Mahakarya Sang Pemenang

Melewatkan Kesempatan Emas



Melewatkan Kesempatan Emas

0"Ricardo Quaresma! Benar-benar gol yang luar biasa!"     

Stadion Giuseppe Meazza mirip seperti gunung berapi yang baru meletus. Lava dan api dari gunung berapi ditirukan oleh para fans yang berpakaian biru dan bersorak dengan riuh di tribun mereka.      

"Tembakan Quaresma dengan punggung kaki bagian luarnya telah dikenal luas, dan Quaresma baru saja menunjukkan aksinya ini pada kita di pertandingan Liga Champions! Gol ini membuat semua pemain Nottingham Forest terpana!"     

Semua pemain Nottingham Forest memang terpana.      

Jelas ada beberapa pemain Forest yang sudah tahu sebelumnya bagaimana Quaresma suka menggunakan bagian luar kaki kanannya untuk melakukan tembakan semacam ini dari sayap kanan, tapi tidak ada yang menduga kalau dia akan berhasil melakukan itu di percobaan pertamanya!     

Tiago adalah rekan setim Quaresma di timnas Portugal. Dia telah mengingatkan rekan-rekan setimnya untuk tidak meremehkan kemampuan individu Quaresma sebelum pertandingan ini dimulai.      

Tiago mengatakan itu dengan niat baik, tapi dia sama sekali tidak menyangka Quaresma akan tampil seperti ini dan dia juga tidak menyangka bahwa komentarnya yang sepintas lalu itu akan menjadi kenyataan.      

George Wood masih berdiri tertegun di tempatnya. Quaresma sudah berlari menjauh darinya untuk merayakan golnya sambil menari.      

Wood tiba-tiba saja merasa dipermalukan, dan karenanya dia mengepalkan tinjunya dengan erat. Ini semua terjadi bukan karena dia menganggap Quaresma sebagai pemain yang hebat dan membuatnya tak berdaya, melainkan, ini karena dia terlalu mengandalkan pengalamannya dan membuatnya tidak menghentikan tembakan Quaresma.      

Kalau saja dia tidak menunggu dan langsung menghadang Quaresma, mungkin dia akan bisa menemukan jalan untuk terus menempel pada Quaresma dan tidak memberinya peluang untuk mencetak gol.      

Semua orang memuji Quaresma atas tekniknya yang luar biasa. George Wood adalah satu-satunya orang yang melihat gol Quaresma tadi sebagai akibat dari kesalahan pribadi yang dilakukannya.      

Dialah yang harus disalahkan atas terjadinya gol itu. Dia harus menemukan cara untuk menebusnya.      

※※※     

Mourinho merayakan gol ini tanpa menahan diri di pinggir lapangan, sementara Tony Twain memaki keras-keras, "F*ck! F*ck! F*ck semuanya!"     

Dia tidak tahu siapa yang harus disalahkan dan diomelinya karena gol Quaresma itu memang sempurna.      

Twain bukan orang yang abnormal seperti Wood. Dia tidak menentukan standar yang tinggi bagi dirinya sendiri, dan karenanya, dia tidak akan menyalahkan Wood atas keraguannya. Dia juga tidak akan menyalahkan taktik yang digunakannya. Gol Quaresma barusan tidak ada kaitannya dengan taktiknya.      

Dia hanya merasa kesal karena skornya berhasil disamakan saat timnya masih belum unggul selama lima menit. Ini menjadi sebuah pukulan bagi timnya.      

Semangat dan kepercayaan diri para pemain akan terpengaruh. Mereka juga mungkin akan kehilangan konsentrasi selama beberapa saat di dalam pertandingan. Semua itu bisa mengarah pada konsekuensi yang sangat buruk dalam pertandingan.      

Twain duduk di kursinya dan melampiaskan kekesalannya dengan melontarkan kata-kata umpatan. Setelahnya, dia bangkit dari kursinya dan berjalan ke pinggir lapangan.      

Dia mungkin merasa kesal sekarang ini, tapi dia harus menyemangati timnya. Dia tidak boleh membiarkan gol itu merusak semangat pasukannya.      

Para pemain Nottingham Forest tampak linglung, seolah jiwa mereka sudah meninggalkan tubuh mereka. Mereka hanya bisa unggul selama lima menit sebelum kemudian skornya disamakan...      

Ini benar-benar menjadi pukulan bagi semangat mereka.      

Wood bukanlah jenis kapten yang bisa mendorong dan meningkatkan semangat rekan setimnya dengan memberikan seruan yang keras dan penuh semangat. Tapi, seseorang harus melangkah maju dan meneriakkan beberapa patah kata untuk menenangkan semua orang di situasi ini.      

Dimana dia bisa menemukan orang seperti itu?     

Orang itu ada di pinggir lapangan.      

"Keparat! Kalian sekelompok pengecut! Itu hanya gol untuk menyamakan kedudukan! Jangan lupa kalau kita punya gol tandang! Kenapa kalian begitu tertekan?" Tony Twain berdiri di pinggir lapangan dan berteriak ke arah para pemain sambil menggerak-gerakkan tangannya. "Kalian hanya perlu mencetak gol lagi sekarang setelah skornya imbang! Kalau satu gol tandang tidak cukup maka cetak saja dua gol tandang! Tiga gol tandang! Empat gol tandang!"     

Twain melakukan pekerjaan Wood. Satu-satunya yang tidak dilakukannya adalah mengacungkan jari tengahnya ke arah para pemain yang menundukkan kepala karena kecewa.      

Jujur saja, mengingat lingkungan yang berisik di dalam Stadion Giuseppe Meazza, beberapa pemain yang berada jauh dari Twain tidak bisa mendengar apa yang diteriakkan olehnya. Tapi, saat mereka melihat boss mereka berdiri di pinggir lapangan dan membuat beberapa isyarat gerakan ke arah mereka, hati mereka yang gelisah mulai tenang.      

Bagaimana mungkin dia bukan pilar emosional tim?     

Bagaimana mungkin dia bukan seorang pemimpin alami?     

Sayang sekali Twain tidak bisa berada di lapangan dan memainkan pertandingan secara langsung.      

Mourinho melihat Twain melompat-lompat di pinggir lapangan dan dia mendengus melihatnya.      

Dia juga mendengar apa yang diteriakkan Twain barusan. Dia adalah pria Portugis multibahasa yang bisa berbicara dalam berbagai bahasa, dan familiaritasnya dengan bahasa Inggris mungkin hampir menyamai bahasa ibunya, bahasa Portugis.      

Aku tidak mengira temperamen orang itu masih akan berapi-api seperti dulu. Kukira dia akan lebih menahan diri setelah mengalami serangan jantung. Rangkaian kata makian yang baru saja dilontarkannya benar-benar menguji toleransi massa pada dirinya. Apa dia tidak takut penyakit jantungnya akan kambuh lagi kalau dia terlalu gelisah?     

Tapi...      

Perasaan nostalgik tiba-tiba muncul dari dalam hati.      

Kau jarang mendengar kata-kata makian yang berapi-api itu dilontarkan dari pinggir lapangan selama pertandingan liga Italia, dan sangat jarang pula kau bisa melihat penampilan yang bagus di lapangan. Di Inggris, pemandangan semacam ini bukan hal yang langka. Segalanya jadi lebih buruk dalam pertandingan antara Chelsea dan Nottingham Forest.      

※※※     

Inter Milan tadinya berniat untuk tidak terlalu gencar menyerang Forest setelah pertandingan dilanjutkan. Mereka ingin mengambil keuntungan dari momentum pertandingan yang condong ke arah mereka setelah mereka mencetak gol. Tapi, Nottingham Forest menarik mundur seluruh formasi mereka ke belakang dan memperketat pertahanan serta mulai menggunakan taktik bertahan dan menyerang balik. Sulit bagi Inter Milan untuk mendapatkan keunggulan dari hal ini.      

Kali ini, giliran Mourinho untuk bangkit dari kursinya dan melakukan penyesuaian terhadap taktiknya.      

Mourinho menginstruksikan para pemainnya untuk mundur. Dia ingin mereka memperhatikan ruang kosong yang ada di belakang mereka. Timnya tidak boleh bergerak maju dengan gegabah saat melawan Nottingham Forest. Semakin unggul timnya di dalam pertandingan, semakin berbahaya pula bagi mereka.      

Sebagai seorang manajer yang sudah berulang kali melawan Twain, Mourinho tahu ideologi taktis dan kebiasaan Twain seperti mengenal tangannya sendiri. Saat ini mungkin terlihat seolah Forest ingin memainkan gaya sepakbola ofensif dengan formasi 4-2-3-1 yang disebut Twain sebagai 'pohon Natalnya sendiri', tapi kenyataannya, Twain adalah seorang utilitarian sejati. Kalau menyerang tidak memberinya keuntungan, maka dia tidak ragu untuk melepaskan taktik itu dan kembali menggunakan taktik lamanya bertahan dan menyerang balik.      

Para fans Inter Milan bernyanyi dan menari di tribun untuk merayakan fakta bahwa tim mereka lebih unggul dalam pertandingan saat ini.      

Bahkan para pemainnya juga mulai besar kepala. Maicon Sisenando bergegas maju di lapangan dan tidak kembali ke belakang. Apa para pemain itu cari mati?     

Mourinho tidak bisa mengijinkan para pemainnya berperilaku seperti ini lebih lama lagi. Dia harus menghilangkan resiko apapun sebelum mereka menjadi ancaman bagi timnya.      

Mungkin Mourinho tidak cukup persuasif.      

Nottingham Forest mulai menyerang dan semua fans Inter Milan di tribun terdiam.      

Zlatan Ibrahimovic menunjukkan kemampuannya dalam menangani bola di depan kotak penalti Forest. Dia melakukan beberapa gerak tipu tapi dia tidak bisa membuat George Wood kehilangan keseimbangan. Tidak punya pilihan lain, dia mengoper bolanya ke Quaresma yang ada di sayap kanan.      

Gol Quaresma di awal pertandingan telah membuat semua orang mengakui bahwa dia tampil luar biasa hari ini. Rekan setimnya mulai sering mengoper bola ke arahnya, khususnya setelah Forest mulai membuat pertahanannya semakin solid, karena mereka berharap dia akan bisa menggunakan kemampuan individunya untuk menerobos pertahanan Nottingham Forest yang kedap udara.      

Bola dari Ibrahimovic direbut Tiago sebelum berhasil mencapai kaki Quaresma.      

Hampir semua pemain Inter Milan bergerak maju untuk menyerang gawang Nottingham Forest. Bahkan dua bek tengah mereka juga bergerak ke lingkaran tengah untuk mencoba memberikan kontribusi terhadap serangan tim.      

Ini adalah peluang yang bagus.      

Para fans Nottingham Forest berseru sekuat mungkin setelah melihat Tiago merebut bola dari Quaresma. Mereka bersorak seolah timnya baru saja mencetak gol.      

Inter Milan tampak bingung mendengar suara sorakan itu. Mereka mengira fans Nottingham Forest adalah orang-orang tanpa ambisi yang mudah dipuaskan dengan aksi sederhana seperti merebut bola.      

Fans Inter Milan mulai bersorak untuk menyemangati para pemain mereka, berharap bisa menenggelamkan suara sorakan fans Nottingham Forest dengan suara mereka.      

Tiago mengoper bola ke George Wood tanpa ragu. Wood berada di dekatnya dan juga merupakan rekan setim yang paling mudah diberi bola.      

Ibrahimovic berada tepat di samping Wood. Dia menjulurkan kakinya berusaha untuk merebut bola itu, tapi tidak seperti kemampuan serangnya, kemampuan bertahannya masih amatir. Yang dia lakukan hanyalah 'menunjukkan' bahwa dia berusaha bertahan.      

Wood bisa melewati pria Swedia itu tanpa susah payah.      

Setelahnya, Wood menggiring bola ke depan. Dia mengopernya ke Sahin saat Esteban Cambiasso berusaha mengejarnya.      

Sahin memutar tubuhnya dan mulai bergerak ke arah sayap. Ibisevic juga berlari ke arah yang sama sepertinya. Keduanya menarik perhatian dua orang bek tengah Inter Milan, Walter Samuel dan Nicolas Burdisso. Tapi, saat kedua bek tengah itu mulai semakin merapat padanya, Sahin tiba-tiba saja berbalik dan mengoper bola ke arah yang berlawanan darinya!     

Pemain yang menerima operannya adalah Matias Fernandez, yang juga berlari ke depan lapangan.      

Sahin dan Ibisevic yang berlari bersamaan ke sayap telah membuat pertahanan Inter Milan berantakan, dan itulah sebabnya kenapa saat Fernandez mendapatkan bola, tidak ada pemain lawan di hadapannya...      

Fans Inter Milan akhirnya paham mengapa fans Nottingham Forest terdengar sangat bersemangat...      

Karena semua fans itu semakin riuh sekarang.      

"Fernandez menerima bola! Tidak ada orang di hadapannya, dia bisa langsung menuju ke kotak penalti!"     

"F*ck!" Mourinho tidak bisa menahan diri kecuali menyumpah dengan putus asa. Dia tidak perlu menoleh untuk melihat Tony Twain. Dia sudah bisa membayangkan senyuman yang mengembang di wajah pria itu.      

Nottingham Forest berakting seolah-olah mereka sudah kalah, tapi momen inilah yang mereka tunggu-tunggu!     

Jantung Mourinho hampir melompat ke tenggorokannya saat dia melihat Fernandez berlari menuju kotak penalti Inter Milan. Dia merasa bahwa Forest pasti akan mencetak gol, karena tidak mungkin pemain Forest, yang dikenal atas kemampuan mereka dalam bertahan dan menyerang balik, akan melewatkan kesempatan ini.      

"Maju terus! Pria Chile!" Twain menyemangati pemainnya dari pinggir lapangan.      

Kiper Inter Milan asal Brasil, Julio Cesar, memilih untuk bergegas maju dari gawang setelah dia melihat Fernandez memasuki kotak penalti. Tapi, dia tidak menarget bola di kaki pria Chile itu, karena itu hanya akan membuat Fernandez bisa melewatinya dengan mudah.      

Dia memilih bergerak keluar dari area gawang untuk meminimalkan sudut tembak Fernandez. Di waktu yang sama, dia juga bisa mempertahankan jarak yang cukup dari Fernandez dan tiang gawang, yang memungkinkannya menghentikan lawan dari mencetak gol. Dia juga bisa menghindari jarak yang terlalu dekat dengan targetnya sehingga membuatnya mudah untuk dilewati begitu saja.      

Julio Cesar mengambil keputusan yang tepat di waktu yang paling kritis.      

Tadinya, Fernandez ingin melewati Cesar saat kiper itu menerkam ke arahnya, tapi saat dia memandang ke depan, dia sadar bahwa Cesar tidak berusaha mendekatinya dan sepertinya ingin berbaring melintang di tanah. Fernandez tertegun karena segalanya tidak berjalan sesuai rencananya.      

Dia tidak bisa membiarkan bolanya begitu saja sementara memikirkan tentang bagaimana caranya menghadapi situasi tak terduga ini. Baik Walter Samuel dan Nicolas Burdisso telah memutar tubuh dan bergegas ke arahnya setelah mereka sadar bahwa mereka telah dijebak. Ada pula pemain Inter Milan lain yang bergegas ke arahnya. Peluang yang dimilikinya untuk mencetak gol mulai habis.      

Fernandez mulai panik dan dia memilih untuk mengangkat kakinya dan langsung menembak ke gawang.      

Bola itu melesat ke arah tiang gawang.      

Cesar berusaha menangkap bola, tapi dia membuat kesalahan dalam penilaiannya!     

Sayangnya, tembakan Fernandez terlalu lurus dan tidak melengkung. Cesar tidak berhasil mendapatkan bola, tapi kakinya bisa menendang bolanya menjauh!     

Semua fans Inter Milan menahan nafas mereka saat Fernandez menembak ke arah gawang.      

Saat Cesar menendang bola menjauh, mereka yang menahan nafasnya adalah para fans Nottingham Forest.      

Para penggemar kedua tim tampaknya mengalami rollercoaster emosional di waktu yang bersamaan.      

Mereka seharusnya saling berpelukan karena menjalani hal yang sama...      

"Fernandez menembak! Ah! Julio Cesar! Dia menyelamatkan jantung para fans Inter Milan!"     

Sebenarnya, bola itu belum keluar batas setelah diblokir oleh Cesar. Tapi, jantung Fernandez sudah menderita pukulan berat pada saat itu, dan dia hanya bisa berdiri terpaku di tempatnya. Bukannya bergegas maju untuk mencoba menembak lagi, Fernandez malah memegangi kepala dengan kedua tangannya dan menyaksikan dengan tidak percaya saat bola bergulir keluar tepi batas lapangan. Nicolas Burdisso adalah pemain yang akhirnya menjauhkan bola dari tiang gawang mereka.      

Ibisevic, yang juga bergegas ke kotak penalti, merasa sangat kesal dengan penampilan Fernandez. Dia berteriak pada pria Chile yang masih memegangi kepalanya dengan kedua tangan, "Apa yang barusan kau lakukan? Seharusnya kau maju dan menendangnya untuk yang kedua kalinya, bukan hanya berdiri disana dan melamun!"     

Untungnya, Sahin segera menjauhkan Ibisevic dari Fernandez sebelum segalanya menjadi lebih buruk.      

Sepertinya Fernandez tidak mendengar kata-kata Ibisevic. Yang dia lakukan hanyalah terus berdiri di tempat yang sama dan memegangi kepalanya seperti orang bodoh.      

※※※     

Mourinho merasa seolah-olah dia baru saja mengalami serangan jantung, dan ada sedikit rasa takut yang tertinggal setelah insiden itu berlalu. Dia ingin duduk dan beristirahat sejenak, jadi dia berbalik dan mencari kursinya.      

Tony Twain, disisi lain, menggertakkan giginya kuat-kuat sambil memandang ke arah lapangan. Dia tidak bisa mengatakan sepatah kata pun.      

Baik Kerslake dan Dunn yang ada di belakangnya memikirkan tentang bagaimana Fernandez takkan bisa lolos dari omelan Twain saat jeda turun minum nanti.      

Meski tim Forest tidak bisa mencetak gol, serangan mereka sudah cukup menakut-nakuti para fans Inter Milan itu sampai mereka tak bisa berkata-kata.      

Komentator mencemaskan kondisi Inter Milan setelah mereka menyaksikan kemahiran taktik bertahan dan menyerang balik yang dilakukan Nottingham Forest.      

"Kalau Inter Milan sangat putus asa ingin mencetak gol, maka mereka harus siap mental dengan adanya peluang bahwa Nottingham Forest mungkin akan menyerang balik dan mencetak gol saat mereka bergerak maju untuk menyerang. Aku berani bertaruh bahwa ini bukanlah situasi yang ingin dilihat oleh Mourinho. Karena itu, penyesuaian harus dibuat sekarang juga. Terus bermain seperti ini sama saja dengan bunuh diri!"     

Untungnya, Inter Milan tidak terus bermain seperti itu.      

Seperti halnya Tony Twain, Mourinho juga menggunakan teriakan dan bahasa tubuh yang beragam untuk mengingatkan para pemainnya agar tetap memperhatikan pertahanan mereka dan tidak bergerak terlalu maju. Para pemainnya juga pasti ketakutan setelah melihat serangan balik Nottingham Forest barusan, dan mereka semua sudah bergerak mundur.      

Kedua kubu kembali terlibat pertempuran di lini tengah.      

Twain ingin mendapatkan gol tandang, tapi satu gol saja masih belum cukup. Nottingham Forest harus terus menyerang.      

Selama sisa babak pertama, Nottingham Forest menjadi tim yang kerap menyerang dan Inter Milan menjadi tim yang tampaknya memainkan taktik bertahan dan serangan balik.      

Formasi 4-2-3-1 benar-benar formasi yang membuat tim Forest jauh lebih kuat dalam menyerang. Memiliki lima pemain di lini tengah membuat pertahanan Forest sangat solid.      

Di sisi lain, Inter Milan tidak berani mengalokasikan banyak pemain untuk menyerang, dan karenanya mereka tidak bisa menemukan banyak cara untuk menyerang.      

Pertandingan terus mengalami kebuntuan. Kedua kubu mendapatkan beberapa peluang bagus, tapi tidak ada satupun yang bisa memanfaatkannya. Terus berjalan seperti ini, babak pertama berakhir dengan skor 1:1. Nottingham Forest mendapatkan satu gol tandang dan sejauh ini lebih unggul di dalam pertandingan. Tapi, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di babak kedua nanti, karena kedua manajer sama-sama mampu membuat penyesuaian yang bisa mengubah situasi di lapangan.      

Selain itu, ini adalah pertandingan antara kedua manajer yang sudah dikenal luas. Sangatlah tidak mungkin mereka tidak melakukan penyesuaian terhadap tim mereka.      

Komentator sudah merasa puas melihat kedua tim sama-sama mencetak satu gol di babak pertama. "Sejauh ini, pertandingan masih belum membosankan, dan kedua tim telah mencetak gol yang hebat. Kedua tim juga memiliki banyak peluang di babak pertama. Aku yakin pertandingan ini tidak akan berjalan membosankan dengan adanya kedua manajer ini. Babak pertama sudah membuktikan ucapanku..."     

Ada alasan mengapa dia mengatakan kata-kata itu. Wajah kedua manajer itu tidak terlihat senang saat mereka berjalan menuju ke ruang ganti masing-masing, dan itu artinya mereka tidak puas dengan situasi dan kondisi di babak pertama. Karena mereka tidak puas, mereka pasti akan melakukan penyesuaian ke dalam tim, dan itu akan membuat babak kedua menjadi lebih menarik daripada babak pertama...      

Pasti hebat kalau semua pertandingan sepakbola bisa berjalan seperti ini, dan hanya melibatkan pertandingan antara tim-tim kuat!     

Itulah pikiran yang melintas dalam benak fans sepakbola yang menonton pertandingan namun bukan penggemar kedua tim yang bertanding.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.