Mahakarya Sang Pemenang

Situasi Tak Terduga



Situasi Tak Terduga

0Di ruang ganti tim tandang saat jeda turun minum, para pemain memanfaatkan waktu itu untuk beristirahat, minum dan menyeka keringat mereka dengan handuk sementara Twain berbicara di satu sisi.      

"Unggul satu gol tidak cukup bagus. Ada waktu singkat di babak pertama dimana kalian benar-benar ditahan Manchester United. Itu tidak boleh terjadi. Kalian harus terus menyerang dan bertarung melawan Manchester United! Apa kalian tahu kenapa kita bergerak mundur di bagian akhir babak pertama dan akhirnya ditekan oleh Manchester United?" Twain berjalan berkeliling ruang ganti, dikelilingi oleh para pemain yang sibuk dengan urusannya masing-masing, tapi mereka semua mendengarkan Twain.      

"Setiap kali kita berhasil sampai ke lini depan, kita ingin mengancam gawang Manchester United dengan cara yang paling sederhana dan langsung. Bagaimana hasilnya? Tingkat kesalahan kita terlalu tinggi, membuat kita sering kehilangan bola. Para pemain kita yang baru saja bergerak maju harus kembali mundur. Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, dalam pertandingan melawan Manchester United ini, kita harus mengubah kebiasaan kita menggunakan umpan-umpan langsung. Manchester United sudah membuat pengaturan untuk menarget umpan-umpan langsung yang sering kita lakukan. Kalau kita melakukan umpan langsung, kita akan melakukan tepat seperti yang mereka inginkan. Jangan tergesa-gesa mengoper bola ke depan saat kita menyerang di babak kedua nanti...."     

Nottingham Forest menyukai umpan-umpan langsung dan ritme permainan yang cepat. Orang-orang sudah tahu tentang ini dan beberapa tim bahkan melakukan sejumlah latihan khusus untuk bisa menangkal kekuatan ofensif tim Forest.      

Inilah yang dilakukan Manchester United. Sebagai tanggapan terhadap kesukaan Nottingham Forest melakukan umpan-umpan langsung, Ferguson menginstruksikan lini pertahanan belakang timnya untuk menciptakan jebakan offside dan meningkatkan tekel di lini tengah. Kalau tidak begitu, kenapa dia harus menurunkan Hargreaves dan Carrick?     

Gol yang berhasil dicetak tim Forest sebenarnya merupakan kegagalan Manchester United dalam menciptakan jebakan offside. Van Nistelrooy berada di lini depan dan gerakan Eastwood yang memotong ke depan menghilangkan masalah offside, membuatnya bisa mencetak gol dengan mudah tanpa ada pemain yang menjaganya. Ada banyak anggapan bahwa Ferguson tidak akan senang selama jeda turun minum karena mereka kebobolan gol di babak pertama.      

"Kita akan berusaha mempertahankan bola di kaki kita dan jangan terburu-buru mengoper ke depan kalau tidak ada kesempatan yang bagus. Bukankah kalian cukup percaya diri untuk bisa mengontrol bola di bawah kaki kalian? Kalau mereka bergerak mundur dengan ketat dan kalian tidak bisa menemukan celah yang tepat setelah beberapa kali operan, maka oper bolanya ke belakang untuk memancing mereka keluar dari wilayah pertahanan mereka. Jangan hanya menekan formasi mereka. Itu hanya akan menekan ruang serang kita sendiri."     

"Nuri."     

Sahin mendongak.      

"Kau mengoper bolanya dengan sangat bagus di babak pertama, bagus sekali." Twain memberikan pujian khusus untuk Sahin, yang membuat Sahin senang. Tapi kemudian nada suara Twain berubah, "Tapi kau terlalu banyak melakukan umpan langsung di babak pertama. Apa kau menghitung berapa kali kau membuat kesalahan dalam umpan-umpan itu?"     

Senyum Sahin tampak sedikit malu.      

"Aku tidak menyalahkanmu, Nuri. Tapi sebagai gelandang serang, kau harus belajar untuk selalu menganalisa situasi di lapangan. Situasi yang berbeda akan membutuhkan tindakan yang berbeda. Jangan terfokus melakukan umpan langsung hanya karena kau bisa melakukannya. Kau adalah otak tim di pertandingan ini. Kalau otaknya bingung, bagaimana tim ini bisa bermain dengan normal? Kau membuat terlalu banyak kesalahan dalam mengoper bola ke depan di babak pertama, khususnya menjelang akhir babak pertama, yang memberikan banyak peluang bagi Manchester United untuk menekan balik. Kalau saja kau menyadari ini lebih awal, situasi kita takkan terlalu buruk di akhir babak pertama."     

Twain biasanya tersenyum dan suka bercanda tapi kalau dia ingin mengkritik seseorang, dia bisa dianggap 'tanpa ampun'. Kalau kualitas psikologis seseorang sedikit lemah, mungkin kecamannya akan bisa menimbulkan semacam beban psikologis. Tapi sebenarnya, kalau Twain tidak peduli dengan seorang pemain, dia takkan mau repot-repot mengkritiknya. Siapapun yang dikritiknya menunjukkan bahwa pemain itu benar-benar dianggap penting oleh Twain. Sebelum ini, saat Anelka dan Twain berseteru, keduanya tidak saling mengatakan apa-apa dan menganggap keberadaan satu sama lain seperti udara kosong.      

Kepala Sahin menunduk mendengar kata-kata Twain. Dia tahu boss sangat menghargainya, tapi dia merasa kehilangan muka mendengar kata-kata teguran itu di hadapan banyak rekan setimnya.      

"Di babak kedua, kita harus sedikit lebih bersabar dalam menyerang... Untuk kedua sayap, jangan terburu-buru bergerak ke depan, ingatlah untuk mempertahankan jarak dari gelandang. Kalau kalian terburu-buru bergerak ke depan, hubungan kalian dengan gelandang akan terputus. Manchester United akan senang sekali melihat itu terjadi. Freddy melakukan tindakan pencegahan yang cukup baik. Dia selalu aktif bergerak mundur untuk menghubungkan lini depan dan lini tengah. Ruud juga melakukan pekerjaan yang bagus dengan tetap tinggal di depan untuk menarik perhatian lawan."     

Setelah dia selesai berbicara tentang serangan, Twain mulai bicara tentang pertahanan. Di paruh kedua babak pertama, Twain merasa cukup puas dengan pertahanan timnya karena mereka tidak kebobolan gol dibawah tekanan Manchester United. Sebenarnya, hal yang paling membuat Twain percaya diri adalah lini pertahanan belakang timnya selama beberapa musim belakangan ini. Bukanlah omong kosong untuk mengatakan bahwa pertahanan Nottingham Forest memang kuat.      

"Kita berhasil bertahan dengan baik. George, tugas utamamu di babak kedua ini masih tetap bertahan."     

Wood mengangguk tanpa merasa keberatan. Beberapa pemain lebih suka menyearng. Mereka ingin menunjukkan bakat mereka dalam menyerang meski mereka adalah gelandang bertahan sehingga mereka bisa mendapatkan sorakan dari fans dan media. Tapi Wood bukan jenis pemain seperti itu. Dia tidak punya preferensi untuk menyerang atau bertahan. Dia akan melakukan apa yang dibutuhkan tim.      

"Karena sebagian besar energi kita di pertandingan ini dilakukan untuk menyerang, maka tugas lini pertahanan belakang akan jauh lebih penting. Kuharap kalian akan lebih waspada dalam empat puluh lima menit ke depan dan mempersiapkan diri untuk setiap serangan yang mungkin akan dilakukan Manchester United. Manchester United pasti akan meningkatkan serangan mereka di babak kedua, tapi penyerang kita mungkin tak akan bisa memberikan lebih banyak bantuan. Kadang-kadang kalian akan harus melakukannya sendiri... Selain itu, kita bisa fokus pada penguasaan bola di lini depan, tapi aku tidak ingin melihat kalian mengoper bola bolak balik di lini belakang. Itu hal yang berbahaya. Kalian mengerti?"     

Para pemain lini belakang pertahanan mengiyakan dengan serentak.      

"Manchester United akan menekan kita dengan serangan mereka karena mereka tertinggal di kandang. Ini peluang kita! Manfaatkan celah mereka dan cetak gol lagi untuk menjatuhkan mereka! Jangan tunjukkan belas kasihan, guys!"     

Para pemain tertawa.      

Mereka pasti sudah gila kalau menunjukkan belas kasihan saat melawan Manchester United.      

※※※     

Meski Twain mengkritik penampilan Sahin di tim Forest, suasana yang ada masih cukup harmonis dan rileks. Bagaimanapun juga, mereka kini lebih unggul.      

Tapi suasana di ruang ganti pemain Manchester United tidak terlalu bagus.      

Ferguson kehilangan kesabarannya di ruang ganti dan dengan ekspresi muram memamerkan gaya "pengering rambut"-nya yang kuat.      

Nama-nama besar seperti Ronaldo dan Rooney, yang dikecam oleh Ferguson, tidak berani mengambil nafas dan menegakkan punggung mereka.      

"Aku memerintahkan kalian untuk membuat jebakan offside. Aku tidak meminta kalian untuk membiarkan seseorang lolos! Kalian bahkan tidak bisa menahan laju Eastwood yang jelas-jelas berlari dari belakang. Apa gunanya membuat jebakan offside? Hargreaves, kau adalah penghalang sebelum bek tengah. Bagaimana kau bisa membiarkan Eastwood lewat dengan mudah saat kau ada disana? Kenapa kau mengikuti bolanya? Kau seharusnya menjaga pria itu. Pertahanan lini tengah mudah sekali diterobos dengan celah yang begitu besar! Kalian hanya menjadi ornamen sialan di tengah lapangan!"     

Setelah melampiaskan kekesalannya, Ferguson beristirahat sejenak dan mulai memberitahu timnya apa yang harus mereka lakukan di babak kedua.      

"Kalian harus membalikkan skornya, semakin cepat semakin baik! Kalau tidak, itu hanya akan membuat tim Forest semakin percaya diri. Pertandingan ini tidak sama seperti yang kita mainkan dengan tim Forest sebelumnya. Di babak kedua, Tony Twain tidak akan tetap bertahan dan membiarkan kita menyerang. Mereka akan menyerang dan menghadapi kita secara langsung. Saat kita berusaha menyamakan kedudukan, kita harus berhati-hati untuk tidak membiarkan mereka mencetak gol lagi. Lini tengah!" Ferguson menunjuk ke papan taktis dan berkata, "Lini tengah masih yang paling penting! Kalau kita bisa mengendalikan lini tengah, kita bisa langsung mengancam gawang lawan. Kalau lini tengah dikendalikan lawan, maka kalian berada dalam masalah besar!"     

"Carrick, Hargreaves, kalian berdua harus memainkan peranan yang lebih penting. Sahin masih anak-anak dan Twain mengambil resiko dengan menurunkannya sebagai gelandang serang. Jangan cemaskan tentang George Wood yang bergerak maju. Dia pasti akan tetap berada di belakang untuk bertahan. Jadi, kalian hanya perlu memberikan lebih banyak tekanan pada Sahin dan mengawasinya dengan ketat. Membuatnya kehilangan bola dan melakukan kesalahan sendiri akan menghancurkan kepercayaan dirinya."     

Kedua gelandang itu mengangguk patuh dan menjawab, "Kami mengerti, boss."     

"Tidak hanya harus menguasai lini tengah, kalian juga harus bermain agresif di lini depan. Jangan buang-buang energi dalam merebut bola! Dengan begini peluang akan muncul. Selama kita bisa mencetak gol untuk menyamakan kedudukan, maka semangat lawan akan terpengaruh. Lalu kita akan terus menyerang dan merebut bola. Tidak perlu menahan diri. Menahan diri takkan bisa menyamakan kedudukan. Kita akan membutuhkan setidaknya dua gol lagi. 3:1 untuk memastikan mereka kehilangan keinginan untuk melawan..."     

Setelah mengatakan itu, Ferguson merasa ada sesuatu yang kurang tepat. Mungkin 3:1 tidak cukup bagus. Apakah Tony mau mengakui kekalahan semudah itu?     

Jadi, Ferguson menambahkan, "Tentu saja, akan lebih baik kalau kalian bisa mencetak lebih banyak gol. Kurasa mencetak empat atau lima gol tidak terlalu banyak."     

Para pemain Manchester United telah menganggap kata-kata Ferguson itu sebagai lelucon dan mengira dia berusaha menghidupkan suasana di ruang ganti pemain yang suram dan serius. Sebuah tim yang berani mengatakan mencetak empat atau lima gol melawan Nottingham Forest pasti bodoh.      

※※※     

Saat para pemain dari kedua tim berlari ke lapangan dari dalam terowongan, suara sorakan kembali terdengar di tribun Old Trafford yang sedikit sepi. Jeda turun minum sudah hampir berakhir.      

Twain bertemu dengan Ferguson saat dia berjalan keluar. Dia melihat ekspresi Ferguson yang tampak jelek dan bisa menebak bahwa pria tua itu pasti kehilangan kesabarannya di ruang ganti pemain. Dia masih sangat pemarah di usia setua ini. Apa dia benar-benar ingin pensiun karena mengkhawatirkan kesehatannya?     

Ferguson juga melihat Twain karena Twain memandang ke arahnya sambil tersenyum. Hanya pria buta yang tak bisa melihatnya. Bukannya mendengus dan melangkah pergi menjauhinya, dia justru bergerak mendekat dan berkata, "Tony, kudengar kau suka bertaruh. Kenapa kita tidak taruhan?"     

"Hah?"     

"Kalau kau kalah dalam pertandingan ini, kau akan melatih Manchester United musim depan."     

Twain mengangkat bahu dan berkata, "Aku tidak ikut taruhan yang tidak ada artinya."     

"Karena kau takut kalah." Ferguson tertawa terbahak.      

"Tolong jangan mempengaruhiku, Sir," Twain menggelengkan kepala dan menambahkan, "Kita bisa bertaruh untuk hal yang lain. Misalnya saja, kalau kau kalah, kau bisa menjual Ronaldo padaku dengan harga murah."     

Wajah Ferguson berubah, tapi segera kembali normal.      

"Bagaimana mungkin aku menerima taruhan bodoh semacam itu?"     

Twain merentangkan tangannya dan berkata, "Anda tahu sendiri, Sir. Kita semua punya hal yang tidak ingin kita pertaruhkan, jadi sebaiknya kita tidak bertaruh."     

Sebenarnya, Ferguson tidak terlalu ingin bertaruh dengan Twain. Dia hanya ingin mengacaukan pikiran Twain dengan hal semacam ini. Baginya, perang psikologis harus dikobarkan sepanjang waktu. Dia takkan melepaskan peluang apapun yang bisa digunakannya untuk mengganggu lawannya. Tapi, Twain juga sangat berpengalaman dalam area ini dan langsung membalas tanpa berkedip.      

Pada akhirnya, kedua pria itu hanya bisa berdamai.      

Ferguson menggumamkan satu kalimat, "Semoga saja babak kedua ini akan menyenangkan," lalu dia berbalik dan pergi.      

Twain juga berbalik dan melangkah ke arah yang berlawanan.      

Babak kedua hampir dimulai.      

※※※      

Sama seperti yang dikatakan Twain saat jeda turun minum, Manchester United memanfaatkan kick-off mereka di awal babak kedua untuk meluncurkan serangan gencar ke arah gawang tim Forest.      

Nottingham Forest tidak bisa menyerang dan harus bertahan.     

Twain meraung berulang kali dari pinggir lapangan dan kemudian menggunakan isyarat tangan untuk menginstruksikan para pemain agar mereka menekan lawan lagi dan lagi.      

Di sisi lain, Ferguson memandang ke arah lapangan dengan wajah serius dan lupa untuk mengunyah permen karet.      

Semakin cepat mereka mencetak gol, semakin baik jadinya bagi Manchester United.      

Nottingham Forest menahan serangan sengit Manchester United dan tidak kebobolan setelah dikepung oleh Manchester United selama sepuluh menit. Lalu serangan Manchester United perlahan melemah dan tim Forest ganti menyerang. Kedua kubu menunjukkan pertarungan sengit di lini tengah.     

Sahin dijaga ketat oleh Manchester United. Setiap kali dia mendapatkan bola, dia akan membuat pemain Manchester United melakukan tekel yang ganas. Kalau Sahin sedikit teralihkan perhatiannya, bola di kakinya mungkin sudah hilang direbut lawan.     

Manchester United sangat efektif dalam melakukannya. Serangan tim Forest mengalami kebuntuan dan Manchester United mengambil keuntungan dari ini untuk menyerang balik dengan serangan-serangan yang mengancam. Sahin tampak terisolasi. Twain harus membiarkan Wood dan kedua pemain sayap untuk condong ke tengah dan mendukungnya sampai mereka bisa membalikkan situasi.      

Lima belas menit memasuki babak kedua, kedua tim masih mengalami kebuntuan dengan skor 1:0.      

Selama kurun waktu ini, Ferguson kembali berjalan keluar dari area teknis. Timnya tidak mencetak gol seperti yang diharapkannya di menit-menit pembuka babak kedua. Bisa dilihat bahwa mood para pemain Nottingham Forest perlahan mulai stabil. Ini tidak akan berhasil...      

Tekanan yang diberikan tidak cukup kuat...      

※※※      

Setelah melihat situasi di lapangan, Twain sedikit menghembuskan nafas lega dan kembali ke kursinya di area teknis.      

1:0 memang berbahaya, tapi setidaknya mereka telah melewati satu fase.      

Manchester United pasti akan semakin tidak sabaran setelah mereka gagal melakukan serangan dalam waktu yang cukup lama. Momen itu akan menjadi kesempatan bagi tim Forest. Kalau tidak ada halangan lain, dia yakin tim Forest akan bisa mengantongi tiga poin di Old Trafford.      

※※※     

Sahin menekan balik lawan setelah kehilangan bola di lini tengah. Tapi dia melakukan pelanggaran. Wasit meniup peluitnya untuk memberikan tendangan bebas bagi Manchester United sambil menarik Sahin ke arahnya untuk memberinya peringatan verbal. Para pemain Nottingham Forest yang lain segera berbalik dan mundur untuk bersiap bertahan menghadapi serangan lain dari Manchester United.      

Para pemain Forest yang berbalik tidak menyadari terjadinya hal-hal berikut ini:     

Hargreaves mengambil bola untuk memposisikannya. Bola baru saja menyentuh tanah saat dia melengkungkan tubuhnya untuk menendang bola!     

Dia melakukan tendangan bebas itu dengan cepat!     

Saat Ronaldo menerima bola, tidak ada satupun pemain Nottingham Forest yang berjarak lima meter darinya. Wood berada jauh di lini tengah dan Rafinha juga tertahan di belakang. Agbonlahor masih berada di dekat wasit untuk memprotes karena dia merasa Sahin tidak melakukan pelanggaran. Rio Ferdinand diduga melakukan diving.      

"Ronaldo menerima bola! Dia benar-benar tak dijaga! Kosong!"     

Para fans Manchester United, yang terdiam di tribun, tiba-tiba saja bangkit kembali. Mereka bersorak-sorai untuk menyemangati Ronaldo.      

Para pemain Forest benar-benar tidak siap dengan tendangan bebas Manchester United yang dilakukan dengan cepat. Saat Ronaldo menerima bola, para pemain Forest masih berada di tempat mereka masing-masing dan bahkan menolehkan kepala mereka ke arah wasit dan asisten wasit, berharap mereka akan meniup peluit dan membuat Manchester United mengulangi tendangan bebas itu.      

Mereka kecewa. Setelah melihat Manchester United sudah melakukan tendangan bebas, wasit tidak berdiri diam di tempatnya dan meniup peluit. Melainkan, dia meninggalkan Sahin dan Agbonlahor lalu berlari ke depan. Dia jelas menganggap serangan itu sah.      

Baru di saat itulah para pemain Forest kembali tersadar dari mimpi mereka dan segera berlari cepat menuju Ronaldo untuk mengorganisir pertahanan.      

Tapi sudah terlambat.      

Ronaldo berlari ke arah kotak penalti sambil menggiring bola dan Rafinha tidak bereaksi di sayap.      

Pepe bergegas maju untuk bertahan, berusaha memaksa kapten tim nasional Portugalnya ini ke sisi lapangan agar tidak bisa langsung mengancam gawang.      

Ronaldo membuat gerak tipu yang membuatnya terlihat seolah dia akan berhenti mendadak tapi lalu tiba-tiba berlari sambil mengubah arah bola agar tidak keluar dari garis batas lapangan.      

Di waktu yang bersamaan, Pepe beraksi.      

Pepe tidak menendang bolanya karena bola itu sudah dikait oleh kaki Ronaldo lebih dulu. Dia langsung menginjak kaki Ronaldo.      

Ronaldo berteriak, terjungkal dan berguling-guling di tanah.      

Peluit wasit terdengar, membuat semua orang menolehkan kepala mereka untuk melihat wasit yang berlari menghampiri dan menatap gugup pada isyarat yang dibuatnya --- dia menunjuk ke titik penalti!     

"Tendangan penalti! Oh, oh, oh! Itu tendangan penalti! Terobosan indah Ronaldo menghasilkan tendangan penalti bagi Manchester United! Para pemain Nottingham Forest mengelilingi wasit dan Pepe terus melambaikan tangannya untuk mengisyaratkan bahwa dia tidak melakukan pelanggaran. Itu hanya tipuan Ronaldo. Kali ini, dia tidak peduli lagi dengan rekan senegaranya itu..."     

Ronaldo masih memegangi kakinya sambil berguling-guling di tanah. Kelihatannya Pepe menginjak kakinya dengan keras.      

Berbatov bergegas maju untuk memeluk Ronaldo dan baru menyadari bahwa Ronaldo memang benar-benar cedera. Itu bukan tipuan... Dia segera mengangkat tangannya untuk memanggil dokter tim.      

Beberapa pemain Manchester United berlari mendekat untuk mengecek kondisi Ronaldo, sementara yang lainnya merayakan tendangan penalti itu.      

Selama sesaat, terjadi kekacauan di kotak penalti tim Forest.      

Wasit membubarkan para pemain Forest yang memprotes di sekelilingnya dan tetap bersikeras memberikan tendangan penalti. Di waktu yang bersamaan, dokter tim Manchester United berlari ke dalam lapangan untuk membantu Ronaldo berjalan ke pinggir lapangan dan menerima perawatan. Dia berjalan terpincang-pincang keluar dari lapangan untuk menunjukkan bahwa dia tidak melakukan tipuan. Tentu saja, para fans Nottingham Forest tidak bersikap lunak padanya --- mereka mengira orang Portugis itu berpura-pura berjalan pincang untuk menipu wasit.      

Tendangan penalti itu tidak bisa diubah. Nottingham Forest hanya bisa menerima hasil keputusan wasit.      

Menerima keputusan wasit bukan berarti mereka bisa tetap tenang. Dari pinggir lapanga, Twain bergumam dan menggerutu marah diantara kertakan giginya sejak wasit menghadiahkan tendangan penalti.      

"Ini adalah stadion kandang Manchester United. Ya, ini adalah kandang Manchester United. Aku paham, aku memahaminya lebih daripada siapapun, ini adalah kandang Manchester United..."     

Dia seperti Nyonya Xiang Lin. Dia terus berbicara berulang-ulang sehingga membuat ofisial keempat mendatanginya.      

"Bisakah Anda tenang, Tn. Twain?"     

"Ah, aku akan tutup mulut sekarang dan mengatakannya untuk yang terakhir kalinya: Ini adalah stadion kandang Manchester United!"     

"Tn. Twain!"     

"Apa yang salah dengan yang kukatakan? Jangan katakan kalau ini adalah stadion kandangku?"     

Ofisial keempat itu tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan bajingan ini. Dia hanya bisa menatap tajam ke arah Twain dan berkata, "Kuharap Anda bisa memperhatikan kata-kata dan perbuatan Anda. Setiap kelakuan Anda akan dicatat dalam laporan pertandingan..."     

Twain memandang ke arah lapangan dan berpura-pura tidak mendengarnya, dia mengabaikan ofisial keempat.      

Saat Ronaldo menerima perawatan di pinggir lapangan, tendangan penalti itu dieksekusi oleh Hargreaves.      

Hargreaves bisa dengan mudah menipu Akinfeev dan memasukkan bola ke tengah.      

"Manchester United akhirnya berhasil menyamakan kedudukan! Di menit ke enam puluh satu, kedua kubu kembali berada di titik yang sama!"     

Meski mereka berhasil mencetak gol melalui tendangan penalti, Ferguson terlihat gembira. Dia bergegas menuju ke pinggir lapangan untuk merayakan gol itu dengan asistennya di sampingnya. Twain berdiri di pinggir lapangan dengan tatapan tidak senang.      

Skor mereka disamakan, yang bukan berita bagus bagi timnya. Hal yang lebih buruk lagi, semangat Manchester United akan meningkat, dan mereka akan semakin mengancam gawang tim Forest.      

Bagaimanapun juga, lawan mereka saat ini bukan tim biasa, melainkan juara Liga Premier Inggris, Manchester United. Selain itu, mereka berada di stadion kandang lawan.      

Kata-kata Ferguson saat berpisah jalan dengan Twain sebelum jeda turun minum berakhir memang benar-benar akurat.      

Dengan tiga puluh menit tersisa di babak kedua, pertandingan ini akan jadi menarik...      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.