus menghadapi tekel dari Tiago dan Wood, sementara seorang pemain jenius akan mencoba meraih peluang yang ada dan mengirimkan bola ke gawang melalui celah kecil apapun yang terlihat diantara para pemain...      

Itu tadi bukan kesalahannya sebagai manajer...      

Sekarang setelah timnya tertinggal, haruskah dia kembali menggunakan formasi 4-4-2 yang lebih familiar?     

Bukan hal yang mustahil untuk membuat perubahan semacam ini berdasarkan lineup yang ada. Agbonlahor bisa diubah ke posisi penyerang tengah dan Cohen akan mengambil alih sayap kanan.      

Tapi, Twain dengan tegas berkata, 'Tidak!' pada gagasan itu.      

Dia harus terus menggunakan formasi 4-2-3-1. Dia yakin kalau Everton akan kehilangan keberuntungan mereka setelah timnya terbiasa dengan gaya permainan yang baru ini!     

Keperkasaan formasi 4-2-3-1 sudah tampak jelas selama latihan. Masalahnya saat ini adalah bagaimana caranya menunjukkan keperkasaan yang sama selama pertandingan sungguhan.      

Kunci dari menyelesaikan masalah ini terletak pada George Wood. Kalau dia masih belum bisa memasuki peranan barunya ini, maka itu akan mempengaruhi penampilan tim secara keseluruhan.      

Twain percaya bahwa sense of football Wood tidaklah seburuk itu. Bagaimanapun juga, dia adalah pemain yang sangat dihargai oleh Demetrio Albertini. Albertini adalah pria yang disebut-sebut sebagai 'komandan lini tengah'. Dia dikenal memiliki sense of football yang sangat bagus!     

George Wood akhirnya mulai terbiasa bermain di posisi barunya setelah berjuang keras selama 20 menit di lapangan. Tapi, dia memiliki gayanya sendiri dalam memainkan posisi barunya ini. Dia tidak hanya berada di posisi gelandang tengah. Dia jauh lebih fleksibel dan caranya bermain mirip dengan gaya bermain gelandang box-to-box tradisional di Inggris. Gaya permainannya membuatnya bisa tampil bagus dan aktif dalam serangan dan pertahanan tim.      

Pemain yang mengadopsi gaya bermain semacam ini harus mencakup area yang besar di lapangan, dan ini sangat menuntut secara fisik. Tapi, stamina adalah kelebihan Wood, jadi dia tidak perlu cemas akan kehabisan tenaga di fase akhir pertandingan karena harus berlari bolak balik sepanjang pertandingan. Ini adalah gaya bermain yang cocok dengan Wood.      

Twain tersenyum setelah dia melihat bagaimana Wood memainkan peranan barunya sebagai gelandang tengah. Ini tidak seperti yang direncanakan Twain untuknya, tapi cara Wood dalam menjalankan ini sebenarnya jauh lebih baik.      

Biarkan saja dia menemukan gaya bermain yang paling cocok dengannya. Mungkin dia akan bermain dalam cara yang melebihi dugaan kita semua.      

Wood mulai berlari mondar mandir dari satu kotak penalti ke kotak penalti yang lain.      

Dia menghentikan serangan Everton. Dia membangun serangan Forest. Dia terus muncul di setiap tempat yang membutuhkannya. Dia benar-benar penuh energi yang membuatnya terlihat seperti seorang Superman.      

"George Wood mentekel bola Vaughan! Apa dia melakukan pelanggaran? Tidak, itu tekel yang bersih!"     

"George Wood menggiring bola! Brilian! Dia melewati semua bek Everton! Tapi sayangnya tidak ada yang bisa menerima umpannya... Dia menendangnya terlalu keras..."     

"Dia berusaha melakukan tembakan jarak jauh! Tapi bolanya melewati bagian atas mistar!"     

"Ohhh! George Wood! Dia kembali menghentikan serangan balik Everton"     

Dua gelandang tengah Nottingham Forest menjadi inti dari taktik baru mereka. George Wood adalah pemain kunci diantara dua gelandang tengah itu, dan penampilannya sangatlah penting bagi keberhasilan tim. Kalau Wood tampil baik, maka seluruh tim akan tampil baik.      

Di menit ke-40 babak pertama, Wood merebut bola Tim Cahill dan mengopernya ke Tiago. Tiago mengopernya ke Cohen, yang berada di sayap kanan.      

Cohen kembali mengoper ke tengah. Kiper Everton, Tim Howard, membuat kesalahan penilaian saat dia bergerak keluar dan berusaha menjauhkan bola. Dia tidak bisa menyentuh bola dan membiarkannya terbang melewati bagian atas kepalanya!     

Bagaimana mungkin Ibisevic melepaskan peluang emas semacam ini? Dia melepaskan diri dari Joseph Yobo yang menjaganya dan melompat. Lalu dia menyundul bola itu ke dalam gawang!     

Inilah kelebihan dari memainkan dua gelandang tengah. Timnya akan bisa merebut bola lawan dan langsung menyerang balik. Tidak ada penundaan saat mereka harus mengubah orientasi, dan ini juga tidak memberikan kesempatan bagi lawan untuk merebut bola lagi di lini tengah.      

※※※     

Selama jeda turun minum, Twain memuji penampilan para pemainnya di paruh terakhir babak pertama. Dia memberitahu mereka untuk terus bermain seperti itu di babak kedua. Everton tidak akan bisa menghentikan Forest kalau mereka terus menyerang.      

Itu persis seperti yang dikatakan Twain.      

Di babak kedua, Everton berusaha melawan selama kurun waktu singkat, tapi Nottingham Forest berhasil mengambil kembali kendali permainan setelahnya.      

Menurunkan lima gelandang bukan hanya untuk pertunjukan semata. Ini adalah taktik yang akan membuat Forest bisa mengendalikan lini tengah dan menghentikan serangan lawan di lini tengah. Selain itu, taktik ini juga memungkinkan tim untuk menekan pertahanan lawan dan mendapatkan keunggulan di dalam pertandingan. Setelah timnya unggul, mereka akan bisa mengubah keunggulan itu menjadi kemenangan.      

Twain sengaja memilih Everton sebagai klub tempatnya mengujicoba taktik dan formasi barunya ini. Dia khawatir terjadi sesuatu yang salah kalau dia mencoba menggunakan taktik dan formasi ini saat menghadapi lawan yang kuat, dan tidak ada gunanya mencoba semua ini melawan tim yang lemah.      

Oleh karena itu, Everton, sebagai tim kelas menengah yang tampil konsisten, dan yang memiliki kemampuan untuk berjuang mendapatkan tempat di Liga Champions, adalah kandidat terbaik bagi Twain untuk mencoba taktik dan formasi barunya.      

Moyes yang malang...      

Di menit ke-80, dominasi Nottingham Forest di sepanjang pertandingan akhirnya terbayarkan.      

Apa yang terjadi kali ini adalah Matias Fernandez menciptakan ruang dengan menggiring bola. Tiago lalu mengoper bola secara langsung ke ruang kosong dan Ibisevic berada di sisi onside untuk mencetak gol ke-14 di Liga Premier musim ini. Sekarang dia sudah mengantongi total 16 gol dari semua kompetisi.      

Ibisevic hanya perlu mencetak empat gol lagi agar Twain memenangkan taruhannya dengan Carl Spicer. Bagi Ibisevic saat ini, mencetak empat gol lagi sama sekali bukan masalah.      

Pada akhirnya, Nottingham Forest mengalahkan Everton dengan dua gol dari Ibisevic. Tapi pada kenyataannya, alasan sebenarnya dibalik kenapa timnya berhasil menang atas Everton adalah karena 'Pohon Natal' Twain.      

Seperti yang diketahui semua orang, formasi 4-3-2-1 AC Milan dikenal sebagai 'Formasi Pohon Natal'. Serupa dengan ini, formasi 4-2-3-1 Twain juga terlihat seperti pohon Natal, dan karenanya Twain menamai formasi ini sebagai 'Pohon Natal'-nya sendiri. Pohon itu 'unik' dan 'satu-satunya pohon Natal di seluruh dunia'. Bagi Twain, 'formasi 4-2-3-1 lainnya tidak bisa disebut sebagai formasi Pohon Natal. Hanya 4-2-3-1 –ku yang bisa disebut Pohon Natal.'     

Statistik pertandingan menunjukkan alasan mengapa Everton kalah. Nottingham Forest memiliki 59% penguasaan bola. Akurasi operan mereka adalah 79% dan tingkat keberhasilan intersepsi mereka adalah 89%. Mereka melakukan total 14 kali tembakan di dalam pertandingan dan 10 diantaranya tepat pada target. Dibandingkan dengan ini, Everton hanya bisa membuat enam tembakan dalam pertandingan dan hanya tiga diantaranya yang tepat sasaran. Mereka jauh dibawah Forest di sepanjang pertandingan.      

Selama konferensi pers paska-pertandingan, Moyes dengan enggan mengakui fakta bahwa timnya kalah unggul, "Mereka benar-benar menguasai aliran pertandingan. Mereka pantas menang..."     

Di sisi lain, Twain merasa sangat bangga dengan hasil yang diperoleh timnya. "Aku merasa sangat senang melihat penampilan mereka. Kami menang dengan meyakinkan."     

Seorang reporter bertanya padanya alasan mengapa dia memilih untuk meninggalkan formasi 4-4-2 yang selalu digunakannya di beberapa musim belakangan ini.      

Twain melemparkan tangannya. "Memangnya kenapa? Apa skor 2:1 dan 3 poin tidak bisa menjawab pertanyaanmu?"     

"Tapi bukankah gaya permainan sepakbola Anda selalu bertahan dan menyerang balik, dan juga menerapkan formasi 4-4-2?"     

"Itu hanya anggapanmu sendiri. Gaya permainanku selalu sama. Yakni dalam bentuk kemenangan dan menjadi juara. Segala hal yang lain tidak lebih dari cara-cara yang kugunakan untuk mencapainya. Selama aku bisa menang dan menjadi juara, aku tidak peduli apakah itu bertahan dan menyerang balik, atau habis-habisan dalam menyerang ataupun bertahan. Aku juga tidak peduli kalau formasi yang kugunakan adalah 4-4-2 atau 4-2-3-1."     

Twain tersenyum sambil melontarkan ucapannya yang terkenal,      

"Aku akan melakukan apa saja untuk menang dan menjadi juara."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.